8. Menggigit Bibirmu

1630 Words
Malam hari berlalu dan matahari mulai menunjukkan sinarnya di antara kabut pagi yang berada di wilayah puncak Bogor. Setelah sekian lama Widya merasakan kembali yang namanya udara pagi yang dingin pada pukul 8 pagi sampai membuatnya masih bergelung di antara selimut. Tidak perlu ada pendingin udara di villa ini yang harus dinyalakan. Seharusnya pagi ini dia dan David masih harus melakukan pemotretan untuk gaun berwarna putih karena hendak mengambil pemandangan pagi. Tapi karena kemarin dirinya dianggap sakit oleh David, pria itu ingin menggunakan jasa edit saja untuk mengatasi semuanya. Widya setuju saja karena dengan begitu dia tidak perlu dekat-dekat dengan David lagi. Pria itu terlalu sering menyentuhnya. Widya tidak suka. “Hoammm...” Widya yang sedang memainkan ponsel sembari rebahan pun menoleh pada pintu kamarnya yang terbuka. Ada Lana yang masih menggunakan piyamanya serta wajah yang sudah dicuci tapi tetap kelihatan mengantuk. “David ajak kamu sarapan ... katanya kalau kamu nggak turun, dia bakal gendong kamu dan bawa kamu renang pagi-pagi,” ujar Lana menyampaikan ancaman dari David untuk temannya. Dia tadi sudah sampai di ruang makan karena kelaparan di pagi hari dan bertemu David yang sudah rapih dengan setelan santainya yang berupa kaus warna putih dan celana pendek warna khaki. Ada kacamata baca yang menggantung di hidungnya dan pria itu jadi tampak berbeda, aura playboynya langsung hilang entah ke mana. “Biar saja. Dia hanya mengancam. Aku belum ingin sarapan ... udara di sini dingin dan lebih enak kalau buat tidur-tiduran,” timpal Widya. “Oke, terserah. Aku turun ya ... udah laper,” kata Lana. Untuk kali ini Widya tidak mau menuruti apa kata David. Pria yang menjadi calon suaminya itu terlalu mengatur padahal sudah ada perjanjian bahwa mereka akan hidup masing-masing. Bahkan semalam mereka berdua pun baru saja membahasnya. David mengajaknya bicara serius usai berdebat tentang handuk dengannya. Pria itu mengatakan jika David tidak akan pernah bisa memberikan yang namanya hubungan serius atau cinta pada Widya jika suatu saat ini ada tumbuh perasaan di antara mereka. Sebab David punya prinsip jika pernikahan dan cinta itu bukan untuk suatu yang serius. Jadi David juga pasti akan terlihat dan terlibat dengan banyak wanita, nantinya Widya pasti akan mendengar gosip kalau David dekat dengan wanita satu lalu berganti ke wanita lainnya. Tapi karena mereka David dan Widya tidak ada hubungan apapun kecuali pernikahan kontrak dengan bisnis di dalamnya, maka Widya sudah seharusnya untuk tidak merasa cemburu. Tentu saja Widya tidak akan cemburu! Dikira dirinya akan jatuh cinta pada playboy seperti David apa?! Saat itu Widya ingin sekali menampar David supaya pria itu sadar kalau Widya juga tidak akan jatuh cinta pada David yang kelakuan dan reputasinya jelas bukan untuk menjadi sosok suami yang baik. Lagi pula mereka cuma akan bersama dalam ikatan pernikahan kontrak ini selama 5 tahun lamanya. Karena sudah muak dan lelah memikirkan tentang David, Widya ingin kembali tidur saja. Cuacanya sungguh cocok untuknya bisa kembali bergelung di balik selimut sebelum jam 2 siang nanti akan pulang ke Jakarta. Namun di saat kesadarannya sudah hampir hilang oleh rasa kantuk, tiba-tiba saja Widya merasakan ada seseorang yang membuka selimutnya lalu membawa tubuhnya pergi dari ranjang empuk yang dia tempati sejak kemarin. “David!” teriak Widya. Ternyata pria itu benar-benar merealisasikan perkatannya bahwa dia akan menggendong Widya jika tidak turun untuk sarapan. Widya langsung memberontak, tapi tubuh mungilnya kalah tenaga dari David yang sepertinya bisa dengan mudah membawa tubuhnya ini untuk dipanggul di bahunya. Kini kepala Widya merasa pusing karena posisi tubuhnya terbalik. “Gue udah bilang kalau gue akan melakukan ini kalau lo nggak turun untuk sarapan,” kata David dengan nada serius. Widya tidak menghiraukannya, karena dia sedang fokus untuk memberontak dan protes apalagi saat David membawanya melewati ruang makan yang artinya benar-benar akan dibawa ke kolam renang. Demi Tuhan ini cuaca hari ini sangat dingin! Apa pria itu sudah gila? Mereka berdua melewati orang-orang yang sedang sarapan termasuk Lana yang sangat antusias melihat tontonan dua orang ini. Dan David memang benar-benar gila seperti apa yang Widya pikirkan. Pria itu kini sudah berada di pinggir kolam renang dan berhenti melangkahkan kakinya di sana. “Ingin sarapan atau kita berenang di air yang super dingin?” tanya David masih memberikan keringanan sebelum merealisasikan ancamannya. Karena masih pusing, Widya tidak langsung menjawab. Semua darahnya terasa berkumpul di otak hingga sulit untuk melihat semua hal di sekelilingnya. “Apakah kamu akan terus bertindak seenaknya begini? Bukannya semalam kamu bilang kita tidak akan mencampuri urusan masing-masing?” tanya Widya alih-alih menjawab pertanyaan David. David menghela napas sebab Widya malah akan mengajaknya berdebat. “Karena gue cukup disiplin soal aturan makan. Udah gue bilang juga kalau gue nggak mau ada yang sakit karena itu bakal merepotkan,” jawab David. Widya tidak puas akan jawaban itu karena pria ini terdengar sangat egois. Jadi apakah nantinya dia harus menuruti apa yang pria itu mau soal urusan makan di pernikahan mereka nanti? Kenapa jadi ada pelanggaran begini? Akhirnya Widya pun memberontak karena tidak mau jika harus menuruti apa mau David. Pria itu akan menjadi semakin arogan dengan keputusannya dan keinginannya jika terus dituturi. Widya harus menunjukkan sikap kalau dia juga punya keputusan sendiri yang tidak bisa diintervensi. “Bisa diam tidak?! Atau kamu benar-benar mau berenang sekarang?” ancam David karena Widya memberontak dalam gendongannya. Sayangnya Widya tidak peduli, jika pun dia dijatuhkan ke kolam renang ya tinggal naik saja nanti. Apa susahnya? “Terserah! Saya tidak peduli!” teriak Widya sembari masih kekeh terlepas dari David. David mendengus kesal karena Widya cukup sulit ditaklukan. “Oke kalau itu mau kamu!” Kegilaan David berlanjut dengan dia melompat ke tengah kolam renang dengan membawa tubuh Widya ikut serta. Widya pun berteriak karena tiba-tiba keberadaannya sudah berpindah apalagi sekarang tubuhnya menjadi basah dan merasakan dingin yang menusuk karena air kolam yang telah semalaman bergelung bersama suhu dingin. BYURR! Percikan air kolam langsung mencuat ke mana-mana saat David dan Widya masuk ke kolam renang bersamaan. Karena itu David sempat melepaskan tubuh Widya dari pegangannya tapi karena Widya tampak linglung dengan sekitarnya, David pun meraih tubuh perempuan ini lagi ke dalam rengkuhannya. Sedangkan Widya sedang bergelut dengan keterkejutannya pada air yang dingin dan juga tubuhnya yang sudah basah kuyup. Rambutnya yang tadi digerai pun harus dia singkirkan dari wajahnya. Di dalam hatinya dia sudah berancang-ancang untuk siap mengumpat pada David yang sinting karena tidak berpikir Widya bisa saja sakit karena main air dingin sepagi ini! “KAMU GILA?!” umpat Widya. Dia telah sadar sepenuhnya dari kantuk dan rasa pusing. Widya berterima kasih pada David akan itu karena sekarang dia sudah punya kesadaran penuh untuk melawan calon suaminya yang suka bertindak di luar nalar. “INI DINGIN! Saya bisa saja sakit nanti!” makinya masih dengan nada tinggi. Tapi sayangnya fokus David saat ini sudah buyar karena melihat pemandangan yang “cukup menyegarkan” di pagi hari yang sangat tidak terduga. Dan karena itu juga saat ini David makin mempererat pelukannya pada tubuh Widya agar pemandangan yang dia lihat tidak disaksikan oleh orang lain juga. “LEPAS!” Widya memberontak karena merasakan David malah memeluknya sekarang. “Yakin mau dilepas?” tanya David lalu matanya memberikan kode ke bawah, ke area tempat pemandangan menyegarkan menurut versinya berada. BRENGSEK! Widya langsung menutupi bagian dadanya dengan kedua tangannya. Lalu mengumpat dalam hatinya saat sadar jika lekuk tubuhnya menjadi terlihat jelas karena dalam keadaan basah. Dan yang paling parahnya adalah dia tidak memakai bra sekarang karena sudah kebiasaan tidak memakainya jika ingin tidur. Alhasil saat ini putting payudaranya bisa dengan jelas terlihat oleh David dan bagian dadanya pun juga karena piyama yang dia gunakan adalah warna hijau muda. “Berhenti melihatku!” seru Widya karena David terus melihat ke arah dadanya. Pria ini sepertinya sudah melihat ke arah area privatnya sejak tadi. Widya benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang. Dia sungguh terbuka di depan pria playboy ini. Karena kedua tanganya sibuk untuk menutupi dadanya, alhasil dia harus merelakan tubuhnya untuk terus direngkuh oleh kedua tangan pria ini. “Besar ... dan sepertinya tanganku tidak akan cukup untuk memegangny—“ “DIAM!” Kemarahan Widya menuju puncak karena David memprovokasinya soal ukuran dadanya yang memang besar. Tapi karena Widya selama ini menutupinya dengan memakai pakaian yang longgar sehingga tidak ada yang menyadarinya. Oleh karena itu juga Widya tidak memakai bra ketika akan tidur karena dia butuh kenyamanan dan kelonggaran untuk bernapas. Namun sekarang ini telah menjadi bumerang untuknya. David sudah pernah menciumnya dua kali dan sekarang bahkan melihat bagian dadanya yang meski masih terhalang kain, namun bentuknya sudah bisa pria itu perkirakan. Karena dingin, putting dadanya menjadi mencuat dan David sadar dia menjadi terbakar saat memikirkannya lagi. Tubuh Widya pasti tidak kalah menarik dari artis-artis wanita yang selalu memerkan lekuk tubuh mereka di layar kaca atau sosial media. Kemudian ada satu ide jahil yang muncul di kepala David. Dia dengan perlahan meraih tubuh Widya agar semakin dekat padanya hingga kini d**a mereka cuma terpisah oleh tangan Widya saja. Widya sebenarnya tidak tinggal diam, tapi dia tidak bisa langsung pergi dari kolam renang ini karena celana dalamnnya pasti juga akan transparan karena piyamanya yang berwarna cerah. Sepertinya mulai besok Widya akan mengoleksi piyama warna gelap saja! Orang-orang yang berada di ruang makan pun memutuskan pergi karena menurut mereka akan terjadi hal-hal yang harus diberi privasi. Tapi Lana masih di sana karena dia ingin melihat apakah Widya akan dicium lagi oleh David atau ada hal lainnya yang lebih panas dari itu? Memikirkannya saja sudah membuat pipi Lana memerah. Kembali pada Widya dan David, pria ini makin memangkas jarak wajah mereka hingga hidung mereka bersentuhan. “Saya akan menggigit bibirmu kalau berani mencium saya lagi, David!” ancam Widya dengan suara berbisik. David tersenyum mendengar ciuman itu. “Boleh juga idenya ... Gue juga kadang gigit bibir cewek kalau lagi ciuman. Itu adalah bagian dari ciuman yang intens,” katanya. * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD