Istri Yang Tak Tersentuh

1046 Words
Vivian hanya bisa menatap nanar percintaan suaminya dengan wanita lain dibalik jendela yang terbuka. Suara lenguhan wanita itu terdengar begitu jelas di telinganya. Dia terpaksa menikahi Rayn Alexander bosnya sendiri atas permintaan nyonya Danira. Selama ini nyonya Danira sudah baik menyekolahkan dia sampai lulus kuliah. Padahal dia adalah anak seorang pembantu yang bekerja di rumahnya. Setelah wanita jalang sewaan suaminya pergi Vivian akan masuk ke dalam kamar suaminya untuk membereskan semua kekacauan di dalam sana. Rayn tanpa wajah berdosa berjalan ke kamar mandi dengan tubuh polosnya yang dipenuhi oleh kissmark buatan wanita jalang tadi. Hati Vivian terasa perih karena selama ini dia memendam perasaan pada Rayn tapi pria itu sangat membencinya. Bahkan untuk satu ranjang saja pria itu tidak sudi dan jijik melihatnya. Dengan mata yang berkaca-kaca Vivian mengganti sprei yang dipenuhi oleh cairan menjijikkan bekas percintaan suaminya dan wanita jalang itu dengan sprei yang baru. Tak lupa dia memungut bekas kondom suaminya yang tergeletak di bawah lantai lalu membuangnya di kotak sampah. Setelah semuanya bersih dia keluar dari kamar suaminya sambil membawa sprei kotor itu ke ruang laundry untuk segera dicuci. "Apa salahku? kenapa mas Rayn membenciku? " tanya Vivian di dalam hatinya. "Vivian!! " panggil Rayn. "Iya mas!!" Vivian langsung berlari tergopoh-gopoh menghampiri suaminya sebelum pria itu marah dan mencacinya. "Aku mau keluar jangan tunggu aku, " ucapnya. "Mas mau kemana? ini sudah malam mas, aku takut dirumah sendirian. " tanya Vivian ketakutan. Dirumah tidak ada pembantu sama sekali. Vivian mengerjakan semuanya sendiri mulai dari mencuci, memasak, dan pekerjaan rumah lainnya. Rayn sering meninggalkannya dirumah ini sendirian dan bisa berhari-hari tidak pulang kerumah. "Mas jangan tinggalkan aku, " Vivian menahan tangan Rayn namun Rayn langsung menarik tangannya dengan kasar. "Jangan manja Vivian!! salahmu sendiri kenapa mau menerima pernikahan ini!! aku sama sekali tidak mencintai kamu tapi demi uang kamu malah mencuci otak mama sehingga mama memaksa aku untuk menikahi kamu!! " "Uang? " Vivian ingat nyonya Danira pernah memberikannya banyak uang dan kartu hitam untuknya. Tapi semuanya masih tersimpan dan tak pernah dia pakai sama sekali. "Mas salah paham, aku tidak pernah... " "Sudah jangan banyak bicara!! jangan tunggu aku pulang dan awas jika kamu mengadu sama mama!! " Rayn langsung pergi meninggalkannya seorang diri dirumah sebesar ini. Vivian menangis sambil memegang dadanya yang sesak karena perlakuan Rayn yang sangat menyakitkan. Esoknya Vivian ingin mengembalikan semua uang, perhiasan, dan kartu hitam yang pernah diberikan oleh nyonya Danira kepadanya. Tapi nyonya Danira tidak mau menerimanya kembali. "Ini semua untukmu sayang. Simpan baik-baik semuanya. Kamu adalah anakku sekarang. Jangan takut untuk menggunakannya sayang. " "Tapi ma aku tidak berhak memakai semua ini. Aku tidak pantas... " ucap Vivian merendahkan diri. Dia sadar dirinya adalah anak seorang pembantu. Meski ibunya sudah meninggal tapi nyonya Danira dan tuan Damian memperlakukan dirinya seperti anak sendiri. "Kamu pantas mendapatkannya sayang. Ada apa? apa Rayn berlaku buruk padamu? " tanya Danira tepat sasaran. "Tidak ma, mas Rayn sangat baik sekali padaku, " jawab Vivian tak ingin membuka borok suaminya. Dia ingat kata-kata mendiang ibunya dulu untuk memperlakukan pasangan seperti pakaian. Saling menutupi aib masing-masing. Dia tidak ingin mas Rayn dimarahi oleh mama mertuanya. Danira memegang tangannya seraya tersenyum " anggap mama seperti mama kamu sendiri ya sayang. Jangan ragu untuk mengatakan apapun yang kamu pikirkan." Vivian mengangguk " Iya ma tentu. " jawabnya. Setelah itu Vivian pulang dengan mengendarai mobil yang dibelikan oleh mama mertuanya. Dia harus segera memasak sebelum mas Rayn pulang kerja. Setelah menikah dia tidak lagi bekerja dan memilih menjadi ibu rumah tangga. Selesai memasak Vivian akan menunggu kepulangan suaminya di ruang keluarga sambil menonton tivi. CEKLEK Suara pintu terbuka menampakkan suaminya sedang bergandengan dengan wanita lain yang berbeda lagi dari wanita kemarin. "Apa makanan sudah siap? " tanya Rayn. "Iya mas, " jawab Vivian. Rayn dan wanita seksi itu berjalan mendahuluinya ke arah meja makan. Vivian mengikuti langkah mereka dari belakang dan ingin ikut makan bersama mereka tapi Rayn malah memarahinya. "Siapa yang suruh kamu duduk disana?! pergi makan di dapur sana!! " usir Rayn dengan begitu kejamnya. Wanita jalang di samping Rayn hanya tersenyum mengejek padanya. Vivian menahan tangisnya lalu kembali ke kamarnya. Kamar Vivian tidaklah luas karena Rayn memaksanya untuk tinggal di kamar pembantu. Bahkan kasurnya sangat tipis dan membuat tubuhnya sakit jika tidur disana. Lemarinya juga sudah bobrok tapi masih bisa menampung semua pakaiannya. Beberapa menit berlalu dia merasakan perutnya sangat lapar sekali. Mungkin sekarang suaminya dan wanita itu sudah selesai makan. Dia kembali keluar untuk mengambil lauk dan nasi yang masih tersisa. Tapi naasnya banyak makanan yang sengaja di buang ke kotak sampah oleh suaminya itu. Tes tes tes Vivian menangis menahan pedih pada perutnya. Dia terpaksa kembali ke dapur dan mencari mie instan yang tersisa. Tapi dia hanya menemukan beberapa potong biskuit yang sudah hampir expired. Uang bulanan yang diberikan suaminya tidak cukup untuk sebulan. Dia hanya dijatah 2 juta sebulan. Di kota besar seperti Jakarta mana cukup uang segitu jadi Vivian harus memutar otak untuk mengelola keuangan. Dia sama sekali tidak mau memakai uang pemberian mama mertuanya. Dengan terpaksa Vivian memakan biskuit itu untuk menahan laparnya. *** "Ahh ahhh lebih dalam sayang, " desah wanita sewaan suaminya. Vivian sudah tidah tahan lagi mendengarnya. Hatinya tidak sanggup mendengar suara-suara itu di rumah ini. BRAKKK Percintaan Rayn dan wanita terhenti karena Vivian membanting pintu kamarnya. "Siapa wanita itu Rayn? " tanya wanita yang berada di bawah kungkungan suaminya. "Tenang saja dia adalah istriku, ' jawab Rayn sambil tersenyum licik pada istrinya lalu kembali melanjutkan percintaannya yang tertunda. Vivian sangat marah lalu dia menghampiri mereka dan menjambak rambut wanita itu dengan sekuat tenaga. " Ahkkk sakit!! lepaskan aku tolong lepaskan aku!! " jerit wanita jalang itu. "Apa yang kamu lakukan Vivian?! lepaskan dia!! " Rayn langsung mendorong Vivian sampai terjatuh ke bawah lantai dengan kepala membentur sudut meja. BRAKKK Vivian merasakan sakit pada pelipisnya. Saat dia menyeka pelipisnya dia melihat ada darah di telapak tangannya. Tapi hatinya jauh lebih sakit lagi karena Rayn malah memilih memompa wanita itu kembali tanpa menghiraukan dirinya yang sedang terluka. Perlahan Vivian bangkit dan berlari masuk ke dalam kamar mandi di dekat dapur lalu membasuh darah yang terus mengalir dari kepalanya di wastafel. Saat dia menatap cermin dia sangat terkejut melihat bayangan dirinya sedang tersenyum seolah mengejeknya. "Dasar wanita bodoh kamu Vivian, " cemooh bayangannya di dalam cermin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD