1. Prolog.

1031 Words
                                                                            Selamat membaca                                                                                         ***                                                             People change, however, change feelings is not that easy.                                                                                         ***             Aluna tersentak saat mendapati pintu kamarnya dibuka tanpa permisi oleh Andre, bertahun-tahun ia bersahabat dengan laki-laki itu, tidak pernah rasanya ia mendapati Andre melakukan hal seperti itu kepadanya, apalagi Andre sangat menghargai perempuan, menghargai Aluna dan tempatnya, dan kamar adalah tempat paling privasi bagi siapa pun, termasuk Aluna, Andre sama sekali tidak pernah melakukan hal seperti ini pada Aluna, selama ia berteman dengan Andre.             Tatapan mata Andre berbeda dari biasanya saat Aluna menatap laki-laki itu, bola matanya berwarna merah, bibirnya bergetar, tanganya juga sama, tak lama dari itu, laki-laki itu terduduk di karpet berwarna merah muda di kamar Aluna, dengan suara isakan yang tiba-tiba hadir di dalam di sana, Aluna tersedu, ia langsung panik saat melihat keadaan Andre seperti ini, kenapa, apa yang terjadi dengan laki-laki itu? Apa laki-laki itu tengah dalam masalah, hingga Andre tiba-tiba menangis seperti ini? tegurnya dalam hati.             “Hey, kenapa Ndre?” Tanya Aluna dengan suara yang lembut, tangan perempuan itu kini sudah mengelus punggung Andre yang masih naik turun, tak pernah rasanya Aluna melihat Andre seperti ini, ia sama sekali tidak tahu kenapa ini juga bisa terjadi, ada kejadian apa sebenarnya, apa yang baru saja dialami Andre hinga laki-laki itu menangis hampir kehabisan napas seperti ini.             Putri, Ibunya Aluna melihat Andre yang menangsi di dalam kamar anaknya terdiam membisu, ia baru saja melihat hal yang tidak mengenakan di halaman rumahnya, ya, pertengkaran antara orang tua Andre juga orang tua Aljeno, kedua sahabat dari putrinya.             “Ibuku, berselingkuh dengan Ayah Aljeno.”             Bak disambar petir, Aluna langsung terduduk dengan lemas setelah mendengar ucapan itu, mereka – ia, Andre, dan Aljeno sudah berumur lima belas tahun, pasti paham bahwa selingkuh itu adalah hal menyakitkan, mereka tahu bahwa selingkuh didalam dunia perpacaran saja sudah akan menyesakkan d**a, apalagi selama ini Ayah Aljeno menjalani hubungan terlarang dengan Ibunya Andre, benar-benar hal yang tak bisa dima’afkan, rasanya.             Dua puluh menit setelahnya, Andre sudah mulai lebih tenang, laki-laki itu sudah duduk dengan posisi yang benar dan menggengam segelas air yang diberikan oleh Aluna, ia sama sekali tidak mengatakan apa pun lagi, setelah ia mengatakan kalimat tadi, kalimat yang benar-benar membuat Andre hancur dan jelas membuat Aluna juga ikut hancur.             Ponsel Aluna terdengar mengeluarkan suara yang bertanda ada pesan masuk ke dalamnya.             Aljeno ganteng; Al, bisa ke taman sebentar?             Aljeno ganteng, ialah nama kontak dari Aljeno, demi apa pun, itu bukan Aluna yang memberi namanya, tapi, Aljeno sendiri, oke ini tidak pada tempatnya untuk dibahas, sambil melirik Andre yang menatap keluar jendela kamar Aluna, Aluna berucap, “An, aku keluar sebentar ya, mau ketemu Aljeno, sebentar aja,” ucap Aluna, ia sama sekali tidak tahu bagaimana ekpresi Andre setelah ia mengucapkan kalimat itu, selain Andre yang tidak menatapnya, laki-laki itu juga tidak bersuara sama sekali.             Aluna segera kabur setelah menutup pintu kamarnya, meninggalkan Andre di dalam sana sendirian, Aljeno juga sahabatnya, tidak peduli apa yang terjadi diantara ke duanya, tapi, Aluna tidak boleh pilih kasih, Andre dan Aljeno sama, sama-sama menjadi korban atas ulah dari kedua orang tua mereka, dan antara Aljeno dan Andre sama sekali tidak ada yang salah, dua temannya itu sama sekali tidak salah dalm hal seperti ini.             Aluna duduk di kursi taman dekat kolam, di mana Aljeno tengah melemparkan batu ke dalam kolam sana, sesekali Aljeno terdengar berteriak, mengeluarkan amarahnya, laki-laki itu memang lebih suka berteriak saat mengeluarkan emosinya, berbeda dengan Andre yang mengeluarkan air mata saat marah, Aljeno lebih suka berteriak, katanya hatinya lega dengan berteriak.             Saat Aljeno berbalik, ia bisa melihat senyum perempaun itu, senyum yang seketika membuat tubuhnya lebih tenang, senyum yang membuat kehancuran hati Aljeno sedikit berkurang, walau hanpir seratus persen, hatinya masih terasa hancur. “Mungkin Andre sudah cerita ke kamu ya?” Aljeno berucap saat tubuhnya sudah berada di sisi Aluna.             Aluna mengangguk, sambil menatap laki-laki yang memilih menatap kearah depan, tidak mau balas menatap Aluna, Aljeno seolah malu dengan apa yang sudah diperbuat oleh Ayahnya, Aljeno sungguh tidak bisa menatap mata Aluna, sekarang ini, pun Andre, rasanya Aljeno sama sekali tidak bisa menatap sahabatnya itu.             “It’s okay, don’t worry Jen, ini bukan salah lo, atau pun salah Andre,” ucap Aluna lagi. Aluna pikir dua orang sahabatanya ini hanyalah korban dari perbuatan orang tua mereka, Andre dan Aljeno sama sekali tidak berbuat salah di sini, dan tidak pantas merasa salah dengan satu sama lain, mereka sama, terkena musibah yang memekikan hati ini, yang sama-sama membuat mereka hancur, yang sama-sama membuat mereka merasa bersalah.             “Iya, gue tahu, but, gue rasanya enggak mampu ngelihat Andre lagi,” ucap Aljeno, kali ini laki-laki itu memilih menatap Aluna, menatap perempuan yang ada di depannya itu. “Gue pindah sama Ibu, hari ini juga Al,” katanya lagi dengan suara yang lirih, seolah tidak terima dengan kejadian yang mengubah seluruh hidupnya itu per mala mini.             Setelah kejadian itu, luka di hati Aljeno dan Andre jelas tidak akan pernah kering akibat ulah orang tuanya, walau sebaik apa pun mereka mencoba mengobati, kenangan buruk itu jelas masih terbayang dengan jelas di benak dua anak manusia itu, dan mungkin dibenak Aluna yang dengan jelas mengetahui masalah ini.             Tepat satu tahun Aluna melepas Aljeno pergi dengan hati yang hancur, perempuan itu tertengun, hatinya terusik akan rindu kepada laki-laki itu, ya, selepas pindah meninggalkan Indonesia, meninggalkan dirinya dan Andre, Aljeno sama sekali tidak pernah menghubunginya lagi, semua sosial media, dan nomor ponselnya pun sudah tidak aktif lagi, Aluna kehilangan jejek laki-laki itu.             Berbeda dengan keadaan Andre, Andre masih bertahan dengan kedua orang tuanya, di rumahnya, kedua orang tua Andre mencoba memperbaiki apa yang sudah terjadi, walau kata Andre mereka sama saja menciptakan neraka di dalam rumahnya, Andre benci dengan takdir ini, benci dengan masa lalunya, dan jelas benci dengan perbuatan ke dua orang tuanya di masa lalu, bahkan di masa kini, ia benci dengan orang tuanya yang memakai topeng seolah tidak terjadi apa-apa, padahal sebetulnya mereka saling menyakiti satu sama lain.             Aluna hanya bisa tersenyum, mengingat kejadian yang menghancurkan hati Aljeno, juga Andre, tak terkecuali dirinya. “Tuhan, tolong beri Andre juga Aljeno kekuatan,” Do’a Aluna saat melihat Andre yang kembali tertidur di karpet, di kamarnya.                                                                                             ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD