34 - Permohonan Pada Iblis

703 Words
    Layaknya seorang karakter dalam kartun yang belum sadar ketika ia akan jatuh, mataku perlahan-lahan melihat ke arah bawah, di mana seharusnya ada tanah yang aku injak saat ini digantikan oleh kegelapan.     Genggaman tangan Kazuyoshi semakin keras, sebelah tangannya yang lain memegang bagian tanah yang belum runtuh di ujung jurang.     “Akari! Bertahanlah!” Mata Kazuyoshi terlihat sangat panik.     Aku langsung menggenggam balik tangan Kazuyoshi dengan erat. Sebelah tanganku yang lain mencoba untuk berpegangan pada batu yang berada di dinding jurang, sedangkan kedua kakiku berusaha untuk mencari pijakan, berniat untuk mengurangi beban Kazuyoshi yang menahan tubuhku agar tidak jatuh ke dalam jurang.     Wajahku kembali menghadap ke atas untuk melihat Kazuyoshi. Bibirnya yang ia gigit untuk menahan rasa sakit mulai berdarah, keringat dingin membasahi keningnya.     “Yusuke,” gumamku memanggil nama depan Kazuyoshi. Entah kenapa di saat genting seperti ini, aku malah mengingat ketika aku dan Kazuyoshi saat masih Sekolah Dasar ... atau bukan? Ingatan itu tiba-tiba menjadi rabun. Rasanya … rasanya pernah ada kejadian seperti ini dulu sekali …     Aku semakin panik ketika melihat Kirishima yang sudah berdiri tepat di atasku dan Kazuyoshi. Senyuman yang menyebalkan tidak juga hilang dari wajahnya.     Kirishima berjongkok di depan Kazuyoshi yang masih berusaha untuk memegang tepian tebing. "Apa sekarang kita bermain petak umpet? Tapi, bukankah posisi kalian yang bersembunyi seperti ini tidak nyaman?" katanya sambil menekan tangan Kazuyoshi.     Keringat dingin di kening Kazuyoshi semakin banyak. Kedua kakiku yang bertengger tidak nyaman pada dinding tebing mulai kelelahan. Terlebih lagi, tangan Kazuyoshi yang masih menahan beban kami berdua untuk tidak jatuh ke dasar jurang masih ditusuk-tusuk oleh jari Kirishima.     "Hei~ mau sampai kapan kalian berada di posisi tidak nyaman seperti itu?" kata Kirishima yang terdengar jelas bertanya dengan nada mengejek.     Aku dan Kazuyoshi tidak memiliki pemikiran untuk membalas perkataan Kirishima itu. Kami sudah sibuk dengan menyelamatkan nyawa kami sendiri.     Ujung bibir Kirishima langsung tertekuk ke bawah, matanya yang tajam melihat ke arahku dengan kilatan terhibur. "Apa kau masih berpikir penyihir dari Merqopolish itu akan datang?"     Aku menggigit bagian bawah bibirku. Berharap kalau Michiru segera datang.     Mungkin karena kesabaran Kirishima sudah mencapai batasnya, ia langsung berdiri dan menginjak tangan Kazuyoshi yang masih mencengkeram tepian tebing.     Pekikan pelan keluar dari mulutnya. Setelah menelan ludah dengan sulit berkali-kali, akhirnya ia berkata, "Kirishima, bukankah permainan ini sudah membuatmu puas?"     Kirishima memiringkan kepalanya sedikit. "Puas? Apa kalian tahu arti kata dari 'Puas'?" tanyanya dengan suara yang pelan. "Setidaknya, saat ini aku tidak merasakannya."     Kening Kazuyoshi langsung berkerut. "Kalau begitu... aku akan melakukan hal apa pun sampai kau merasa puas. Tapi, apa kau bisa membantuku untuk menolong Akari?"     Kedua alis Kirishima terangkat, kemudian ia terkekeh pelan. "Membuat permohonan pada seseorang yang ingin membebaskan para iblis... apa kau tahu, masa depanmu akan seperti apa jika kau melakukannya?"     Kali ini, giliran keningku yang berkerut. "Apa yang kau katakan!? Kau masih berpikir untuk menjadi seorang pahlawan dan membiarkan dirimu terluka?"     Kazuyoshi langsung menatapku dengan tajam. "Bisa kau dengarkan keinginanku kali ini saja, Akari?"     "Ta-tapi... apa kau yakin Kirishima akan melakukannya?"     Kirishima langsung membuat wajah yang tersakiti. "Ahh... Apa kalian pikir aku setega itu?"     Aku dan Kazuyoshi hanya menatap Kirishima dalam diam. Kirishima kembali terkekeh pelan, kemudian mengeluarkan benda berbentuk bola dari sakunya. Saat itu aku sadar kalau benda itu adalah Flying Gear miliknya.     Aku langsung menatap Kazuyoshi, memohon padanya untuk tidak melakukan hal apa yang akan ia lakukan. Bukankah rasanya mereka berdua jatuh semakin dalam ke perangkap Kirishima jika melakukan hal ini?     Sayangnya, Kazuyoshi tetap keras kepala dan sekali lagi memohon pada Kirishima. Kirishima yang sudah berada di atas Flying Gear yang hampir mirip dengan yang dimiliki oleh Michiru tersenyum cerah pada Kazuyoshi.     "Ingat apa yang kau katakan. Aku paling tidak suka dengan seseorang yang mengingkari janji mereka," kata Kirishima dengan wajahnya yang masih tersenyum cerah. Dengan cepat ia mengendalikan Flying Gear miliknya untuk melayang ke sampingku.     Aku memohon tanpa mengatakan apa pun pada Kazuyoshi sekali lagi. Tetapi ketika melihat wajahnya yang semakin pucat, dan berpikir jika aku terus keras kepala seperti ini... sepertinya di akhir kami berdua yang akan jatuh ke dasar jurang.     Kirishima membuka kedua tangannya, terlihat seperti ingin menerima pelukan dariku. "Akan kubantu, Nona~" kata Kirishima dengan nada riang, yang malah membuatku semakin takut padanya.     Meski takut, rasa takutku dengan pemikiran kalau aku dan Kazuyoshi akan berakhir di dasar jurang membuatku lebih takut. Akhirnya, aku menggenggam salah satu tangan Kirishima dengan erat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD