8. Saling Melindungi

1083 Words
“Patuh?” Zisy terkekeh, sejenak menoleh pada Cristian. “Kau mendengarnya, Cris? Dia bilang kau sangat patuh.” Ia mendecakkan lidah; meledek Cristian dengan sengaja. Cristian menelan ludah getir. Di depannya ada dua hantu dengan tampang sangar. Cristian sungguh enggan untuk melihat rupa mereka. Ia juga jarang menonton film horor. Melihat rupa buruk di depannya, membuatnya takut dan juga mual. “Apakah semua ini nyata?” “Kau masih tak percaya?” Zisy balik bertanya dengan nada dingin. Memicingkan mata ke arah Cristian. “Bukan begitu, hanya saja. Aku dahulu tak percaya dengan adanya mereka.” Suara Cristian mulai bergetar. Menyadari kalau selama ini ia sudah salah. Semua jenis makhluk ada di muka bumi ini. Jadi kenyataannya mereka di depannya memang nyata. Hanya dengan bantuan Zisy, maka ia bisa melihat mereka dengan mata telanjang. “Rupanya manusia itu sudah bisa melihat kita,” ujar salah satu hantu; suaranya terdengar getir. Zisy tersenyum menyeringai. Cristian dan para hantu tak akan pernah menyadari hal ini, jika bukan karena dirinya berada di sana. Hantu-hantu ini juga tak terlalu menyeramkan baginya. Ya, karena pada dasarnya mereka bukan roh jahat yang langsung menyerang tanpa basa-basi. Mereka hanya hantu kelaparan yang butuh energi. Cristian bagaikan induk energi untuk mereka. “Aku beritahu kau, mereka tak berbahaya karena mereka tak akan menyakitimu untuk saat ini. Kau tahu mereka butuh energimu. Jadi kau tidak perlu takut, Cris.” “Aku tak takut,” balas Cristian. Air muka Zisy berubah datar. Tak takut dia bilang? Zisy dapat merasakan kegetiran dalam diri Cristian. Mungkin pria ini terlalu malu untuk mengakuinya. “Terlalu banyak omong,” kata sang hantu. Meskipun mereka tak mau menyakiti Cristian, tapi mereka bisa menyerang Zisy. Lagi pula, Cristian tak memiliki kekuatan apa pun untuk menghalangi mereka menyedot energinya. Hanya dengan menyingkirkan gadis aneh itu, barulah mereka dapat mencapai tujuan. Penampilan Zisy yang mereka anggap sebagai hantu muda tak berpengalaman, sungguh diremehkan. Zisy menguap sambil menunggu serangan amatir dari kedua hantu tersebut. Lama menunggu membuat Zisy sampai tak sabar. Ia kibaskan telapak tangan kanannya, menyapu kedua hantu malang itu. Tanpa perlawanan, mereka layaknya remahan biskuit di telapak tangan Zisy. Mengapa bisa? Mata Cristian terbuka sempurna. Hanya dengan satu kibasan tangan dan kedua hantu sudah musnah di tangan Zisy? Dengan begitu saja? Kelihatannya masih mustahil di kata Cristian. Seolah-olah ilusi sempurna muncul matanya begitu saja. Oh! Benar, kedua hantu malang hanyalah sepersekian dari hantu yang tak berbahaya. Jadi, bagi Zisy untuk mencabut kehidupan mereka tak begitu sulit. Dia belum menemukan lawan sesungguhnya. Cristian tiba-tiba menjadi getir setelah mengetahui dirinya diincar hantu. Sekarang mau tak mau ia harus percaya. Bukti nyata sudah ada di depan matanya. “Jadi setiap hari mereka mengincarku?” tanya Cristian, lirih. Ia langsung terduduk di atas ranjangnya. Zisy memberikan anggukan sebagai jawaban. Perlahan duduk di samping Cristian. Mendekatkan wajahnya pada pria itu. “Benar sekali. Maka dari itu, aku ingin melindungimu. Jadi ... biarkan aku melindungimu.” Perasaan Cristian campur aduk. Tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Dilindungi oleh seorang gadis? Mana mungkin ia dapat menyetujui hal tersebut? Kendatipun Zisy bukanlah seorang manusia. Juga memiliki kekuatan di luar nalarnya, tetap saja dia adalah seorang gadis. Melihat Cristian yang tak kunjung setuju, Zisy menghela napasnya. Lelaki di sampingnya ini cukup keras kepala. Padahal sudah ia buktikan sampai sejauh ini. Tetap tak membuat lelaki itu percaya padanya. “Mengapa? Masih ragu? Aku cukup kuat untuk melindungimu, Cris.” Bibir Cristian bergetar. Tampaknya ingin menumpahkan pendapat. “Aku percaya padamu. Hanya saja kau seorang gadis, dan seorang gadis harusnya dilindungi oleh seorang pria. Bukan kebalikannya. Kau mengerti maksudku, kan?” “Tentu saja aku mengerti,” jawabnya sembari tertawa. Zisy bangkit lalu berdiri di depan Cristian. Membungkukkan badannya, hingga wajah mereka memiliki jarak cukup dekat. Sontak membuat Cristian menjauhkan kepala. “Oleh karena itu, mari saling melindungi.” Cristian tercengang mendengar ucapan tersebut. Dengan polosnya Zisy berkata demikian. Apa gadis ini sungguh percaya pada Cristian? “Mengapa ingin melindungiku?” entah dari mana pertanyaan itu muncul di pikirannya. Dengan sungguh-sungguh ia menatap wajah gadis di depannya. Gadis yang hanya dapat dilihat oleh matanya seorang. “Huh? Tentu karena kau mengatakan ingin mencari pelukisku. Menanyakan padanya, mengapa aku bisa keluar dari lukisan.” Benar. Cristian ingat mengatakannya ketika membawa lukisan Zisy ke rubanah. Ia mengatakannya karena ingin mengembalikan lukisan, sekaligus mencari tahu sebab lukisan dikirim tanpa nama, pada hari ulang tahunya. “Haha,” Cristian tertawa merdu. “Jadi kau melindungiku sebagai bayaran? Kalau begitu, aku bisa menyetujuinya.” “Benarkah?” Zisy girang mendengar persetujuan Cristian. “Apa itu artinya aku juga bisa tidur seranjang denganmu?” Kaget tentu saja! Bagaimana bisa gadis ini berpikiran begitu sempit? Ah, bukan, gadis ini mengarah pada hal-hal di mana seorang gadis dan pria menjadi pasangan. Ya, kau tahu, kan? Ekspresi Cristian berubah datar. Bangkit dari duduknya lalu meletakkan jari telunjuk di dahi Zisy. Mendorong jarinya dan menjauhkan kepala Zisy darinya. “Tidak bisa,” tegasnya. “Huh! Kenapa tidak bisa? Dengan begitu, kan, aku bisa lebih mudah melindungimu.” “Kau masih ingat laki-laki dan perempuan tidak boleh ada di kamar yang sama. Jadi masuk ke dalam lukisan sekarang. Aku sudah mengantuk.” *** Keesokan paginya, Cristian bangun dengan badan segar. Ia merasakan perubahan tersebut, dan mulai berpikir. Hari-hari pada sebelumnya ia sering kali merasa pusing. Kurang tenaga, seperti orang kekurangan tidur. Akan tetapi, sekarang terasa begitu beda. Ia melompat dari tempat tidur. Kemudian bergegas ke kamar mandi sebelum Zisy menemukannya sudah bangun. Mungkin mereka akan berdebat lagi, karena Zisy ingin ikut mandi. Cristian mengamati rupa wajahnya di cermin. Tampak segar dan tak kekurangan darah sama sekali. “Jadi apakah aku harus berterima kasih pada gadis itu? Aku rasa, aku bertambah tampan.” Sedikit memuji diri tak apa, setelah berjuang melawan hantu-hantu penyedot energi itu. Tak lama kemudian, Cristian menyalakan shower. Ia biarkan air mengguyur sekujur tubuhnya. Sementara itu, di dalam kamar, Zisy tengah mondar-mandir menunggu Cristian. Tampaknya Cristian bangun lebih awal darinya. “Cris, apa kau masih lama?” Suara air yang mengguyur badan Cristian, terdengar berhenti, lalu diikuti oleh suara serak Cristian, “Ada apa?” “Kau pergi begitu saja ke kamar mandi. Aku belum melihat wajahmu.” “Hanya itu saja? Kau tidak perlu melihat wajahku,” tandas Cristian. “Aku, kan, ingin memastikan apa kau sekarang sudah merasa lebih segar daripada sebelumnya?” “Hm, iya, berkatmu. Sebentar lagi aku selesai dan akan keluar. Jadi masuklah dulu ke lukisan.” Selalu saja Cristian menyuruhnya untuk masuk ke dalam lukisan. Padahal Zisy juga ingin melihat Cristian berganti baju.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD