Bab 114 Dia Mendengar Semuanya

1406 Words
Alexander mengedikkan bahu malas. “Siapa yang tahu, kan, isi hati dan pikiran seseorang?” Sang aktor menatapnya semakin kesal, tapi hanya diam saling pandang dengan wajah dingin serius itu. Tentu saja karena dia tahu maksud dari sindirannya. “Kalau kamu ingin menagih hutang keluarga Casilda, berikan saja nomor rekeningmu kepada kepala pelayan di dalam sana. Secepat mungkin akan aku transfer.” Alexander terkekeh arogan, “apa kamu tahu berapa hutang ayah Casilda beserta bunganya?” Kening Arkan mengerut kesal, merasa terhina. “Apa 500 milyar cukup?” ucap sang aktor, lebih dingin dan serius daripada lawan bicaranya. Gelak tawa Alexander seketika pecah di udara, tapi sangat elegan dan begitu keren. Khas pria gentleman yang begitu dewasa dan penuh perhitungan. “Kenapa kamu malah tertawa, hah?” protes Arkan tak sabaran, merasa tersinggung. Alexander tersenyum kecil. “Aku hanya tak menyangka demi seorang wanita seperti itu, kamu yang seorang aktor dan model papan atas dengan label playboy rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Jika para penggemarmu mengetahuinya, sudah pasti dirimu akan dicap sebagai pria gila tidak masuk akal.” “Tutup mulutmu!” Lawan bicara Arkan memiringkan kepalanya, terlihat menilai dan meremehkan di saat yang sama, melanjutkan dengan nada sedikit dingin dan tajam, “aku tidak tahu seperti apa hubunganmu dengan Casilda selama ini. Tapi, di mataku, kalian berdua tidak seharmonis yang kalian ungkapkan di depan kedua orang itu.” “Harmonis atau tidak, itu bukan urasanmu!” Mata Arkan memicing tajam. Kenapa pria sialan di depannya ini semakin menyebalkan saja?! “Baiklah. Tapi, dengan status rumitmu saat ini, aku penasaran seberapa lama hubungan kalian akan bertahan. Apalagi dengan dirimu yang suka punya banyak skandal. Menahan keinginan liar dari seorang pria sepertimu, aku rasa tidak akan mudah. Aku tidak sedang meremehkan Casilda, tapi mengingat profesimu yang bertabur wanita cantik dan seksi, apa kamu yakin tidak akan meyakitinya suatu hari nanti? Bagi seseorang yang sudah terbiasa bermain api, tidak akan mudah melepas kehangatan itu sendiri.” “Simpan saja ocehanmu itu untuk dirimu sendiri,” balas Arkan super dingin, meringis gelap tidak menyenangkan. Alexander lagi-lagi mengedikkan bahunya malas, tampak membuat gerakan wajah mengejek dan merendahkan. “Aku rasa kamu tahu sendiri hal itu lebih baik daripada siapa pun, kan? Tujuanku mengatakan ini, bukan karena ingin mendukung hubungan kalian berdua, melainkan karena aku sudah tidak sabar melihatnya hancur.” “Jaga mulutmu!” bentak Arkan kesal, kedua tangan mengepal kuat. Ingin rasanya dia bangkit dari duduknya lalu maju menerjang dengan sebuah pukulan keras ke wajahnya, tapi dia menahan diri mengingat hari ini tidak boleh memberikan kesan negatif kepada kedua orang tua Casilda. Dengusan Alexander terdengar, menjelaskan lagi dengan santai dan sangat arogan. “Sejujurnya, aku tidak menyangka kalau kamu benar-benar akan nekat menikahi Casilda hari ini. Padahal ucapanku tadi hanyalah sebuah ujian. Catat baik-baik, Arkan sang Top Star, walaupun kalian berdua sudah menikah dan resmi menjadi sepasang suami istri, bukan berarti aku mempercayaimu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, jika benar mencintai seseorang, tentunya tidak akan menyakitinya dalam hubungan yang tidak sehat, bukan? Aku tidak sabar menunggu status janda Casilda dalam waktu dekat ini. Perkiraanku, kalian bertahan maksimal hanya 3 bulan saja.” Arkan terbahak mengejek, dingin dan gelap dengan pandangan wajah ditundukkan tajam. “Bukankah kamu juga tidak masuk akal? Sebagai seorang pria dengan fisik lumayan, dan kekuasaan hebat, juga bisa memilih wanita yang lebih daripada Casilda, kenapa malah sangat ngotot mengincar wanita milik pria lain? Apakah itu adalah hobi unikmu?” Alexander terdiam sejenak, wajah dingin datarnya sulit terbaca. Beberapa detik berikutnya, dia akhirnya memberikan jawaban. “Apa yang kamu katakan memang benar adanya. Aku bisa mendapatkan wanita secantik apa pun. Sayangnya, aku bukan pria yang memuja kecantikan. Casilda sangat unik, dan aku merasa jika melepaskannya begitu saja, mungkin aku akan sangat menyesalinya. Karena hal itulah aku memilih dan menyukai Casilda lebih daripada sebelumnya. Pernikahan kalian malah membuatku semakin ingin memilikinya. Satu lagi, wanita cantik memang ada banyak di dunia ini, tapi wanita dengan kepribadian menarik dan indah untuk dijadikan istri dan pasangan seumur hidup, hanya bisa ditemukan sedikit. Salah satunya adalah Casilda. Jika Casilda bersamaku, dia tidak perlu bersembunyi seperti seorang pencuri dan merasa rendah diri seperti saat sedang bersamamu saat ini. Aku rasa, pria egois dan playboy sepertimu tidak akan bisa memahaminya sampai kapan pun. Sekalipun aku tidak rela kalian telah menikah, aku masih sungguh-sungguh berharap Casilda tidak hanya sekedar menjadi alat pelampiasan nafsumu semata, atau menjalankan rencana rahasia apa pun itu yang hendak kamu lakukan kepadanya.” “Kamu terlalu cerewet! Mau aku menikahinya karena apa, itu tidak ada hubungannya denganmu! Tidak akan kubiarkan dia menjadi milikmu atau pria lain! Wanita itu adalah milikku! Aku berhak melakukan apa pun kepadanya!” Wajah Alexander menggelap tajam, menatap dengan sorot mata dinginnya yang mengeras. “Dari gaya bicaramu seperti ini saja, aku sudah bisa menebak jenis hubungan apa yang Casilda jalani. Sangat disayangkan aku terlambat bertemu dengannya, dan dia malah terjerat pria sepertimu.” “Cukup! Sekali lagi kamu melanjutkan ucapanmu, maka jangan salahkan aku untuk berbuat kasar!” Pria berjas hitam yang berdiri angkuh di sana tertawa, menatap Arkan dengan wajah mengejek tajam. “Sudah jelas saat ini kamu tidak menghargai Casilda sebagai pasanganmu. Tidak perlu akting di depanku, Arkan sang Top Star. Hanya ada kita berdua di sini sekarang.” “Casilda sudah menjadi milikku, sekalipun aku tidak menghargainya, tidak mencintainya, dan hanya menganggapnya sebagai barang atau sampah! Tidak akan kubiarkan siapa pun, termasuk dirimu untuk bisa bersamanya!” Alexander memotongnya cepat, mendesis tinggi di udara. Wajah mengggelap tajam penuh peringatan. “Apa pun alasanmu menikah dengannya, dan tak mau melepaskannya, sepertinya itu jauh lebih rumit daripada yang aku bayangkan. Tapi, tidak mengapa. Sebuah rumah tanpa pondasi yang kokoh, lama kelamaan pasti akan ambruk juga.” “Diam!” desis Arkan naik darah, bangkit dari duduknya menahan dadanya naik turun. Maju selangkah lagi, sudah yakin dirinya akan menghajar pria super menyebalkan itu! “Intinya, aku hanya ingin mengatakan ini kepadamu, Arkan sang Top Star, kalau aku akan tetap menunggu Casilda untuk menjadi pasanganku. Asal kamu tahu saja. Aku tidak percaya kata-kata dari 4 jenis manusia di dunia ini: pemabuk, pecandu, tukang judi, dan seorang playboy. Entah permainan apa yang kamu lakukan kepada Casilda, suatu hari nanti akan aku temukan dan akan menjadikannya alasan yang tepat untuk merebutnya darimu.” Usai berkata demikian, keheningan jatuh di antara kedua pria ini, saling tatap sangat tajam seolah akan membakar lawan bicara masing-masing. Arkan mendesis memberi ancam, mengetatkan otot-otor wajahnya, “wanita itu tidak akan pernah aku lepaskan, meskipun jika aku sangat membencinya dan jijik kepadanya. Mau aku menghancurkan dan mempermainkannya seperti apa sampai tak berbentuk dan rusak, tidak akan aku biarkan orang lain ikut campur masalah di antara kami berdua. Dia adalah milikku! Sekalipun aku menganggapnya sebagai sampah tak berguna, tidak akan kubiarkan ada orang yang memungutnya atas dasar kasihan. Sampah akan tetap kubiarkan menjadi sampah!” Alexander tersenyum misterius, membuat nadi di pelipis Arkan berdenyut kesal bukan main! “Apa kamu mendengarnya dengan sangat jelas, Casilda? Apakah itu ucapan dari pria yang kamu bilang sangat kamu cintai dan mencintaimu?” Mendengar ucapan Alexander yang tiba-tiba seperti itu dengan lirikan mata ke arah tempat pondok kecil yang sempat didudukinya tadi, membuat jantung Arkan seketika mendingin hebat. Entah kenapa dia sangat kaget bagaikan disambar petir tepat di wajahnya! “Su-suamiku, ibu dan ayah mencarimu. Aku tunggu di dalam,” ucap Casilda canggung dan malu sangat hebat. Pria di depannya diam dalam keadaan syok. Wanita ini muncul dari tempat persembunyiannya usai mendengar semua percakapan itu dari awal sampai akhir. Casilda yang menunduk cepat karena merasa malu kepada Alexander yang katanya ingin menguji hubungan mereka, tidak sempat melihat ekspresi kaget sang suami. Detik berikutnya, Casilda menganggukkan kepala sopan dan segera pamit dari sana tanpa kata-kata lagi. Tiba-tiba saja ada rasa sakit perih di hati Casilda, sebuah rasa yang menebas hatinya bagaikan sabetan pisau es yang menyengat seluruh aliran darahnya. Padahal dia tahu sendiri kalau Arkan memang tidak punya perasaan apa pun kepadanya selain kebencian yang merasuk hingga ke tulang. Hanya ingin menghancurkannya berkeping-keping dan menjadikannya manusia tak berharga sama sekali. Sebuah mainan, alat pelampiasan dendam tiada akhir baginya. Ada apa dengannya dirinya ini? Kenapa dia sekarang jadi gemetar sekujur tubuh, dan hatinya seolah tenggelam ke dalam lautan yang dingin dan gelap? Apa yang diharapkannya dalam pernikahan bodoh dan tidak ada cinta ini? Sudut-sudut air mata Casilda memanas. Bibirnya gemetar hebat dengan perasaan bodoh dan malu memeluk hatinya. Kakinya yang berjalan cepat, tiba-tiba saja tersandung batu kecil, langsung jatuh dengan sangat menyedihkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD