2. Kembali bertemu

1033 Words
"Apa kubilang. Ganteng, kan? Bisik Mega. Wanita itu tersenyum menggoda, setelah memergoki Venus menatap ke arah Regan untuk beberapa saat. Bukan tatapan kagum seperti dirinya, tapi tatapan terkejut. "Jangan munafik, kelihatan banget kamu terkesima." Lanjutnya kian menertawakan. Venus kembali menundukan wajahnya, tentu saja bukan karena tidak mau ketahuan mengagumi ketampanan lelaki yang kini duduk tepat di hadapannya itu. Tapi Venus justru mencoba menutupi rasa sakit yang kini kembali mencuat di hatinya. Sulit berkonsentrasi menghadiri meeting kali ini. Bahkan untuk menghindar tidak menatap ke arahnya saja semakin membuat Venus kesulitan. Venus sadar betul, Regan pun berusaha tidak melihat ke arahnya tidak terlalu sering, tapi saat tatapan keduanya bertemu, waktu terasa berhenti berputar. Terkejut dan panik tentu saja terlihat jelas di wajah Venus. Regan menyadari hal tersebut. Regan sudah siap dengan segala reaksi buruk yang akan di tunjukan Venus. Siapa yang tidak terkejut, saat kembali bertemu dengan orang yang paling di hindarinya. Beruntung meeting kali ini tidak berlangsung lama. Venus bisa kembali menghirup udara segar setelah tiga puluh menit lamanya ia merasa begitu sesak. Seperti kekurangan oksigen. "Sakit?" Tanya Mega yang menyadari perubahan pada Venus. "Iya." Balasnya. "Minum dulu sana. Kamu kelihatan habis ketemu hantu. Pucet banget." Venus berjalan tergesa menuju pantry, bahkan dengan gerakan cepat dan tangan gemetar ia mengambil gelas dan meneguk air sebanyak-banyaknya. Tenggorokannya terasa kering, tapi sebanyak apapun ia minum tetap saja tidak membuat rasa haus itu hilang. "Sial!" Venus memegang bagian depan tubuhnya, dimana jantungnya berdegup sangat kencang. Ternyata satu tahun berlalu tidak lantas membuat keadaan berubah. Regan masih berpengaruh besar dalam hidupnya. Sementara itu, dari kejauhan Regan menatap kepergian Venus dengan tatapan sendu. Apa yang diharapkannya setelah kembali bertemu wanita itu. Mantan istrinya. Regan sadar betul kesalahan apa yang sudah dilakukannya hingga membuat wanita itu melayangkan gugatan cerai selang setelah lima bulan mereka menikah. Regan memang merencanakan semua pertemuan kali ini, termasuk menjalin kerja sama dengan perusahaan dimana Venus bekerja. Bagi Regan mencari keberadaan Venus tidaklah sulit. Kemanapun wanita itu pergi, Regan pasti bisa menemukannya. Regan sudah menunggu tiga tahun untuk momen kali ini. Momen dimana ia akan memberikan Venus kesempatan untuk mengeluarkan sumpah serapah dan caci maki yang belum sempat Venus ucapkan. Wanita itu pergi dengan tidak mengucapkan caci maki sedikitpun. Venus pergi dengan keterdiamannya. Regan memang pantas mendapatkannya. "Jus?" Tanya Rei untuk kedua kalinya dengan tatapan tidak percaya. "Iya. Jus sehat, andalan kamu." Jelas Venus sambil menghela. "Sedikit aneh," Rei memiringkan kepalanya menatap Venus, meski begitu lelaki itu tetap membuatkan pesanan untuknya. "Spesial untukmu." Pesanan akhirnya datang. Kali ini Venus memilih duduk di dekat meja bartender, dimana Rei membuat berbagai macam pesanan para customer. Biasanya Venus lebih memilih duduk di salah satu bangku dekat jendela dengan pemandangan menghadap ke arah luar. Salah satu kebiasaan Venus yang dilakukannya hampir setiap pulang kantor, yaitu menghabiskan waktu berjam-jam di cafe milik Rei. Setelah merasa puas dan bosan, barulah Venus pulang. Baginya, kembali ke rumah sama saja dengan kembali mengingat apa yang sudah terjadi beberapa waktu silam. Karena dalam keadaan sendiri dan sepi, Venus akan kembali teringat masa kelam yang pernah dirasakannya. "Ada apa?" Rei kembali menghampiri Venus setelah menyelesaikan satu pesanan es kopi. "Kenapa?" Venus balik bertanya. "Wajahmu terlihat begitu berantakan." Rei ikut duduk di samping Venus, setelah memastikan tidak ada pengunjung baru datang. "Sesuatu hal buruk terjadi?" Selidik Rei. Venus mengangguk, mengiyakan. "Sangat buruk." Balasnya sambil menghela lemah. "Dimarahi Bos seharian?" Venus menggeleng, "Lebih dari itu." "Apa?" Rei benar-benar penasaran. Hubungan mereka berdua memang cukup dekat, meski awalnya Venus sempat menjaga jarak. Tapi karena kegigihan Rei, akhirnya lelaki itu berhasil meyakinkan Venus bahwa mereka bisa menjadi teman baik. Mantan saudara ipar, yang akhirnya bisa berteman baik. Tentu saja setelah Rei berusaha sekuat tenaga meyakinkan Venus. "Dia kembali." Venus meneguk jus dan menerawang ke arah lain. "Dia datang kembali." Venus menoleh dan tersenyum samar. "Siapa?" Tanya Rei. Tapi melihat bagaimana sendu sorot mata Venus dan muramnya raut wajah wanita itu, Rei akhirnya mengerti. "Regan?!" Tebak Rei. "Mm," Venus menggumam pelan. "Lalu kalian bagaimana? Maksudku apa yang terjadi? Mengapa Regan ada di Jakarta? Bukankah dia ada di luar negri?" Ternyata Rei sama terkejutnya dengan Venus. "Harusnya aku bertanya seperti itu. Kalian bersaudara, tidak mungkin tidak tau kabar satu sama lain." "Hei, hubungan kami hanya sebatas sepupu, bukan saudara kandung. Lagipula kami tidak diwajibkan untuk mencari tau kabar masing-masing." Rei mengelak. "Tapi, bagaimana mungkin Regan kembali dan kalian bertemu lagi." Rei mengerutkan kening. "Tidak ada yang tidak mungkin Rei. Jakarta sempit, dengan segala kekuasaan yang dimilikinya tentu saja mencariku bisa dengan sangat mudah." Jelas Venus. "Perlu di ingat, kalian kaya raya. Mencari seseorang sangatlah mudah. Apalagi aku bukan tipe orang yang memilih melarikan diri." Lanjutnya. "Apakah kalian akan rujuk?" "Tentu tidak!" Jawab Venus cepat. Tidak seperti pasangan lain yang memilih pergi melarikan diri setelah badai patah hati atau perceraian, Venus justru lebih memilih tetap tinggal di Jakarta. Ia tidak berencana atau berniat pergi untuk menghindar. Baginya memperbaiki hati adalah hal paling utama setelah bercerai, bukan pergi ke tempat terpencil dan mengasingkan diri. Dan apa yang terjadi padanya kali ini, Venus tidak perlu menghindar. Ia hanya perlu menghadapi rasa takutnya sendiri dan membuktikan pada Regan bahwa ia sudah melupakan segalanya. Tepat pukul dua pagi, Venus masih menatap layar laptopnya dimana terdapat berbagai informasi lowongan pekerjaan. Untuk saat ini Venus memang belum berniat resign dari kantor, tapi tidak menutup kemungkinan jika keadaan semakin tidak bisa dikendalikan. Venus harus mempersiapkan segalanya. Ingat, dia hanya ingin mengamankan hatinya bukan menghindar. Venus baru bisa memejamkan kedua matanya setelah pukul tiga pagi dan kembali terbangun saat alarm berdering tepat pukul enam. Sepertinya ia mulai mengalami insomnia parah dan harus segera diperiksa kembali. Sudah lama ia tidak mengunjungi Dokter Rima. Dokter psikologi yang didatanginya tiap hari selama satu tahun penuh. Venus berjalan perlahan menuju kamar mandi. Ia membuka seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya dan berdiri tepat di bawah guyuran shower. Venus sengaja tidak menyalakan air panas. Ia justru mengguyur tubuhnya dengan air dingin, hingga bulu kuduknya meremang. Lelehan air dingin langsung menyentuh kulitnya dan terasa masuk ke setiap lubang pori-pori. Venus membiarkan hal tersebut berlangsung selama.beberapa waktu dengan harapan ia bisa kembali segar setelah air dingin mengguyur tubuhnya. Tapi apa yang dirasakannya justru berbeda. Venus justru kembali teringat apa yang pernah dilakukannya bersama Regan di bawah guyuran shower.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD