Terpaksa Ngampus

1909 Words
Beberapa saat sebelumnya, Setelah kemarin--sepulang dari kampus--ia memutuskan untuk pulang ke rumah Taksa bahkan menginap juga di sana, kini Rasen pun memutuskan untuk pulang ke rumah saja meski ia tahu seharusnya ia buru-buru pergi ke kampus mengingat hari ini ada jadwal kuliah yang tidak boleh ia lewatkan. Lagipula, hari ini adalah hari di mana ia akan berhadapan dengan dosen Via--dosen fisika-- yang tentu saja kurang ia sukai. Sebab, dosen yang sedang hamil tua itu merupakan satu-satunya orang yang tidak pernah menyerah sekalipun sudah Rasen buat dia kesal dengan sejumlah kelakuan minusnya selama ini. "Males banget gue kalo harus ketemu sama dosen Via. Lagian, katanya dia mau cuti, tapi mana? Terakhir kali dia ngajar, dia masih semangat 45 tuh. Bikin gue keki aja bawaannya. Sukur-sukur kalo dia tuh sampe resign aja sekalian. Biar di kampus gak ada yang pernah bawelin gue lagi seolah-olah dia adalah kerabat gue yang mengkhawatirkan masa depan gue andai kata gue males-malesan selama di kampus. Apalagi kalo udah seret-seret nama dekan, hiiiyyy... Seketika merinding nih bulu kuduk. Emang dasar ya, dekan sama set4n itu kedudukannya hampir setara di mata gue. Sama-sama menyeramkan. Dan gue lebih baik ketemu sama galgadot aja deh ketimbang harus berhadapan sama dekan apalagi set4an!" gerutu cowok itu di tengah dirinya yang sibuk mengendarai motornya sepanjang jalan. Untung saja dia sudah sempat sarapan tadi sebelum meninggalkan rumah sahabatnya. Maka Rasen bertekad, sesampainya ia di rumah nanti, ia akan langsung masuk ke kamar dan menidurkan diri sesuka hatinya. Tidak peduli dengan omelan mamanya nanti, yang jelas, Rasen membutuhkan tidur yang panjang setelah tadi malam dia keasyikan mabar--main bareng-- game online bersama Taksa dan dua teman lainnya. Sampai ketika motor yang Rasen kendarai melewati bengkel motor 'Sejahtera', ia pun menyempatkan diri untuk menghentikan lajuannya guna menyapa montir kenalannya yang terlihat sedang cukup sibuk mengurusi kerjaannya. Mengingat arah rumah Taksa memang sejalur dengan lokasi bengkel 'Sejahtera' maka setiap kali Rasen hendak main ke rumah Taksa dan pulang dari rumah teman karibnya itu pun Rasen tentu akan selalu melewati bengkel tersebut yang mana tempat dirinya senang sekali memodifikasi motor kesayangannya tersebut oleh Budi si montir ahli. Dan kini, ketika Rasen sudah menghentikan dulu lajuan motornya tanpa mematikan mesinnya, ia pun sigap berseru memanggil nama montir tersebut, "Hoy, Bud! Pagi-pagi dah banyak orderan aja nih kayaknya." Lalu secepat kilat, Budi yang semula sedang berusaha menyelesaikan pekerjaannya pun lantas menoleh ke sumber panggilan barusan. Mendapati Rasen yang kini sedang duduk di atas motornya tepat di depan sana, Budi pun sontak mengacungkan sebelah tangannya sambil membalas seruan Rasen sebelumnya, "Hei, Bos! Dari mana mau ke mana nih pagi-pagi begini?" ujar Budi balas berseru. Sementara Rasen, dia pun menggedikan bahunya sejenak sambil berkata, "Abis dari rumah si Taksa gue, terus sekarang mau balik. Ngerjain motor siapa lagi lu? Kerajinan amat digarap sama sendirian," tukas Rasen agak kepo. "Ini nih, gue lagi kelarin benerin busy motor p3langgan lama gue. Terus abis itu, gue baru deh kerjain motor si Mbak Cantik yang kemarin dateng ke sini," tukas Budi terkekeh. Membuat Rasen lantas memajukan dulu motornya memasuki bengkel tersebut, lalu ia menuruni motornya dulu berikut helm yang ia lepas juga dan ia taruh di atas jok motor yang sudah disetandarkan. "Mbak Cantik siapa sih, Bud? Yang dateng ke bengkel ini kan pasti bukan laki semua. Ada banyak pengendara cewek juga pasti yang datang ke sini buat benerin motornya," ujar Rasen tambah kepo. Lagian, kenapa juga Budi harus menyebutkan clue si Mbak Cantik yang mendadak bikin Rasen bertanya-tanya. "Itu loh, Bos! Yang waktu kita lagi bahas stopper ban kemarin, terus ada cewek cantik yang datang nanyain motornya gitu. Dan gue rasa, lo kenal deh sama dia, soalnya gue perhatiin... Lo kayak enjoy gitu pas ajakin dia ngobrol, ya meskipun agak ngaco sendiri sih gue denger kemarin," urai Budi terkekeh. Lalu dengan sekejap, Rasen pun teringat pada perempuan cantik berpipi tembam yang di hari kemarin ia sempat beberapa kali bertemu tanpa pernah ia sangka-sangka juga. "Oh iya gue inget! Jadi, dia ke sini lagi?" tanya Rasen setelah ia mengingatnya. "Iya, Bos. Ban belakang motornya kempes sampe harus diganti ban dalemnya. Kayaknya, dia abis bawa beban yang berat deh sebelumnya. Tapi kurang tau juga sih, yang jelas... Dia milih buat naik angkot aja katanya karena harus buru-buru dan gak bisa nunggu sampe gue kelar garap motor yang sebelumnya udah gue tangani," terang Budi diiringi dengan gedikan bahunya sekilas. "Oh ya? Terus, dia udah lama belum pergi dari sininya?" tatap Rasen dengan mata berbinar. "Belum lama juga sih. Ada lah sekitar kurang dari lima menitan yang lalu. Paling juga sekarang dia lagi nungguin angkot di stopan depan," ujar Budi menduga. Lalu setelah mendengarkan keterangan si montir kenalannya, mendadak saja Rasen pun ingin buru-buru mengecek stopan depan dan berharap kalau ia akan bertemu dengan perempuan tersebut di tengah rasa semangatnya yang menggebu-gebu. "Ya udah deh, Bud, gue cabut dulu ya! Thank you informasinya. Semangat bekerja, Bud!" seru Rasen terkekeh kecil. Kemudian ia pun segera menaiki motornya lagi setelah sempat mengenakan helmnya kembali. Setelah itu, ia pun mulai melajukan motornya lagi meninggalkan bengkel 'Sejahtera' guna menyusul si perempuan yang ia harapkan masih ada di stopan depan seperti yang sudah ia dengar dari informasi Budi tadi. *** Rasen mengembuskan napasnya kasar ketika tahu bahwa ternyata perempuan yang diantarnya ini malah membawa dirinya ke tempat di mana yang seharusnya tidak akan ia datangi di hari ini. Padahal sebelumnya, ia sudah berniat untuk membolos kuliah mengingat hari ini adalah jadwal dirinya masuk kelas fisika yang didoseni oleh dosen paling menyebalkan berperut bundar itu. Rasen tidak benci pada orangnya, melainkan Rasen benci pada sikapnya yang selalu saja membuat Rasen dongkol setengah mati. Di kala para dosen lainnya sudah bisa Rasen kuasai hingga mereka memilih untuk tidak banyak bertingkah setiap kali Rasen membuat ulah, justru dosen Via malah selalu bertindak tegas hingga membuat Rasen harus senantiasa terkena hukuman lagi, lagi dan lagi gara-gara ulah dosen fisika itu. Membuat Rasen merasa malas dan juga muak setiap kali ia bertemu dengan mata kuliah yang justru enggan dihadapinya itu. Namun apa boleh buat? Demi mengantarkan perempuan cantik yang sedang anteng duduk di jok belakang motornya ini, maka mau tak mau Rasen pun harus tetap menginjakkan kakinya di kampus lagi meski sejujurnya ia merasa enggan. "Lo mau ngapain sih ke kampus gue mulu? Mahasiswa baru ya? Pindahan dari mana?" Supaya tidak terasa bosan selama mengendarai motornya, Rasen pun memilih untuk melontarkan pertanyaannya kepada di penumpang di belakangnya yang sedari tadi hanya duduk membisu saja. "Kalo memang iya lo anak baru, lo ambil jurusan apa, hem? Terus, lo mahasiswa tingkat berapa sekarang? Kali aja gitu samaan kayak gue. Ya seenggaknya, nanti kan gue bisa antar jemput lo kalo lo beneran udah resmi kuliah di kampus buana. Siapa tau, kita ada chemistry yang kuat buat jadi couple. Lo gak keberatan kan kalo misalkan gue--" Tanpa disangka, perempuan di belakangnya itu pun telah menimpuk kepala Rasen yang untungnya berbalut helm menggunakan buku materi yang sedari tadi didekapnya erat. Membuat Rasen lantas memekik dan ia pun menyempatkan diri untuk menggerakkan salah satu tangannya guna ia usapkan ke bagian helm yang ditimpuk barusan. "Sadis amat sih, Neng! Gue kan cuma nanya dan sedikit berandai-andai. Kok, ini malah main timpuk aja sih. Emangnya lo mau tanggungjawab kalo misalkan gue kena geger otak akibat timpukan lo barusan? Masih untung gue pake helm pas lo timpuk pake buku setebel itu, coba kalo misalkan gue gak di helm, auto tembus otak langsung nanti yang ada!" cerocos Rasen tanpa jeda. Mirip banget dia kayak anak gadis yang sedang ngambek gara-gara rambut indahnya ditempelin sama permen karet. "Kalo lagi berkendara, gak usah banyak bicara. Agak ngebutan bisa gak? Saya gak punya banyak waktu buat leha-leha kayak orang pengangguran," celetuk Nirmala judes. Membuat Rasen lantas mendengkus sebal karena bukannya perempuan itu minta maaf atas perbuatannya barusan. Tapi justru dia malah merintah seenaknya seolah-olah Rasen ini adalah kang ojek yang ditumpanginya. Namun ya mau bagaimana lagi? Toh, salah Rasen sendiri. Siapa suruh dia sok-sok-an nawarin perempuan itu buat nebeng sama dia. Dan salahnya lagi, Rasen bahkan gak ada nanya dulu sebelum itu perempuan melompat naik ke atas jok belakang motor gunungnya. Dan sekarang, setelah si perempuan mengomando dirinya agar sedikit mengebut, maka tentu saja Rasen pun meningkatkan laju kecepatannya hingga sontak membuat Nirmala setengah memekik meski di detik berikutnya ia sudah bisa menormalkan kembali rasa terkejutnya yang sesaat lalu sempat menghampiri. Sementara itu, Rasen sendiri memilih untuk tidak banyak berbicara lagi. Selain karena dia sedang merasa dongkol, Rasen pun sudah telanjur bete kepada si perempuan yang rasanya baru kali ini loh ada yang berani mengabaikan segala tanya yang sudah Rasen lontarkan kepadanya. Mengingat sejauh ini Rasen yang selalu diuber-uber oleh kaum perempuan, maka tentu ini adalah kali pertamanya dia diabaikan oleh seorang perempuan yang perdana juga didekatinya. Sampai ketika motor yang Rasen kendarai bersama seorang perempuan di belakangnya yang memilih untuk tidak banyak melontarkan kata di sepanjang perjalanan mereka tadi, maka kini akhirnya motor trail itu pun telah memasuki lingkungan kampus Buana Putih juga seiring dengan waktu jam mengajar Nirmala yang telah tiba. Hingga ketika Rasen sudah menghentikan lajuannya beberapa detik yang lalu, dengan sigap Nirmala pun menuruni motor tersebut sembari tak lupa melepas helm milik si pemuda mengingat helm kepunyaannya sendiri telah sengaja ia tinggalkan bersama dengan motor kesayangannya yang sedang diservis bagian ban dalamnya di bengkel yang sama yang juga ia datangi sewaktu kemarin motornya mengalami kemogokan mendadak. Lalu sembari menyerahkan helm tersebut kepada pemiliknya, Nirmala pun sempat berucap meski hanya sepatah kata. "Terima kasih." Setelah itu, Nirmala pun bersiap melangkah di tengah Rasen yang tiba-tiba memanggilnya. "Eh bentar!" seru pemuda itu. Membuat Nirmala serentak mengurungkan niat melangkahnya dan kini melirikkan pandangannya ke arah si pemuda dengan sebelah alis yang ia naikkan. "Lo pikir dengan hanya lo yang ucapin terima kasih doang itu udah cukup?" ujar Rasen tak terima. Lagi, lagi menyebabkan Nirmala lantas harus terpaksa kembali bersuara. "Maksudnya?" tanya Nirmala singkat. Rasen sontak tersenyum lebar. "Gue mau tau nama lo, sehabis itu baru deh gue anggap lo udah berterima kasih karena udah nebeng bareng gue," cetus pemuda itu terkekeh. Untuk sesaat, Nirmala pun mendesah pelan. "Kamu mau tau nama saya?" lontar sang gadis bertanya lagi. "Iya lah! Entah kenapa, gue merasa kalo kita bakalan sering ketemu. Jadi daripada gue cuman panggil lo dengan sebutan 'eh' atau apapun lah yang bisa gue pake pas manggil lo, akan lebih baik kalo lo mau sebutin nama lo aja supaya gue gak kagok pas manggil lo lagi di saat kita mungkin bakalan ketemu lagi meski itu disengaja atau pun enggak," urai Rasen mengerling. Memancarkan sorot percaya dirinya demi meyakinkan gadis di hadapannya agar ia mau menyebutkan nama depannya saja minimal. Sampai ketika Rasen yang masih menantikan kesediaan gadis itu yang belum juga menyebutkan namanya, lantas dengan cepat Nirmala pun berkata, "Kamu akan mengetahui nama saya kalo kamu bersedia buat ikut masuk ke kelas matematika bisnis. Setelah itu, baru kamu bakalan tau siapa saya dan juga nama lengkap saya!" tandas sang gadis menatap serius. Lalu selepas itu, ia pun langsung berbalik memunggungi dan berjalan menjauhi Rasen yang sempat tertegun bingung. Namun di detik berikutnya, mendadak Rasen pun mengira sendiri bahwa gadis itu merupakan mahasiswi baru yang akan ikut ke dalam kelas matematika bisnis bersama dengan dirinya dan juga teman-temannya yang lain. Mengetahui bahwa ternyata sang gadis adalah teman barunya, maka dengan penuh semangat Rasen pun bergegas melajukan motornya ke parkiran dan malah jadi terpaksa ngampus hanya karena diberi kode oleh gadis tadi agar ia mengikuti mata kuliah matematika bisnis hari ini walaupun sejujurnya ia tidak begitu suka dengan dosen yang akan memberikan serangkaian materinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD