Asap hangat tampak mengebul dari atas makanan-makanan tersebut. Ada dua gelas kopi dipenuhi uap hangat di atasnya. “Kesi! Mas Badrun!” Terdengar sayup-sayup suara Saimah dan Parman bersahutan. “Kalian di mana?” Suara Parman terdengar jelas di samping kiri sejoli. Keduanya seketika kaget. Mereka mencari sumber suara tersebut. Namun, sejoli ini tak menemukan apa pun, setelah berkeliling ruangan yang berukuran 4x5 meter tersebut, termasuk ke dalam bilik tempat tidur. Sepi. Tak ada seorang manusia pun, kecuali mereka. “Barusan suara Saimah dan Mas Parman, dari mana asalnya?” tanya Kesi sambil meneliti setiap dinding. Dia berpikir di salah satu dinding, ada pintu yang bisa dibuka. Namun,nyatanya hanya dinding anyaman bambu yang rapat tanpa ada pintu rahasia. “Kesi! Mas Badrun!” Terdengar

