Bandel Keturunan

1168 Words

"Besok pagi Paklik Hidayat dan Fikri akan ke sini, Le. Sekarang nggak bisa. Soalnya jam besuk sudah habis." Ibuk meletakkan ponselnya di nakas. "Iya, Buk. Makasih ya, Buk," ucap saya tulus. Saya sangat lega karena Ibuk sudah luluh dan kembali membiarkan saya berusaha. Ibuk juga pasti tidak mau. Tidak rela anaknya diperdaya setan. "Buk ... ngomong-ngomong kok Ibuk sendirian? Yang lain mana? Ayah, Mbak Sakina, Mbak Kinanti?" Ibuk tersenyum. "Ibuk, ayahmu, mbak Sakina, sama Mbak Kinanti ada shift jagain kamu, Ramda. Kebetulan hari ini giliran Ibuk. Ibuk bersyukur banget karena giliran Ibuk jaga, kamu pas sadar. Alhamdulillah." Saya pun ikut tersenyum. "Alhamdulillah, Buk." Ibuk kemudian meraih jemari saya. Pandangan Ibuk baru saja menatap perut besar saya sekilas. Lalu menunduk kemudian.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD