Bab 120 Tetaplah di Jalan yang Lurus

1200 Words
Arkan Quinn Ezra Yamazaki melamun di sofa ruang tamu manajernya sambil mengulang-ulang ingatannya saat Casilda tengah dipeluk oleh dokter Archer tepat di depan matanya. “Apa-apaan dia? Masih juga mau jual diri? Apa dia jadi ketagihan dapat uang banyak dari pria yang digodanya? Cermin sedikit, Gendut! Dari mana dia masih ada cantik-cantiknya?” omelnya pada udara kosong. Arkan segera tertegun syok ketika ingat ucapan Alexander betapa nikmat bibir Casilda. Kontan saja membuat sang aktor menggelap kejam, gigi digertakkan kuat-kuat! “Kurang ajar! Awas saja kalau dia masih berani menyentuh Casilda setelah menjadi milikku!” geramnya kesal, tangan kanan mengepal kuat. Dari arah pintu masuk, tidak jauh dari Arkan duduk, Abian Pratama dalam balutan mantel abu-abunya mengerutkan kening, bersedekap elegan menatap ganjil pada tingkah laku sahabatnya itu. “Dia kenapa?” tanyanya kepada seorang wanita berambut pendek yang baru muncul di dekatnya. Renata Gracia Indira, manager Arkan itu mengedikkan bahu malas. “Entahlah. Sejak tadi dia datang mukanya sudah kusut seperti cucian kotor. Tanyakan sendiri kepadanya sampai punya suasana hati buruk begitu. Sekalian pasti akan sangat menolongku juga menghadapinya.” Rena masuk melenggengkan tubuhnya ke dalam ruangan, lalu melemparkan setumpuk kertas di atas meja di hadapan sang aktor. “Apa ini?” Arkan menatapnya kesal. Sang manager melipat tangan di dadanya, memiringkan kepala menahan amarah, “semuanya sudah diatur ulang sekali lagi. Termasuk masalah semua jadwal syuting yang sudah ditunda cukup lama. Mau tidak mau, salah satunya kamu harus mundur. Walaupun rasanya sayang sekali di saat kita sudah melakukan konfrensi pers dengan dana lumayan tidak sedikit untuk perilisannya. Mungkin sebaiknya kita batalkan saja untuk drama web series baru-baru ini, meski ada brand mahal di dalamnya. Lagi pula, hanya beberapa episode. Tidak seperti drama spesial satunya yang sudah memakan waktu berbulan-bulan persiapan sampai promo khusus ke panti asuhan terkait. Belum lagi ada Lisa sebagai lawan mainmu. Jadwal tayang perdananya juga sudah semakin dekat. Kalau ganti orang dan menundanya lagi, biaya pembatalan kontrak akan sangat mencekik agensi kita. Selain itu, masih ada jadwal syuting bersama Lisa di luar negeri untuk pengambilan iklan jam tangan mahal dengan konsep fantasy dengan dukungan dari sutradara kelas Hollywood. Aku dengar kamu sudah setuju dengan hal itu. Jadi, jangan buat masalah di saat-saat terakhir meski tidak suka dengan konsepnya. Kamu memang adalah aktor yang sedang naik daun beberapa tahun belakangan ini sampai mendapat julukan Arkan sang Top Star, dan Superstar di tingkat internasional. Tapi, kita semua tahu kalau sebuah bintang, cahayanya akan redup suatu hari nanti. Tidak peduli latar belakang dan rupanya seperti apa.” “Berisik. Cerewet sekali!” balas Arkan malas dengan ocehan panjang sang manager, meliriknya dingin, lalu meraih naskah di depannya. Abian Pratama terkekeh kecil, lalu mengomentarinya pelan, “hari ini kamu sangat patuh. Tidak biasanya seperti itu. Apakah ada yang istimewa terjadi pagi-pagi ini?” Mendengar kata ‘istimewa’, otak Arkan berputar pada adegan di tangga darurat usai menikmati kemesraannya dengan istri barunya. Sekujur tubuhnya memerah sangat jelas, membuat dua orang yang berdiri di depannya kaget melihat reaksi aneh sang aktor. “Wuah? Jadi, benar ada kejadian istimewa? Kamu sudah tidur dengan Lisa?” tuduh Renata kaget. “Jangan sembarangan, ya!” koar Arkan galak, seketika berdiri dan membanting naskah ke atas meja. Entah kenapa sangat emosi mendengar hal itu. “Aduh, salah, ya? Maaf! Maaf!” kekeh Renata geli. Merasa sangat lucu melihat reaksinya yang mirip anak kecil ngambek itu. Walaupun Arkan melakukannya dengan kasar dan terkesan menyiksa Casilda, pria ini sebenarnya terlalu bahagia bisa menyentuh sang cinta pertama setelah sekian lama. Tidak peduli bentuk tubuhnya seperti apa. Bahkan dengan tubuh berpipi bakpao itu, kelembutannya lebih daripada semua wanita yang sudah pernah disentuhnya. Squishy pribadinya yang sangat menyenangkan! Ya. Sadar atau tidak, Arkan sudah kecanduan parah dengan tubuh istrinya! Semakin parah, karena cinta pertama bagi seseorang jelas akan sangat spesial bagi siapa pun di dunia ini, dan hal itu menjadi pemicu sang aktor bereaksi luar biasa jika sedang menyentuh sang istri. Membuat akal sehatnya tidak jernih, dan hewan buas di dalam dirinya seperti meraung hebat penuh kepuasaan mengklaim wilayah pribadinya yang istimewa. “Jangan bahas itu lagi! Katakan saja apa jadwal terbaruku sampai akhir tahun ini.” Renata dan Abian geleng-geleng kepala melihat tingkahnya yang mulai arogan dan angkuh. Walaupun mereka penasaran apa yang sudah membuat Arkan begitu aneh, keduanya memilih untuk mengabaikannya saja. Keduanya berpikir, pasti itu tidak jauh dari masalah ranjang dan percintaan terlarangnya. Renata kemudian meraih sebuah dokumen dari atas mejanya, menyerahkannya kepada pria berpakaian serba hitam yang keren di sofa, berkata dengan nada bijak, “gara-gara gosip waktu itu, sebagian kontrak ada yang membatalkan perjanjiannya. Tapi, sepertinya setelah mendengar kalau kamu adalah penerus dari raja dunia hiburan, tawaran baru yang datang 3 kali lipat daripada yang sudah membatalkan kontrak. Ini tidak begitu buruk.” Kening Arkan mengerut dalam, meraih dokumen itu dari wanita berkemeja putih rok span merah di depannya, menimpalinya kesal, “bagaimana dengan jadwal syutingnya?” “Nanti aku hubungi lagi. Saat ini, diamlah di rumah dulu sampai jadwal barumu benar-benar sudah disetujui oleh bos besar.” Arkan menggerundel kecil kepada diri sendiri, meraih naskah bersamanya, hendak berjalan keluar ruangan. “Ingat pelajari naskah barunya, ya! Ada sedikit perubahan di dalamnya!” teriak Renata pada punggung sang aktor. Abian pamit kepada Renata, mengikuti Arkan ke pintu keluar. “Kamu sepertinya sangat bahagia, meski merajuk seperti itu.” Abian mulai menggodanya, menyenggol sebelah bahu sang aktor. “Berisik. Jangan mulai bertingkah seperti Renata juga! Aku tidak suka!” “Tapi, benar, kan, itu ada kaitannya dengan seorang wanita? Wajahmu tadi sangat merah sampai aku pikir kamu sedang demam,” kekeh Abian lucu. Arkan berhenti mendadak, menatapnya kesal, lalu teringat kembali pria di depannya ini sempat juga dekat-dekat dengan Casilda. “Aku ingatkan, ya, sahabatku, kamu tidak cocok jadi seorang player! Status playboy tidak layak kamu sandang sebagai seorang pria berkarisma dan pekerja keras! Jadi, tetaplah di jalan yang lurus!” tegas Arkan dengan wajah serius dibuat-buat, kening mengencang sembari menahan kedua bahu Abian dengan sangat tegap. “A-apa maksud ucapanmu itu?” tanya Abian dengan mata mengerjap bingung. Arkan hanya mengangguk-angguk serius, lalu pergi meninggalkan sahabatnya itu dalam tanda tanya besar. “Dia itu kenapa, sih? Dasar aneh,” umpat Abian bingung. Di depan sana, Arkan mulai membaca sekilas naskah terbarunya, wajahnya memerah kecil. Tapi, seketika marah kembali ketika ingat istrinya benar-benar genit dan suka menggoda pria lain! “Gendut, dia sedang apa sekarang, hah?” omelnya pada diri sendiri, segera meraih ponsel, menghubungi sebuah nomor. “Di mana?” tanya Arkan dingin. “Ke-kedai ayam krispi,” balas Casilda pelan di seberang sana. “Kapan selesainya?” “Mungkin agak sorean.” “Aku ke sana sekarang.” “A-apa? Untuk apa?” Belum sempat Casilda yang tertegun kaget dengan ucapan sang suami, sambungan sudah ditutup begitu saja dengan sangat dingin dan tirani. Hal itu membuat Casilda terbengong hebat di depan meja dengan beberapa tamu yang menatapnya bingung. Sementara itu, di sisi lain, Arkan sang Top Star mulai memasang wajah kesalnya ketika di benaknya mulai terbayang-bayang wajah Ryan yang selalu menempel kepada Casilda. “Gendut itu, dia pikir masih laku apa? Benar-benar genit! Apa malam ini aku kasih hukuman lagi kepadanya?” gumamnya dengan wajah bingung seriusnya, sedikit tampak bodoh dan konyol tapi masih sangat tampan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD