Bab 20 Berhutang Nyawa 1

1612 Words
Di aula besar di dalam panti, kursi-kursi lipat merah diatur berjejeran dengan formasi 5-5 dengan jalan kosong di tengahnya. Di depan sana terdapat meja prasmanan bertaplak merah-putih, terlihat cantik dan mewah. Meja-meja itu disusun dengan model huruf U terbalik menghadap ke arah kursi-kursi tamu. Baik di tengah meja, ataupun di sisi kiri dan kanannya, semuanya terisi dengan makanan. Di tengah-tengah lantai—antara kursi dan meja prasmanan dengan model U terbalik, ada sebuah meja prasmanan lagi tapi sedikit lebih kecil, berisi kue-kue dan minuman dingin. Ketiga orang sebelumnya itu duduk di kursi paling depan. “Bagaimana? Enak?” tanya Abian dengan mata tersenyum lembut kepada Casilda yang menikmati makanan berupa bakso bihun bertabur beberapa kerupuk. Casilda mengangguk, keringatnya turun di kedua pelipisnya. Sangat menikmati perpaduan rasa antara gurih dan pedas di dalam mulutnya. “Iya. Ini sangat enak.” “Ini adalah menu dari chef hotel terkenal kenalanku. Tunggu, aku akan ambilkan kue buatannya yang paling enak!” Abian terlihat antusias dan memberi isyarat agar perempuan berkacamata tebal itu tak pergi dari tempatnya. Senyum lebar Casilda terpampang cerah. Pria itu benar-benar baik dan ramah. Casilda sangat menyukai kepribadiannya dalam waktu singkat. Di sampingnya Ryan mengejeknya diam-diam dengan suara berbisik, nada suaranya terdengar kekanak-kanakan, “Iya~ Ini sangat enak~” “Tsk! Apaan, sih!” desis Casilda kesal, nadi di pelipis berdenyut kesal, sorot matanya datar penuh tatapan tak suka. Sikunya menyenggol pinggangnya keras-keras ketika Abian meninggalkan mereka menuju meja prasmanan. “Auch! Sakit!” “Siapa suruh kamu meledekku seperti itu?!” Beberapa pasang mata memandang mereka, dan keduanya langsung menundukkan kepala meminta maaf. “Apa kamu tak bisa tahan cari gara-gara denganku?” gerutu Casilda, menggigit baksonya kuat-kuat. “Cari gara-gara? Cas! Untuk apa kamu berbicara dengan pria itu? Dia memang pembeli hebat, tapi apa pantas kamu bersama-sama dengannya seperti ini?” Kening Casilda bertaut kencang. “Apa maksudmu?” Ryan salah tingkah. “Ma-maksudku, itu... anu...” Lelaki muda ini tak tahu harus menjelaskan bagaimana. Dia menatap isi piringnya yang berisi daging saus kecap dan nasi putih panas. Aromanya sangat menggoda, tapi selera makannya sudah lenyap bagai ditelan bumi. “Kenapa diam? Apa maksudmu?” “Ma-maksudku, dia itu pria baik, ramah, dan tampan! Jangan sampai kamu salah paham dengan perlakuannya dan berkhayal yang tidak-tidak!” Sendok Ryan dipukulkan pada tumpukan nasi putihnya, gemas sendiri. Wajah Casilda terlipat kesal. “Apa, sih, maksudmu itu? Kamu pikir aku perempuan yang menyedihkan karena tak bisa dapat pacar selama ini?” geramnya menahan amarah. Sendoknya digenggam kuat-kuat. “Bu-bukan itu maksudku, Casilda! Dia terlihat terlalu sempurna untukmu, jadinya aku takut nanti kamu terlu—“ Kalimat itu dipotong cepat oleh Casilda, “ cukup! Dari tadi kamu bicara yang menyebalkan terus! Pertama menyindirku dengan aktor berengsek itu! Sekarang dengan pria baik-baik seperti Abian Pratama! Sebenarnya, apa maumu, sih?” Perempuan berkepang satu itu berdiri dari kursinya, dan membentak dalam desisan berbisik kecil ketika menyadari Ryan juga ikut berdiri di sampingnya. “Jangan ikuti aku!” “Cas!” Ryan terduduk lesu di kursinya, lagi-lagi membuat perempuan itu marah. Hatinya terasa diaduk-aduk tidak karuan dengan sikap serba salahnya sendiri. Casilda memilih duduk di barisan kursi paling belakang, dekat dengan pintu masuk. Kemarahan menggelegak di dadanya! Matanya melotot ke arah Ryan yang berbalik seperti anak kucing dengan mata berbinar memohon. Dia menggertakkan gigi, dan itu membuat Ryan pucat lalu meluruskan tubuhnya. Memangnya kalau tidak punya pacar atau orang yang mencintai kita itu adalah sebuah tragedi? Dalam otak dan pikirannya sekarang hanya ada uang! Uang, uang, dan uang! Uang adalah hal paling penting dan utama saat ini! Casilda senang bersama Abian Pratama karena baru pertama kali mendapat perlakuan begitu manusiawi dari lawan jenis setelah sekian lama. Itu adalah hal yang sangat didambakannya jika dibandingkan dengan hal yang disebut romantisme dari seorang pria. Tapi, Ryan sudah sangat keterlaluan menganggapnya sedang mengemis perhatian demi cinta. Sialan! Casilda memakan baksonya lebih ganas dari sebelumnya, matanya berair, entah karena rasa pedas atau hinaan yang dilontarkan oleh Ryan kepadanya. Hatinya sakit dan memilu. Belum cukup mendapat perlakuan buruk dari Arkan, kini ada lagi yang membuatnya kesal setengah mati. “Argh! Dasar mereka semua! Kalau aku cantik seperti dulu, pasti mereka akan takluk dalam genggamanku! Mana berani mereka berkata seperti itu! Berengsek!” keluhnya berbisik dan langsung menyabet satu bakso ukuran sedang masuk ke dalam mulutnya. Seperti terkena sambaran petir, Casilda syok luar biasa! Wajahnya seketika berubah biru karena terlalu cepat menelan makanan, megap-megap kehabisan napas. Tangan kanannya menyentuh lehernya dengan perasaan panik dan gugup. Perempuan berkacamata itu tersedak bakso yang belum dikunyah baik-baik! Casilda hendak meminta tolong, tapi baik Ryan maupun Abian sedang memunggunginya. Orang-orang di sekitarnya juga sibuk dengan urusan masing-masing sehingga sama sekali tak memperhatikan dirinya yang sangat biasa. Dia juga sedikit gengsi karena merasa tak enak hati harus meminta tolong secara tiba-tiba dengan gerakan seperti orang kesurupan. Karena tak tahan lagi, Casilda buru-buru meletakkan mangkuk baksonya di kursi sebelah, dan segera meraih botol mineral bersamanya keluar ruangan. Perempuan berkepang satu itu terbatuk-batuk kecil tertahan. Dadanya terasa sangat sakit, dan karena panik mulai pusing, bergegas menuju sebuah tiang penyangga lorong yang ada di rumah itu. Bersandar menahan tubuhnya sejenak mengamati keadaan. Suasana lorong cukup sepi, hanya ada 2 orang yang sibuk bercakap-cakap dikejauhan, sementara tanah lapang berumput di seberang sana sepi tertiup semilir angin sore. Botol air yang digenggamnya dijatuhkan tiba-tiba, dan berbunyi ‘buk’ saat mengenai lantai, tubuhnya sudah mulai terasa lemas. Casilda bergegas menuju ke sana dan mulai menghantamkan punggungnya ke dinding salah satu bangunan agar bakso yang tersangkut itu keluar dari kerongkongannya. Memang bodoh. Seharusnya, dia meminta orang lain untuk melakukan heimlich maneuver kepadanya. Bukannya malah menghantamkan dirinya seolah sedang dalam percobaan bunuh diri. Heimlich maneuver adalah tehnik sederhana mengeluarkan objek yang menyumbat jalur napas. Umumnya dilakukan oleh seseorang dalam posisis memeluk orang yang tengah tersedak dari belakang. Salah satu tangan dikepalkan sementara tangan satunya memberi dorongan dengan menekan-nekan perut orang yang tengah tersedak ke arah atas saluran pernapasan seolah mengurut dengan tekanan tertentu antara bagian pusar hingga ke dadanya. Sulit melakukan tehnik itu sendirian, jadi dia harus berimprovisasi sedikit dengan tehnik lain yang mirip-mirip heimlich maneuver. Setelah beberapa detik usahanya sama sekali tidak berhasil, malah membuatnya mulai semakin pusing. Oksigen seakan direnggut darinya bagaikan cemeti api. Ganjalan di tenggorokannya sangat mengganggu dan tidak nyaman. Dengan cepat, Casilda pun mencoba melakukan tehnik heimlich maneuver sendiri yang lebih mendekati aslinya, dia mulai bersandar tegak pada dinding. Tangan kanan dikepalkan dan tangan satunya memberi dorongan. Menekan pusarnya dan mulai melakukan tekanan dan tarikan bersamaan ke arah atas, mengurutnya dengan irama tertentu. Casilda berjuang cukup keras dengan tubuh gemetar, dan ketika sedikit lagi akan keluar, sebuah tangan dari arah samping bangunan menariknya hingga wajahnya membiru semakin buruk. Perempuan berkacamata tebal itu berteriak bagaikan ayam yang baru saja dipotong lehernya, megap-megap bagaikan ikan mas koki yang dipaksa keluar dari air. Siapa gerangan orang sialan yang hendak membunuhnya itu di saat darurat begini? Casilda marah dan kesal, tapi penglihatannya mulai berkunang-kunang. Sementara orang yang menariknya itu terlihat kabur di depannya, mata perempuan itu mengerjap-ngerjap susah payah dengan menekan lehernya menggunakan kedua tangan. Tanda universal bahwa sedang tersedak sesuatu. Casilda tak bisa jelas mendengar perkataan orang yang menariknya itu, samar-samar pendengarannya mengecil seiring pandangannya semakin tidak jelas. Orang itu terdengar marah dan membentaknya, tapi Casilda tidak punya tenaga lagi, dan berbisik kecil dengan usaha terakhirnya sementara kedua bahunya diguncang hebat oleh pendatang kurang ajar itu. “Se... sedhak.. teeer- che-dhak...” suaranya kecil, tidak jelas dan tipis. Ketika kesadarannya mulai sangat menurun, tubuhnya seketika diputar paksa dan orang yang menariknya itu melakukan heimlich maneuver padanya. Tubuh Casilda melemas dengan perut yang dipompa paksa, gerakan sentakan mengurut dari orang itu di perutnya begitu berirama dan berkali-kali. Dia mengucapkan sesuatu yang terdengar sangat panik. Sayang, Casilda tidak mendengarnya dengan jelas. Dengan suara ‘pluk’ yang agak konyol, bakso itu akhirnya jatuh keluar ke lantai, tapi perempuan itu sudah pingsan karena terlalu lemas. 'Mungkin ini adalah akhirku... menyedihkan sekali... baguslah, setidaknya aku tidak perlu lagi jadi perempuan gila kerja karena uang. Aku capek.... Danish, maafkan kakak. Kakak pergi lebih dulu. Baik-baik, ya...' batinnya ngaco di detik-detik sebelum akhirnya pingsan dalam pelukan kokoh seorang pria berjaket biru tua. “Dasar bodoh!” umpat pria berjaket itu, memeriksa wajah lemas Casilda. -------- *Catatan Author Hola! NatsuHika di sini!^^ Saya mau infoin lagi buat pembaca yang belum sempat baca catatan author saya di bab sebelum-sebelumnya (karena isi bab sekarang sepertinya lama baru berubah setelah diedit, bahkan sepertinya tidak akan berubah jika tidak melakukan clear cache), so, jangan lupa mampir ke novel saya yang lainnya di sini, ya! :) Judulnya DIKEJAR-KEJAR OLEH 5 MANTAN SUAMI (kisah Ruby dan Aidan) Genrenya sama dengan novel ini, khusus angst, derita tiada tara tokoh wanitanya gara-gara salah paham dan balas dendam. Prianya kejam di awal tapi lama-lama bucin, dan menyesal sampai mau mati rasanya setelah tahu kebenaran yang ada. Bedanya, kisah Ruby benar-benar bikin emosi sejak awal sampai mungkin ada yang tidak tahan membacanya karena terlalu gelap dan esktrem. Buat yang suka cerita kejam dan sadis, tapi masih ada romance dan penyesalan, serta kesempatan kedua, boleh mampir di sana, yak!^^ Gratisan, tapi updatenya dikondisikan tergantung waktu saya, karena harus update 3 novel wajib yang sudah kontrak. Untuk update MMS akan mulai teratur pada tanggal 25 Juli 2022, 1 bab per hari. (Hari ini saya kasih bonus 5 bab, biar semangat yang baca. Hehehe.) Tinggalkan jejak kalian biar saya tahu seberapa suka kalian pada kisah Casilda dan Arkan, mungkin saya bisa tiba-tiba boom update, loh, jika komennya banyak!^^ Perlu diingat, kalau cerita ini awalnya saja yang ringan, lama-lama isinya penuh kekejaman dari Arkan sang Top Star kepada Casilda dengan aksi balas dendamnya yang tidak masuk akal. Harap jempol dijaga. Hahaha. xD Sampai jumpa minggu depan!^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD