TOK ... TOK ...
Revi, asisten Mark mengetuk pintu kaca ruangan atasannya tersebut dengan pelan. Ia tahu, suasana hati Mark sedang tidak baik. Terlebih jika dirinya memberitahu tentang hal ini.
Namun, wanita keras kepala tersebut terus memaksa Revi untuk menghampiri Mark, atau ia mengancam akan langsung menerobos ke ruangan Mark jika Revi masih mengabaikannya.
“Masuk.”
Satu kata persetujuan tersebut membuat Revi perlahan membuka pintu tersebut. Ia sudah bisa melihat Mark yang duduk di atas singgasananya tersebut dengan tatapan pada beberapa berkas yang ia beberapa jam yang lalu.
“Permisi, Pak Mark.”
“Ada apa, Rev?” Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya tanpa mengalihkan pandangannya dari deretan tulisan pada berkas tersebut. “Bukannya masih ada waktu satu jam lagi untuk meeting say
