Bab 1

2307 Words
Ponsel pintar gadis berambut sebahu itu tiba-tiba bergetar menandakan sebuah notifikasi baru saja masuk. Ia melirik sebentar lalu melanjutkan tugas kuliahnya yang kian hari makin menumpuk akibat ia abaikan. Sesekali ia menghela napas saat menemukan pertanyaan yang menurutnya sulit untuk dijawab. Setelah menghabiskan waktu 30 menit berkutat dengan tugas kuliahnya, ia menyerah, memilih untuk mengaktifkan mode sleep pada layar laptop di hadapannya. Tangannya meraih ponsel berwarna rose gold tersebut dan membaca notifikasi yang masuk setengah jam yang lalu. Bibirnya tersenyum tipis saat membaca pesan dari akun bernama Dylan dengan foto laki-laki ganteng berambut pirang, “Aku kangen kamu, sayang. Lama banget balesnya dih.” Butuh beberapa detik sampai jari jemarinya dengan lincah membuka room chat Dylan tersebut lalu mengetikkan beberapa kata disana. Setelah itu, ia juga membalas beberapa pesan dari teman-temannya yang kebanyakan bertanya tentang tugas. Maklum, gadis yang kerap disapa Helena ini memang salah satu anak yang pintar di antara teman-temannya. Ia juga tidak pelit menjawab saat teman-temannya bertanya perihal tugas sulit yang diberikan dosen di kampus. Baru saja Helena ingin beranjak keluar kamar untuk makan siang, ponselnya bergetar lagi. Dylan baru saja membalas kembali pesannya yang menyuruhnya istirahat sebentar dari tugas-tugasnya tersebut karena Helena memberi tahunya bahwa ia sedang sibuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah, laki-laki itu tahu bahwa pacarnya suka lupa waktu ketika mengerjakan sesuatu. Helena dengan cepat membalas bahwa ia ingin makan siang sebentar lalu meletakkan kembali ponselnya di meja sebelum bergetar lagi. Kedua kakinya melangkah ke dapur dan mendapati Lia sedang sibuk melihat buku resep dan mengaduk adonan kue coklat yang hampir jadi. “Pesanan siapa Ma?” tanya Helena sambil mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk yang sudah tersedia di meja makan. Kedua matanya masih mengamati sang Mama yang tampak lelah namun tak ayal juga menjawab, “Punyanya Bu Mila. Kalau sudah jadi, tolong kamu anterin ya?” Helena mengacungkan jempolnya sementara tangan kanannya menyendokkan nasi ke mulut, “Siap Ma! Jangan lupa ongkos kirim lho, rumah Tante Mila kan jauh.” “Halah naik motor lima menit juga sampe atuh.” Setelah memindahkan adonan ke dalam loyang dan memasukkannya ke dalam oven, beliau menghampiri sang anak yang tengah menikmati makan siangnya. “Kamu baru makan Na?” tanya Lia sambil melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 2 siang. Helena nyengir sambil mengangguk, “Ya gimana Ma, Helena lagi banyak tugas kuliah terus susah-susah lagi.” “Kamunya aja gabisa manage waktu kamu! Kalau udah jamnya makan siang ya makan dulu Na.” omel Lia sambil menatap kesal ke arah anak semata wayangnya. Yang ditatap hanya bisa nyengir sambil berusaha menghabiskan makannya dengan cepat. Ia tidak mau mendengar ocehan sang Mama yang selalu menyuruhnya makan tepat waktu. Semenjak kepergian sang Papa tiga tahun yang lalu, Lia dan Helena tinggal berdua. Lia terpaksa harus bekerja sampingan dengan membuat kue pesanan selain bekerja sebagai salah satu pegawai di butik temannya karena sekarang dirinyalah tulang punggung keluarga. Helena ingin sekali membantu tapi sang Mama menyuruhnya untuk fokus menyelesaikan kuliahnya dulu. “Nanti kalau udah lulus jadi sarjana baru kamu yang cari uang, Na. Mama tinggal nyantai nikmatin hasil kerja kamu.” Ucap Lia saat Helena membujuknya agar diizinkan bekerja paruh waktu. Mereka berdua tertawa mendengar perkataan Lia. “Yeee si Mama mau enaknya doang.” Setelahnya Helena mengaduh kesakitan saat perutnya dicubit Lia yang menatapnya tak terima. “Mau enaknya apa ha? Sekarang siapa yang kerja seminggu full cari uang di rumah ini kalau bukan Mama? Gantian dong nanti!”. “Ya allah iya-iya ih orang Helena bercandaan doang. Lagian siapa suruh gak bolehin kerja.” Sungut Helena kesal karena perutnya dicubit. Ia mengusap-usap bekas cubitan Lia sambil mengerucutkan bibir. “Kan sekarang biar Mama aja, nanti kalau udah lulus dapet kerja gantian kamu. Kalau sekarang kamu ikutan kerja nanti kuliah kamu keteteran, Na! rugi dong Mama ah.” Helena hanya diam sambil geleng-geleng kepala saat itu. Ia paham kalau Mamanya tidak suka dibantah. Lia memang keras kepala begitupun dirinya, namun tetap saja jika menyangkut sang Mama, mau tak mau ia harus mengalah. Hanya Lia lah yang Helena punya sekarang. ** Helena melempar asal handuknya ke arah kasur setelah mandi sore. Ia merebahkan dirinya sambil memeluk guling, matanya memejam. Dirinya sangat lelah setelah mengantarkan pesanan kue teman SMA Lia, si Mila, yang rumahnya cukup jauh. Helena juga menyelesaikan semua tugas-tugas kuliahnya karena semua tugas akan dikumpulkan nanti malam di jam yang bersamaan. Ponselnya tak henti bergetar tanda ada pesan beruntun yang masuk ke notifikasinya namun ia abaikan. Ia tahu itu pasti Dylan, pacarnya. Butuh beberapa menit untuk Helena bangun dari rebahnya dan berjalan ke arah meja untuk mengambil ponselnya yang sejak siang tidak pernah disentuh. Ia meringis melihat ratusan pesan dari Dylan menanyakan keberadaannya dan kenapa ia tidak kunjung membalas pesan dari laki-laki itu. Helena menghela napas sebentar lalu membuka room chat pacarnya itu. “Maaf sayang, aku sibuk banget hari ini. Tadi aku ada urusan.” Sent. Semenit kemudian notifikasi dari Dylan masuk. Laki-laki itu tampak kesal karena Helena tidak menjelaskan apa-apa perihal hilangnya ia seharian itu. “Jangan karena aku cuma pacar RP kamu, kamu bisa seenaknya ngilang Anna.” Begitu isi chat Dylan. Jangan heran kenapa Helena dipanggil Anna oleh Dylan. Begitupun dengan ucapan Dylan tentang “pacar RP” tersebut. Karena mereka berdua memang sedang bermain peran sebagai Anna dan Dylan. RP sendiri merupakan singkatan dari Roleplayer dimana orang-orang menggunakan nama dan foto idola mereka atau foto siapapun sebagai identitas mereka. Roleplayer biasanya dimainkan di sosial media seperti w******p, Telegram, **, dan Line. Anna sendiri merupakan nama Helena di dunia roleplay. Begitu pula dengan Dylan. Mereka tidak tahu-menahu nama asli masing-masing karena beberapa orang lebih memilih untuk tidak mengenal satu sama lain di dunia nyata. Mereka juga tidak pernah bertukar wajah asli ataupun suara mereka ke satu sama lain. Helena terdiam beberapa saat membaca isi pesan dari Dylan. Ia paham bahwa ia salah karena tidak mengabari laki-laki itu. Ia berusaha meminta maaf dengan mengirim pesan berisi kata-kata manis yang cukup panjang. Helena berharap hal tersebut sedikit meluluhkan hati sang pacar. Sudah tiga menit tapi pesan darinya belum juga dibalas. Dibaca saja juga belum. Ia menanti dengan harap-harap cemas. “Bagus ya handuknya!” Helena tersentak saat tiba-tiba suara sang Mama dengan sopan masuk ke pendengarannya. Ia menoleh ke arah pintu dan benar saja, Lia sedang berkacak pinggang sambil menatapnya galak. Helena balik menatapnya dengan memasang tampang tak berdosa. Dirinya langsung mengambil handuk dan menggantungnya di tempat gantungan handuk yang terletak di sebelah kamar mandinya. Ia nyengir takut-takut kalau Lia akan mencubit perutnya. ”Eh si Mama dari kapan berdiri disitu?” tanya Helena dengan nada ramah yang dibuat-buat. Lia mendengus sambil geleng-geleng kepala, “Anak gadis kok jorok dih.” Wanita berumur empat puluh tahun itu melenggang pergi setelah mengucapkan kata-kata yang ikut membuat Helena mendengus kesal. “Inik gidis kik jirik dih.” Cibir Helena kesal. “Mama dengar lho, Na!” teriak Lia dari luar kamar. Helena meringis lalu memilih mengecek ponselnya bersamaan dengan notifikasi dari Dylan yang baru saja masuk. Helena tersenyum lega saat pacarnya itu tidak jadi marah padanya. Ia tiba-tiba teringat awal pertemuannya setahun lalu dengan Dylan di sebuah grup chat. Anak-anak RP biasanya memang sering membuat grup chat random untuk menambah teman dan keluarga. Dylan sering kali meledeknya Annabelle yang membuat dirinya kesal sampai suatu hari ia memutuskan untuk meninggalkan grup tersebut. Lalu Dylan mengiriminya pesan bermaksud untuk meminta maaf dan mengajaknya untuk bergabung lagi. Sejak saat itu mereka mulai dekat, Dylan selalu marah setiap ada orang yang meledek Helena. Baginya, hanya ia seorang yang boleh mengejek gadis yang berperan menjadi Anna itu. Setelah tiga bulan pendekatan, mereka resmi berpacaran hingga sekarang. Tangan Helena bergerak lincah mengetikkan balasan untuk Dylan. “Jalan-jalan naik motor yuk?” begitu bunyi pesan Helena yang kurang dari semenit sudah dibalas. “Boleh. Kemana?” tanya Dylan “Kemana aja.” jawab Helena. Foto yang ia gunakan adalah foto gadis cantik yang berasal dari ukraina dengan rambut brunette dan kulit putih pucat. Butuh waktu sedikit lama sampai akhirnya ponsel Helena bergetar lagi. “/Naik ke motor/ naik Anna.” Helena tersenyum geli membaca balasan dari Dylan. Di dunia roleplay, garis miring menandakan aksi atau perbuatan yang kita lakukan. Misal /makan/ atau /pegang tangan kamu/. Tak jarang ada yang melakukan chat berbau s*****l bahkan ada yang hamil lalu pura-pura punya anak. Bisa dibilang, kehidupan di dunia roleplay mirip bahkan sama persis dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Helena baru saja tertidur usai mengobrol dengan Dylan beberapa jam. Ia merasa bersalah karena sering tidak mengabari laki-laki itu. Ia takut pacarnya akan bosan namun di lain sisi ia juga tidak mau memberitahu lebih lanjut tentang kehidupannya di dunia nyata. Dari awal mereka pacaran, mereka sudah membuat kesepakatan. What happens in roleplay stays in roleplay. ** Helena terbangun meringis saat merasakan cubitan sang Mama di perutnya, “Ya rabbi anak gadis Mama bangunnya siang terus! Gimana mau kerja bantuin emaknya kalau bangun aja mesti dibangunin dulu!” omelan Lia di pagi hari sudah menjadi alarm tersendiri bagi Helena. Bahkan saat almarhum Papanya masih hidup, ia sudah mulai terbiasa dengan omelan dan kebiasaan Mamanya yang hobi mencubit perutnya itu. “Yah Ma kan weekend ini sih. Semalem Helena begadang nyelesain tugas terus tidurnya telat.” Ucap Helena setengah kesal. Ia masih merasakan sakit pada bagian yang dicubit Lia. Mamanya kalau mencubit memang selalu sakit. Lia berdecak kesal sembari menyibak tirai jendela kamar anak tunggalnya itu, “Alasan! Ngerjain tugas emang sambil cekikikan gak jelas? Emang pertanyaannya lucu?!” yang ditanya hanya nyengir gak jelas. “Kan sambilan liat yang lucu-lucu Ma buat refreshing otak. Masa Helena nugas mulu ya kan? Mama mau anak Mama stress terus jadi gila? Mau?” Lia mencibir sambil berjalan keluar kamar. Setelah sang Mama keluar, ia bergegas minum air putih yang berada di nakas. Sudah menjadi kebiasaan dari kecil kalau setelah bangun tidur dirinya minum segelas air putih. Almarhum sang Papa lah yang mengajari Helena kebiasaan tersebut. Ia menoleh pada ponsel yang baterainya sudah terisi penuh karena semalaman ia charge usai saling berbalas chat dengan Dylan. Berbicara tentang laki-laki itu, belum ada satupun pesan yang masuk darinya. Helena paham bahwa pacar RPnya itu masih tertidur. Maklum weekend. Mungkin hanya dirinya lah yang masih rajin bangun pagi di hari Minggu. Itupun akibat perbuatan sang Mama. Biasanya di Minggu pagi, Lia mengajak Helena untuk berbelanja bahan pokok dan bahan membuat kue ke pasar. Gadis berambut sebahu itu selalu ditugaskan untuk membawa barang belanjaan. Terkadang Helena mengeluh saat membawa belanjaan Mamanya. Bukannya malas, hanya saja Lia terlalu cepat berjalan sementara dirinya merasa kesusahan untuk mengimbangi karena membawa banyak barang. “Nanti siang aku chat ya? Aku banyak kerjaan.” Sent. Setelah mengirim pesan ke Dylan, Helena berjalan ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka. Ia memilih untuk mandi sehabis dari pasar saja karena ia tahu dirinya akan banyak berkeringat. Tampak Lia dengan daster navy dan jaket hitam lengkap dengan helm sedang memanasi motor scoopy abu-abu milik mereka satu-satunya. Saat almarhum Papa Helena masih hidup, mereka mempunyai mobil avanza keluaran lama namun Lia jual untuk biaya kuliah Helena sampai lulus nanti. Toh di antara mereka tidak ada yang bisa menyetir mobil. “Kunci rumah udah Na?” tanya Lia saat Helena juga memasang helm. Helena mengangguk mengiyakan. “Aman Ma.” ** Saat jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Helena dan Lia sudah pulang. Mereka banyak berkeringat apalagi Helena yang membawa lebih banyak belanjaan. Setelah selesai membantu Mamanya, Helena pamit ke kamar untuk mandi dan tentu saja, bermalas-malasan sampai Lia menyuruhnya untuk mengantar pesanan kue orang. Dirinya langsung mengecek notifikasi pesan dan mendapati Dylan yang berkata ia juga akan sibuk hari itu sehingga akan jarang membalas pesan. Helena tidak keberatan dan hanya mengiyakan saja. Sebenarnya Helena bosan apalagi mereka sudah menjalani hubungan cukup lama namun ia tidak setega itu meninggalkan Dylan hanya karena alasan sepele. Menurutnya bosan itu wajar dan akan hilang dengan sendirinya. “Iya sayang gapapa. Kabarin kalau udah gak sibuk ya.” Setelah mengirim pesan tersebut, Helena beranjak mengambil handuk. Terdengar bunyi keran dihidupkan tanda ia sedang mandi setelah berpanas-panasan di pasar bersama Lia. Lebih dari dua puluh menit kemudian gadis itu keluar dengan rambutnya yang basah. Setelah berpakaian, Helena kembali mengecek ponselnya, barangkali sudah ada balasan dari Dylan namun nihil. Laki-laki itu sepertinya sedang sangat sibuk di kehidupan nyatanya. Helena tidak mengambil pusing masalah tersebut. Matanya beralih pada isi pesan adik RPnya. “Kak Anna, Rissa sekarang punya pacar dong hehehehehehehe” “HAH? SUMPAH? KENAL DI GRUP MANA HA? WKWKWKKWWKW” balas Helena sambil tersenyum geli. Rissa merupakan salah satu adiknya di dunia roleplay yang ia kenal melalui salah satu grup chat. “IYA! ADA DEH POKOKNYA MAH HHSHSHSHSHS” kurang dari semenit pesan dari Rissa masuk. Helena yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer langsung mengetikkan pesan balasan untuk Rissa, “Yeeee selamat deh ya! Kapan-kapan kita harus double date! Aku pasti ajakin Dylan.” “Siap kak wkwkwkwkk” Helena memutuskan untuk membacanya saja. Ia memilih untuk menonton Youtube dan tidur siang. Beberapa jam kemudian, kedua mata coklatnya terbuka perlahan. Ia mengecek ponsel dan mendapati jam sudah menunjukkan pukul empat sorean. Ia menghela napas, Dylan masih belum mengabarinya. “Sibuk apa sih?” gumamnya sedikit kesal. Ia memutuskan untuk mengirim pesan ke Dylan yang menyuruh laki-laki itu segera membalas pesannya. Helena keluar kamar dan mendapati rumah kosong. Lia pasti sedang mengantar pesanan kue karena dirinya tertidur lama. Lia pasti tidak tega membangunkannya. Kakinya beranjak ke dapur dan mendapati cucian piring yang menumpuk. Setelah dirinya makan, ia langsung mencuci semua cucian piring bekas Lia membuat kue. “Hitung-hitung bantuin Mama deh.” Pikirnya. ** Malamnya, Helena semakin gelisah karena Dylan belum kunjung menjawab. Ia merasa kesal namun enggan memberitahu karena ia juga sering menghilang tanpa kabar. Ia ingin sekali off tapi takut kalau-kalau Dylan tiba-tiba membalas pesannya yang sudah puluhan terkirim. Sembari menunggu Dylan membalas, ia hanya berchat ria dengan Rissa, adiknya, yang tak hentinya membicarakan pacar barunya. Helena merasa jengah namun tetap saja dibalas karena ia merasa tak enak. Tak lama kemudian, gadis bernama lengkap Helena Diandra itu tertidur saat sebuah notifikasi masuk. “Maaf banget ya Anna, aku baru sempet on.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD