Setelah menemui Gilang di ruangannya, Fernando kembali menemui Pierre yang masih berada di kantin.
Fernando berjalan memasuki kantin menghampiri sosok Pierre yang masih duduk dengan posisi yang sama di kursi yang sama. Bahkan piring sisa makan mereka pun belum dibenahi.
“Pierre,” panggil Fernando seraya menepuk bahu pria bernama lengkap Pierre Grey itu.
Pierre sontak langsung menolehkan kepalanya lalu menghembuskan asap rokok yang baru saja dihisapnya ke arah wajah Fernando. Membuat pria itu harus mengibaskan tangannya di depan muka, agar asap itu pergi dari hadapannya.
“Bisakah kau membuang itu ke arah yang lain saja?” tanya Fernando seraya mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
“Suruh siapa kau langsung memanggilku saat aku baru saja menghisap rokok, hah?” balas Pierre lalu akhirnya memutuskan untuk mematikan rokok tersebut pada tempat makan yang tadi ia gunakan, karena piring makan yang tadi digunakan kebetulan memang terbuat dari bahan stainless.
“Ada apa? Kau sudah menemui Pak Gilang?” tanya Pierre setelah mematikan rokoknya.
Sebelum menjawab pertanyaan dari pria itu, Fernando pun beralih pada kursi yang berada di hadapan Pierre lalu kembali duduk di atasnya.
“Sepertinya besok aku akan pergi ke Inggris,” ujar Fernando.
“Inggris? Untuk apa?” tanya Pierre lagi.
Fernando sempat terdiam sejenak. Dia memikirkan perasaan pria di hadapannya. Padahal saat ada undangan camp pelatihan pilot datang dari Inggris, seluruh anggota akademik pilot jet memang heboh, terlebih mereka langsung main tembak jika Pierre yang memiliki kesempatan besar untuk mengikuti pelatihan tersebut.
“Kau tahu tentang undangan pelatihan pilot jet yang diberikan langsung oleh Ratu Elizabeth kan?” tanya Fernando balik.
“Tentu saja aku tahu. Tunggu dulu...” Pierre langsung mencondongkan tubuhnya menatap Fernando dan menatap lekat pria yang ada di hadapannya.
“Kau pergi ke Inggris untuk latihan?” sambung Pierre saat menyadari jika besok pria itu akan pergi ke Inggris.
Fernando menganggukan kepalanya sebagai jawaban iya atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Pierre.
Melihat Fernando menganggukan kepalanya, Pierre pun kembali bersandar lalu bertepuk tangan perlahan seolah mengapresiasi apa yang telah dicapai oleh Fernando.
“Hebat sekali! Kau akan segera bertemu dengan Ratu Inggris, Fernando!” ujar Pierre bersemangat.
Fernando heran dengan reaksi yang diberikan oleh Pierre. Mengapa pria itu tak marah padanya? Padahal orang lain sudah sangat yakin jika Pierre yang akan ditunjuk untuk mewakili akademi dalam pelatihan pilot tersebut.
“Kau tidak marah?” tanya Fernando memastikan perasaan Pierre saat ini setelah mendengar ucapan Fernando tadi.
“Untuk apa? Kau ini, aneh – aneh saja,” ujar Pierre seraya menggelengkan kepalanya.
“Bukankah yang lain bilang kau lebih pantas untuk pelatihan ini? Aku juga tau kau pasti sangat menginginkan pergi ke Inggris, kan?” balas Fernando.
Pierre tampak melipat kedua lengannya di atas meja lalu menatap sorot mata Fernando.
“Hei, aku ini bukan pria egois. Mungkin orang lain menilai demikian karena dari apa yang mereka lihat, dan aku pun mendambakan pelatihan itu. Tapi jika Pak Gilang mengatakan kau yang lebih cocok untuk pergi, apa aku harus marah? Tentu saja tidak, kan?” ujar Pierre.
Memang benar, kebanyakan pilot lain hanya menilai jika Pierre jauh lebih baik dari Fernando. Bahkan tak jarang juga rekan mereka akan membandingkan 2 pria tampan itu. Namun sepertinya penilaian tersebut akan berbeda jauh dengan ekspektasi seorang Gilang Gennady. Dia justru lebih setuju jika Fernando lebih unggul dibandingkan Pierre.
“Aku hanya takut kau tak terima. Tapi aku pun tak bisa meminta ke Pak Gilang agar kau menggantikanku. Beliau sudah memesankan aku tiket,” ujar Fernando.
Pierre menepuk bahu Fernando yang tampak bersalah, meski pria itu tahu jika Fernando tak pernah berniat merebut posisi atau menggeser Pierre untuk meraih sesuatu, “Tenang saja. Masih ada ajang pelatihan lain. Mungkin saja saat kau bertugas nanti, ada undangan lagi dari Rusia. Kau tahu kan, aku sangat menyukai Rusia?”
Fernando menganggukan kepalanya, dia tahu jika Pierre memang sangat menyukai Rusia disbanding siapa pun. Sebenarnya tak hanya negaranya, entah mengapa Pierre tampak sangat menyukai Rusia dari segi mana pun.
“Kau 2 bulan kan di sana?”tanya Pierre.
“Iya, aku 2 bulan di sana,” jawab Fernando.
“Naik maskapai apa?” tanya Pierre lagi.
“Kata Pak Gilang sih, Cendrawasih Air.”
“Loh? Itu maskapai penerbangan tempat pacarmu kerja kan?”
Fernando mengangguk, “Iya. Tapi dia hanya penerbangan lokal saja.”
“Yah, sayang sekali. Pacarmu sudah tau?”
“Belum. Mungkin nanti malam aku akan ke rumahnya.”
“Perbaiki bahasa inggrismu itu. Jangan sampai kau ditertawakan karena tak bisa bahasa inggris,” cibir Pierre.
“Hei, bahasa inggrisku lebih bagus dari pada bahasa inggrismu, tau!” balas Fernando.
Pierre tertawa melihat tingkah teman dekatnya itu, “Ya, tentu saja aku tahu. Bahasa inggrismu memang sangat mumpuni. Aku akui jika aku kalah,” ujar Pierre lalu beranjak dari kursinya.
“Ayo pulang! Biar kuantar kau sampai depan apartemen. Kau harus istirahat dan bersiap untuk pergi besok. Jangan sampai kesehatanmu menurun,” ajak Pierre.
Fernando pun turut beranjak dari kursinya lalu berjalan bersamaan dengan Pierre meninggalkan kantin. Mereka pergi ke locker room terlebih dahulu untuk mengambil tas dan barang mereka yang lain, sebelum akhrinya pulang meninggalkan kawasan Bandara Internasional Soekarno – Hatta.
* * * * *
Fernando berjalan memasuki kamar apartemen nya. Hari yang cukup melelahkan baginya, karena setelah latihan dia dihadapkan dengan tugas yang harus ia selesaikan selama 2 bulan di Inggris mulai besok.
Baru saja ia masuk ke dalam apartemen nya, ponsel yang berada di dalam sakunya tiba – tiba saja bergetar, menandakan sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Fernando lantas meletakkan tas yang ia bawa ke atas meja makan lalu mengangkat teleponnya.
Dddrrrtt !
Dddrrrtt !
Dddrrrtt !
“Halo?” sapa Fernando saat ponsel miliknya menempel pada daun telinganya.
“Nan?” panggil seorang wanita dari seberang panggilan suara itu.
“Iya, ada apa sayang?” balas Fernando setelah ia mendengar suara seorang wanita yang terdengar familiar di telinganya.
“Kamu di apartemen?” tanya wanita itu.
“Iya, aku baru aja sampai apartemen, Eva. Ada apa? Kamu mau ke sini?” tanya Fernando.
“Oh enggak, Nan. Aku hari ini mau prepare dulu ke rumah. Besok ada jadwal flight ke Inggris,” ujar Evangeline.
“Loh, besok kamu bertugas buat penerbangan ke Inggris?” tanya Fernando seraya menempelkan ponselnya ke telinga dengan bantuan bahunya, sedangkan tangannya ia gunakan untuk mengambil segelas air putih dari dalam kulkas.
“Iya, temanku gak bisa bertugas. Jadi kita tukar posisi. Dia akan bertugas di penerbangan nasional, dan aku internasional,” ujar Evangeline.
Evangeline atau yang kerap dipanggil Eva oleh Fernando adalah kekasihnya sejak 9 tahun yang lalu, atau lebih tepatnya sejak berusia 17 tahun, ketika mereka sama – sama duduk di kursi SMA.
Fernando kini bekerja sebagai seorang pilot pesawat jet, sedangkan Evangeline bekerja untuk maskapai penerbangan Cendrawasih Air dengan posisinya sebagai pramugari.
“Aku kebetulan besok juga akan berangkat. Mungkin kita satu pesawat,” ujar Fernando lalu mulai meneguk segelas air putih dingin miliknya.
“Kamu ke Inggris? Ngapain?” tanya Eva.
“Aku ada tugas pelatihan pilot di Inggris selama 2 bulan. Maaf aku baru kasih tau kamu sekarang, aku baru aja sampai. Rencana nya nanti malam emang mau aku kasih tau, sih, karena aku mau ke rumah kamu,” jelas Fernando.
“2 bulan? Tapi kan bulan depan itu perayaan anniversary kita yang ke 9. Kamu mau pergi lagi? Tahun lalu kamu pergi ke Sumbawa, dan sekarang ke Inggris. Kamu serius gak sih sama hubungan kita?” tanya Evangelin dari seberang panggilan suara dengan nada suara yang bisa di prediksi sedang dalam suasana emosi.
Berkat ucapan yang dilontarkan oleh Evangeline, Fernando pun kembali teringat. Tahun lalu, di saat perayaan anniversary yang ke 8, Fernando juga pergi ke Sumbawa dalam rangka pelatihan. Pria itu pun merutuki dirinya karena selalu mendapat tugas di saat penting.
“Sudahlah, gak perlu lagi merencanakan perayaan anniversary. Lagi pula kamu lebih mementingkan pekerjaanmu itu dari pada aku. Rencana pergi liburan ke kepulauan seribu batalkan saja. Dan nanti malam tidak usah datang ke rumahku.”
Tut.
Evangeline langsung memutus sambungan telepon.
“Halo? Halo?” ucap Fernando saat ia tak lagi mendengar suara Evangeline.
Fernando pun langsung melihat layar ponselnya untuk memastikan jika panggilan suara tersebut masih tersambung atau tidak. Namun kenyataannya, panggilan suara memang berakhir karena Evangeline langsung menutup teleponnya setelah melontarkan cacian pada Fernando.
“s**t!” pekik Fernando.
Pria itu menyesali karena kembali bertengkar dengan Evangeline. Fernando benar – benar melupakan rencana untuk merayakan anniversary hubungannya dengan Evangeline bulan depan. Sedangkan tawaran pelatihan ke Inggris berada di depan mata. Selain itu, pelatihan yang berjalan selama 2 bulan pun sudah pasti akan menggagalkan rencana perayaan mereka.
Tahun lalu, Fernando juga tak bisa merayakan anniversary hubungan mereka karena pelatihan pilot yang ia lakukan di Sumbawa, dan kini kembali terulang. Kini pria itu harus berpikir keras bagaimana caranya agar Evangeline mau menerima permintaan maaf Fernando.
“Sudahlah, besok juga ketemu di pesawat,” gumam Fernando saat ia kembali teringat dengan Evangeline yang besok akan bertugas untuk penerbangan ke Inggris.
Fernando pun kembali meraih tas nya lalu masuk ke dalam kamar. Selanjutnya pria itu akan membersihkan dirinya, usai melakukan latihan yang ia lakukan tadi siang.
Di dalam kamar mandi tepatnya di bawah hujan air panas dari shower yang membasahi tubuh kekar dengan kotak berjumlah enam di perutnya, Fernando terus memikirkan kesalahan yang ia perbuat. Pria itu merasa bersalah pada 3 orang sekaligus.
Satu sisi dia memang sangat senang saat menerima perintah untuk mengikuti latihan penerbangan khusus pilot pesawat jet yang diundang langsung oleh Ratu Elizabeth. Namun dia juga merasa bersalah pada Pierre karena menghancurkan ekspektasinya.
Meksi Pierre tampak baik – baik saja, Fernando bisa merasakan jika Pierre merasa sedikit kecewa dengan hasil pemilihan perwakilan untuk ke Inggris. Lalu sisi lainnya Fernando berpikir mengenai hubungan percintaannya.
Sejak kedua orang itu sama – sama bekerja dalam dunia penerbangan, waktu untuk menikmati kebersamaan semakin menipis. Sebenarnya sudah sering Fernando mengajak Evangeline untuk menikah, namun wanita itu terus menolak dengan alasan pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan.
Padahal gaji yang dikantongi oleh Fernando sendiri sudah lebih dari cukup untuk membuat pesta pernikahan megah dan rumah untuk masa depannya. Namun kembali lagi, Evangeline menolaknya. Dan sekarang karena alasan kesibukan yang diemban oleh keduanya, baik Fernando maupun Evangeline terkadang sering beradu argument.
Namun jika Fernando memilih untuk memberikan perintah pelatihan pilot pada Pierre, Fernando sudah tahu respon apa yang akan diberikan oleh Gilang. Sudah pasti pria itu juga akan merasa kecewa akan keputusannya.
“Sudahlah Fernando, semakin kau pikirkan, akan semakin panjang. Lebih baik kau pergi saja, dan 2 bulan lagi saat kembali kau berikan sesuatu pada mereka yang kau kecewakan,” gumam Fernando pada dirinya sendiri.
Pria itu pun menyibakkan rambutnya yang basah lalu mengambil shampoo dan ia usap ke kepalanya. Dengan bantuan air hangat, Fernando berharap otot nya bisa rileks dan pikiran serta rasa bersalahnya bisa terbawa oleh air yang membasahi tubuhnya.
*
*
*
*
*
Jangan lupa untuk tap LOVE (cukup sekali supaya masuk ke galeri kamu) cerita dan comment setelah membaca ya !