“Udah tau sesat. Kenapa diikuti?” tanya sopir tersebut yang tentu saja membuat kedua wanita meradang. “Kami tau salah, Pak. Tapi ini di luar jadwal ritual. Bapak tak ikut pesugihan dan kena imbasnya bersama kami dan telah ikut ke Gunung Kemukus. Tanpa sadar itu sama dengan jadi tumbal. Tau gak? Setiap saat, nyawa Bapak bisa jadi taruhan, termasuk saat ini,” ungkap Saimah dengan tersenyum sinis. Seketika sopir syok dibuatnya. “Iya, Bu. Maafin saya, keceplosan,” ucap sang sopir sambil kedua mata tetap awas menatap jalan. “Ya, Pak. Lain kali jaga omongan aja. Kami udah sumpek dengan semua kejadian yang menimpa,” ucap Saimah sembari tersenyum, meski terkesan dipaksakan. Perjalanan mereka telah sampai gerbang perumahan. Saimah menoleh ke belakang untuk memberitahu sejoli. “Nanti, kita pur

