Nine

2077 Words
"Cukup sudah, Nona Hansa!" seru Dhafin menggeram. Kemudian dengan sigap, ia pun berusaha untuk melepaskan diri dari belenggu yang diciptakan oleh gadis itu pada batang lehernya. Membuat Hansa sontak harus terempas di kala Dhafin yang sudah merasa tidak tahan lagi untuk sekadar bersabar di tengah Hansa yang malah sudah semakin keterlaluan. Dhafin tahu, gadis itu memang sedang mabuk hingga membuatnya mengira bahwa Dhafin adalah Satya. Tapi apakah pantas jika Hansa meminta agar pria itu tidur bersamanya? Tidakkah dia berpikir bahwa andai pun Dhafin adalah benar Satya, maka tentu permintaan gadis itu tidaklah patut untuk disetujui. Hansa sedang mabuk, dan bagaimana pun kondisinya, Dhafin tidak boleh terbujuk rayu oleh permintaan sang gadis yang sudah memasuki tahap keterlaluan. Kali ini, Dhafin pun merasa bahwa ia perlu menegaskan kepada karyawatinya tersebut bahwa dia bukanlah Satya yang dipikirkannya. Melainkan, Dhafin adalah atasannya yang mana Hansa tidak bisa berbuat sesuka hatinya terhadap Dhafin yang bukanlah kekasihnya yang bernama Satya itu. "Dengarkan aku, Nona Hansa Kumara! Aku bukan Satya, dan kau harus tahu bahwa kau tidak pantas meminta lelaki mana pun agar dia mau tidur bersamamu di kala kau sendiri yang bahkan tidak sedang dalam keadaan sadar. Jadi saranku sekarang adalah, lebih baik kau pergi tidur dan aku akan pergi dari kamar ini sebelum kau--" "Tolong jangan menolak, Satya! Lagipula ada apa denganmu? Apakah aku benar-benar tidak semenarik itu di matamu? Atau, apa kau memerlukan bukti bahwa payud4raku juga sama besarnya dengan buah d4da si wanita s1alan itu, hem? Jika memang kau butuh bukti, maka aku akan menunjukkannya!" tukas Hansa memotong perkataan Dhafin. Lalu secepat kilat, gadis itu pun telah benar-benar melepaskan tank top putihnya yang kemudian ia lempar secara asal. Menyisakan sebuah br4 merah saja yang kini masih menutupi bagian inti di tubuh atasnya. Dan melihat itu, Dhafin pun sontak membelalak lebar. Memalingkan wajahnya ke arah lain, Dhafin merasa jika ia harus segera pergi dari kamarnya ini sebelum sesuatu di dalam dirinya mendadak terbangun karena ulah gadis di hadapannya kini. Lalu di detik berikutnya, dikarenakan Hansa masih berada di bawah pengaruh minuman alkohol yang ditenggaknya tadi di kelab malam, melihat sang pria yang malah membuang muka ke arah lain pun ia lantas merasa terluka. Dengan begitu, Hansa pun kembali beringsut dan merangkum kedua sisi wajah pria tersebut sembari berkata, "Kenapa kau malah memalingkan wajahmu ini ke arah lain, Sayang? Apa kau benar-benar tidak tertarik dengan tubuhku? Apakah kau merasa bahwa tubuhku ini tidak lebih seksi dari tubuh wanita yang kau c*mbu itu, hem? Katakan padaku dengan jujur, Satya! Apakah dia lebih membuatmu b3rgairah dibanding aku? Jika benar begitu, maka bicaralah! Jangan diam saja seperti ini." Hansa terus mencerocos di tengah air matanya yang sudah jatuh berderai. Membuat Dhafin benar-benar serasa diuji oleh perlakuan sang gadis yang semakin menjadi. Sampai di sela Dhafin yang masih memilih untuk diam tanpa mau mengarahkan tatapannya ke bagian yang berpotensi membuat hasr4tnya mencuat ke permukaan, tiba-tiba Hansa pun sedikit berjinjit dan cup! Dhafin kontan memelotot bersamaan dengan bibir lembut Hansa yang menyentuh bibir Dhafin yang mendadak kaku dan dingin. Dalam sekejap, hal itu pun menyebabkan Dhafin mengerang marah dan secara refleks mendorong tubuh Hansa sedikit kasar hingga gadis itu terempas jatuh ke atas kasur yang memang berada tepat di belakangnya. Memejamkan matanya untuk sesaat, Dhafin pun menggeram marah. "Ini sudah keterlaluan, kau tahu? Aku tegaskan kepadamu sekali lagi, Nona Hansa Kumara. Aku bukan Satya! Tapi aku adalah---" "Lantas jika kamu bukan Satya, kenapa kamu ada di sini bersama denganku, hah? Siapa kamu sampai seberani itu membawaku ke dalam kamar seperti ini? Siapa kamu kalo memang kamu bukan Satya?" teriak Hansa mengejutkan. Untuk sepersekian detik, Dhafin pun sempat tertegun di tempatnya kini berdiri. Menatap ke arah sang gadis yang pada saat ini sudah terisak pilu dengan wajah tangisnya yang ia benamkan di kedua telapak tangannya. Dhafin dilema. Di satu sisi, dia tentu tidak berhak untuk berbuat apapun apalagi sampai harus mengikuti kemauan sang gadis yang jelas-jelas sedang kehilangan akal sehatnya gara-gara minuman yang ditenggaknya di kelab tadi. Tapi di sisi lain, entah kenapa Dhafin pun merasa iba tatkala melihat betapa gadis itu sedang berada dalam fase yang terluka akibat krisis insecuritasnya yang membuat ia merasa harus membuktikan pada lelaki bernama Satya itu bahwa dirinya pun memiliki sesuatu yang bisa dibilang menarik dibanding dengan kepunyaan si wanita yang sedari tadi diseret dalam perkataannya. Ironis sekali memang, tapi begitulah yang terjadi. Dhafin sampai bingung harus menyikapinya dengan cara apa. Selain dia yang ingin menyadarkan sang gadis bahwa dirinya bukanlah Satya, Dhafin pun sesekali mengusap mukanya kasar di tengah g4irahnya yang sesekali ikut mencuat meski ujung-ujungnya ia tekan lagi agar tidak benar-benar muncul ke permukaan. Lalu ketika Dhafin pikir bahwa Hansa akan menyudahi aksi nekatnya, justru yang terjadi malah lebih parah lagi dari sebelumnya. Mula-mula, Hansa menurunkan kedua tangannya dari wajahnya yang dibanjiri oleh air mata. Beberapa detik setelah itu, ia pun menatap Dhafin dengan sorot sendunya yang tampak lebih sayu dari tatapan orang normal yang tak terpengaruh oleh alkohol. "Kalo begitu, siapapun kamu... Datanglah kemari. Entah kamu Satya atau pun bukan, tidurlah bersamaku untuk semalam ini saja. Aku begitu kesepian dan aku butuh sebuah pembuktian bahwa aku juga bisa diajak b3rcinta," cetusnya berterus terang. Membuat Dhafin lantas terkesiap kaget dan tanpa sadar tubuhnya pun kini telah menunjukkan semacam reaksi yang tak biasa. Selepas mendengarkan perkataan sang gadis, Dhafin pun merasa seperti baru saja disihir. Sebab selanjutnya, ia pun tampak beringsut mendekati Hansa seiring dengan dirinya yang juga mulai berg4irah. Terakhir kali ia melakukannya, tiga tahun yang lalu bersama dengan sosok masa lalu yang kini sudah menjadi kenangan silam khusus untuknya. Dan malam ini, haruskah Dhafin melakukannya lagi? Bersama dengan perempuan di hadapannya ini? Karyawatinya sendiri? Sampai ketika Dhafin sudah merasa terdesak oleh keadaan serta keinginan untuk menyentuh dan juga disentuh, maka seakan tak bisa berpikiran waras lagi, kini pria itu pun tampak sedang berlutut di hadapan seorang gadis yang sudah mengundangnya beberapa saat yang lalu. Memandang sejenak wajah sang gadis yang begitu sembab dan penuh damba, Dhafin kemudian memberanikan diri untuk mendekatkan wajahnya ke arah wajah Hansa yang mulai terpejam rapat di kala bibir sang pria menyentuh bibirnya yang berwarna pink alami tersebut. Dan selanjutnya, segala sesuatu yang berkaitan dengan ritual panas sebelum menyatukan diri pun telah berlangsung tanpa sempat memikirkan mengenai konsekuensi semacam apakah yang kelak akan menimpa keduanya. *** Deru napas saling bersahutan setelah peristiwa panas mengg4irahkan berlangsung dengan begitu syahdu dan juga penuh nikmat. Meski Hansa sempat mengeluarkan air mata ketika dinding pembatasnya diterobos oleh sang pria, tapi kemudian ia mulai menikmati lagi permainan pria itu yang sepertinya sudah begitu ahli dalam membuainya selama kegiatan itu berlangsung. Ada sejumput perasaan aneh yang menelusup ke dalam hatinya sesaat selepas Dhafin menerobos dinding tersebut sebelum akhirnya ia membenamkan keseluruhan miliknya di dalam sang wanita. Ya, entah kenapa Dhafin merasa begitu terharu karena rupanya ia telah menjadi orang pertama yang memasuki karyawatinya itu. Dan siapa bilang bahwa tubuh Hansa tak menarik? Sungguh Dhafin menjadi tak terkendali setelah ia memandangi keseluruhan tubuh karyawatinya tersebut yang tak dihalangi sehelai busana pun. Kemolekan tubuhnya begitu membuat Dhafin merasa ingin sekali memilikinya secara utuh. Indah, bersih dan terawat. Dhafin sampai dibuat mabuk kepayang ketika ia sempat merasai bagian inti sang gadis sebelum dirinya masuk ke tahap memasuki. Ya, Dhafin melakukan semua itu karena ia merasa terdorong oleh g4irah yang dirasakannya. Setelah tiga tahun ia tak pernah menyentuh dan disentuh, malam ini justru adalah malah pertama bagi Dhafin untuk kembali merasai dan dirasai lagi. Bersama dengan karyawati cantiknya, ia melakukannya dengan penuh khidmat. Walaupun ia tahu jika Hansa memintanya dalam keadaan tidak sadar, tapi apa boleh buat? Dhafin pria normal dan dia tentu akan tergoda apabila terus didesak agar dia mau memenuhi permintaan gadis itu. Namun tenang saja, Dhafin tentu tidak akan lepas tangan secara sembarang, kok. Dia bahkan siap bertanggungjawab apabila nanti Hansa tiba-tiba menuntut sebuah pertanggungjawaban dari dirinya. Lagipula, Hansa adalah karyawatinya. Dia perempuan yang cantik dan juga polos. Tentu Dhafin tidak akan lari dari tanggungjawabnya juga di kemudian hari. Apalagi jika sampai Hansa mengandung benih dari hasil pergulatannya di malam ini, Dhafin tentu akan begitu merasa senang hati jika ia diminta untuk menikahi Hansa dan membina rumah tangga di kali kedua setelah perpisahannya dengan mantan istrinya tiga tahun yang lalu. Ya, Dhafin memang bukan seorang perjaka. Dulu dia sempat menikah dengan seorang wanita pilihannya. Tapi sayang, pernikahannya bahkan harus kandas sebelum genap mencapai satu tahun. Wanita yang dia jadikan sebagai istrinya telah berkhianat dan Dhafin tentu tidak bisa memaafkan pengkhianatan itu. Maka tanpa perlu membahas apapun lagi, ia pun langsung menggugat cerai istrinya tanpa memberikan secuil pun harta kepadanya. Lagipula, kesalahan mutlak ada di pihak wanita, lalu untuk apa Dhafin harus repot-repot memberikan separuh hartanya kepada wanita itu. Sungguh Dhafin sangatlah terluka di kala itu. Membuat ia menjadi pria yang menutup diri dari kaum wanita, hingga ia memutuskan untuk menjadi seseorang yang gila kerja tanpa mau melibatkan diri lagi dengan yang namanya wanita. Meski banyak sekali yang datang mendekatinya, tapi Dhafin sudah telanjur kecewa dan berusaha taat pada prinsipnya di awal. Dia tidak akan tergoda lagi oleh jenis wanita manapun. Sampai ketika ia bertemu dengan Hansa si karyawati polosnya yang baru saja melakukan kegiatan r4njang bersamanya, mendadak Dhafin merasa bahwa ia tidak bisa lagi menutup pintu hatinya. Apabila Hansa bersedia untuk menjadi pendampingnya kelak, maka tentu Dhafin akan benar-benar menjadikan Hansa sebagai wanita terakhir di kehidupannya. Tapi bagaimana jika Hansa justru menolak? Akankah Dhafin menerimanya? Atau justru dia akan berupaya keras untuk membuat karyawatinya itu jatuh hati kepadanya juga? Entahlah... Dhafin bahkan baru bisa bernapas dengan normal lagi setelah beberapa saat tampak tersengal-sengal. Dan di sisi sebelah kirinya, Hansa pun mulai terlelap sambil sempat bergumam sebelum akhirnya dia jatuh tertidur tanpa mengenakan apa-apa yang menutupi tubuh tel4njangnya. "Oh ya... Ternyata begini ya rasanya bercint4. Cukup melelahkan dan menyedot seluruh energi yang tersisa. Aku mengantuk. Selamat malam...." gumamnya tak beraturan dengan mata yang mulai terpejam. Meninggalkan Dhafin yang justru masih terlihat belum mengantuk meski dia sudah melalui semacam kegiatan yang mengundang banyak keringat di sekujur tubuhnya. *** Memasuki waktu dini hari, Dhafin masih terjaga sembari duduk sendiri di balkon kamarnya. Membiarkan Hansa tertidur lelap di atas tempat tidur king size-nya, Dhafin pun memilih untuk berdiam diri di sofa panjang yang tersedia khusus di areal balkon kamarnya. Di sana, ia pun memandangi langit dini hari sambil sesekali menyesap gulungan tembakau yang ia embuskan asapnya memenuhi udara di sekitarnya. Dhafin memang bukan seorang perokok, tapi sesekali dia perlu melampiaskan apapun yang sedang mengganggu pikirannya dengan cara menghisap gulungan tembakau tersebut. Memikirkan soal reaksi Hansa saat pagi tiba nanti, Dhafin pun mulai disergap rasa khawatir yang bercampur dengan ketakutan akan penolakan dari gadis itu. Terlebih ketika karyawatinya itu sadar bahwa dia sudah bukan seorang gadis lagi, Dhafin mendadak ciut membayangkannya. "Ini semua terjadi karena pengaruh alkohol yang menguasai alam bawah sadar gadis itu. Tapi bagaimana denganku? Aku tentu tidak sedang mabuk saat melakukannya. Ah ya... Sekarang aku malah merasa takut dengan reaksi yang mungkin saja akan membuatnya menjerit histeris ketika dia melihat kondisinya pada saat ia bangun nanti. Aku harap, dia tidak sampai menggorok leherku setelah dia tahu bahwa aku sudah mengambil mahkota berharganya di tengah kondisinya yang sedang mabuk. Ya, semoga saja dia mau mengerti bahwa karena dia jugalah aku menjadi lepas kendali...." gumam Dhafin menaruh harap. Lalu setelah itu, ia pun mematikan api pada gulungan tembakau yang sudah tidak lagi ia minati. Beranjak dari posisi duduknya semula, Dhafin yang sudah lengkap memakai pakaian santainya pun lantas mulai bergegas masuk meninggalkan balkon tersebut. Tidak lupa, ia pun menutup pintu kaca gesernya lagi demi agar tidak ada angin yang menelusup masuk ke dalam kamarnya. Meskipun tubuh Hansa sudah dibalut oleh selimutnya yang cukup tebal, tapi tetap saja Dhafin merasa takut kalau-kalau angin itu ikut masuk dan menembus ke dalam selimut yang membalut tubuh telanjang karyawatinya. Maka oleh karena itu, Dhafin pun menutup pintu yang semula sudah ia rapatkan menggunakan tirai putih yang memang sudah terpasang dan hanya tinggal ia geser jika ingin menutupnya. Seiring dengan Dhafin yang memilih untuk duduk dulu di tepi ranjang, ia pun lantas menatap wajah terlelap Hansa dengan sorot seriusnya sembari berkata, "Aku akan bertanggungjawab apabila kau memintanya. Tapi sekalipun kau memintaku untuk pergi, aku tentu tidak akan langsung menyetujuinya. Aku akan selalu menunggu sampai kau benar-benar siap, Nona Hansa. Dan setelah kejadian malam ini, kuharap kau tidak membenciku karena entah sejak kapan aku justru malah mulai menaruh rasa suka terhadap kepolosanmu dan juga keberanianmu!" tandas Dhafin tersenyum simpul. Lalu setelah itu, ia pun memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas sofabed merah yang terletak di ujung tempat tidur yang dihuni oleh karyawatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD