part 2

1568 Words
Arki membuka matanya perlahan. Ia bangun di pagi hari dengan kepala yang masih terasa berat. Arki mengingat-ingat kejadian semalam saat dirinya mabuk akibat Ella, wanita yang sudah resmi jadi tunangannya. Ella dengan tega memutuskan pertunangannya sepihak setelah tahu jika perusahannya sedang memburuk, membuat dirinya marah dan memutuskan menghabiskan banyak minuman keras. Arki juga mulai mengingat jika dirinya begini akibat semalam telah melakukan adegan tak senonoh dengan seorang gadis. Tapi Arki tak melihat wajahnya dengan jelas karena dirinya sedang mabuk. Arki mengambil baju dan hendak memakainya, Tiba-tiba sebuah kalung jatuh dari tumpukan bajunya yang di lantai. "Kalung? Mungkinkah punya gadis itu?" Arki memeriksa dengan jelas bentuk kalung ini. Terlihat simpel dan juga tak terlalu mahal, pasti yang memakainya bukan wanita berkelas. Batin Arki. Setelah memakai seluruh pakaiannya, Arki memasukan kalung itu ke dalam saku celananya dan melangkah keluar kamar untuk mengecek kamera CCTV. Saat di ruang keamanan, Arki melihat seorang gadis seumuran adiknya. Namun, ia sedikit pendek. Gadis itu pasti yang menolongnya dan membawa masuk ke dalam kamar hotel yang dipesannya. "Coba besarkan gambar ini," ucap Arki menunjuk gambar seorang gadis. "Kirimkan gambar itu ke nomor saya! Saya ingin tahu siapa pemilik kalung ini!" perintah Arki pada petugas keamanan hotel. Setelah mengantongi wajah Bella, Arki bergegas untuk pulang. Mamanya pasti sudah menunggu di rumah karena semalam ia tak pulang. **** "Bel, tunggu!" Nayla menarik tangan Bella yang hendak keluar kelas tanpa mengajaknya. "Kenapa, Nay? Aku mau ke perpus!" ucap Bella dingin. "Nggak! Kali ini kamu harus maafin aku dulu, aku tuh nggak mau kamu diemin gini. Kamu marah kan sama aku?" Nayla menatap Bella sendu, selama ini bahkan mereka tak pernah bertengkar seperti ini. "Hay, Cusu! Belikan aku snack dan minuman dingin di kantin! Nggak pake lama dan nggak pake nolak!" Rafael memberikan uang kepada Bella dan Nayla merebutnya dari Rafael. "Kamu ini, Raf! Nggak tahu tata krama atau gimana? Kita ini lagi ngomong, kamu gangguin saja! Kamu mending sama pacarmu yang habis kamu anniversary khan tadi malam!" sungut Nayla pada Rafael dan mengembalikan uang itu padanya. "Udah gue putusin!" Nayla dan Bella melongo mendengar ucapan Rafael barusan. "Gila lo, kenapa lo bikin party kalau ujung-ujungnya lo putusin juga? Dasar playboy cap kucing. Emang!" geram Nayla. Rafael memang lelaki yang suka memperlakukan dan memainkan perasaan wanita, bahkan ia sering berganti pacar jika ia bosan. "Dia minta party, ya udah gue jabanin. Ngemeng-ngemeng, kemarin lo nggak dateng ya, Bel?" tanya Rafael membuat Bella salah tingkah. "E_eh dateng kok, cuma nggak masuk. Aku langsung pulang!" Nayla melirik Bella dengan tatapan sesalnya, pasti Bella langsung pulang karena ia tak menemukan dirinya saat di sana. "Maaf ya, Bel! Aku nyesel udah masuk duluan dan nggak nungguin kamu! Pokoknya janji, setelah ini aku nggak bakalan ninggalin kamu lagi!" Bella tersenyum dan Nayla memeluk erat sahabatnya ini. "Aduh, malah pake drama telenovela! Cepet sono beliin AA snack sama minuman dingin. Tenggorokan sudah kering kerontang bagai gurun Sahara yang sedang tertimpa teriknya matahari," ucap Rafael menirukan gaya tubuh yang hendak mati. "Lebay lo, kenapa nggak beli sendiri sih? Atau nggak, nyuruh pacar, mantan, atau geng alaymu itu napa? Eh, tapi Mana geng lo yang sok kecakepan itu? Biasanya pada nempel sama lo kayak perangko?" cerocos Nayla. "Aku malas jika harus meminta pada gadis-gadis yang aneh di luar sana, pasti mereka akan minta balasan dengan jadi pacarku. Aku sedang dalam mode jomblo, dan para gengku sedang pada sibuk dengan pacarnya di kantin. Kalau sama Kusu, kan nggak ada yang marah! Ya kan," ucap Rafael merangkul Bella dan menaik turunkan alisnya. "Tumben mau jomblo, biasanya hobi banget gonta ganti pacar!" protes Nayla. Bella melepaskan rangkulan Rafael dan melangkah pergi ke luar kelas. Nayla dan Rafael melihat sikap aneh Bella, saling menatap dan menyelidik penuh curiga. "Kenapa sahabat lo, Nay? Tumben amat diem bae? Lagi dapet?" tanya Rafael. "Nggak tahu, dia dari tadi pagi begitu. Kayaknya dia marah sama aku, karena aku tinggal masuk saat pesta di malam anniversarymu itu." "Oh, kalau begitu kamu saja yang belikan!" Rafael memberikan uang limapuluh ribuan pada Nayla. "Ogah!" Nayla ikut pergi menyusul Bella yang meninggalkannya tadi bersama Rafael. *** "Nay!" teriak Radit memanggil Nayla yang tampak buru-buru. Radit menyusul langkah Nayla berjalan mundur di depannya. "Kenapa?" tanya Nayla. "Buru-buru amat?" tanya Radit. Radit adalah sahabat Nayla dari semenjak SMP. Tapi Bella bukan sahabat dari SMP yang sama. Namun, di awal masuk sekolah menengah atas ini kedekatan mereka terjalin, membuat ketiga sahabat ini kompak dan saling support dalam hal apapun. Radit beda kelas dengan Nayla dan Bella, maka dari itu dia sering ketinggalan info jika sedang mode ngambek seperti ini. "Aku mau nyusul Bella, dia marah sama aku!" ucap Nayla. "Marah? Kenapa?" "Udah jangan banyak tanya, ayo kalau mau ikut!" Radit dan Nayla mencari Bella ke perpus karena tadi dia bilang akan ke sana. Namun, setelah dicari ternyata Bella tak ada. "Kemana tuh, Bella? Tumben di cari susah amat kaya cari jarum di tumpukan jerami!" keluh Radit. "Mungkin dia benar-benar marah sama aku!" Nayla duduk di pinggiran kelas dengan wajah yang ditekuk membuat Radit iba melihatnya. "Kita ke kantin aja yuk! Siapa tahu, dia ada di sana. Sekalian kita beli minum, kamu pasti capek habis mondar mandir cariin Bella," ucap Radit. "Baiklah!" Nayla dan Radit memesan es teh di kantin dan memutuskan duduk berdua di sana. Banyak anak-anak yang lalu lalang membeli makanan di sini, tapi Bella tak kelihatan. Sehingga membuat Nayla kembali murung. "Mungkin Bella butuh waktu, kamu sabar aja dulu! Kita bicarakan bersama nanti sepulang sekolah, atau nanti sepulang sekolah kita mampir ke rumahnya!" Saran Radit membuat senyum terbit di wajah Nayla. "Pinter lo, Dit! Kenapa gue nggak kepikiran? Thanks ya udah mau bantu," ucap Nayla dengan gembira. Radit menyunggingkan senyum di wajahnya, sebetulnya ia juga sama khawatirnya jika tidak bertemu Bella sehari saja. ia menyusun rencana dengan Nayla sepulang sekolah nanti, untuk membicarakan masalah yang terjadi pada Nayla dan Bella. Bel sekolah berdering dan semua murid kembali masuk. Nayla melihat Bella yang sudah berada di kelasnya, ia melirik sekilas pada Nayla dan kembali fokus ke bukunya. Jam sekolah terasa lama bagi Bella, dia merasa hari ini tak bersemangat sekolah. Setelah semua siswa keluar, Nayla menghadang jalan untuk Bella keluar kelas. Radit yang sudah merencanakan bersama Bella, memilih menutup pintu kelas dan menguncinya dari dalam. "Kalian kenapa? Aku mau pulang!" ucap Bella membuang mukanya. Ia tak ingin terlihat menyedihkan di depan teman-temannya. "Kamu yang kenapa! Bel, kita ini sahabatan udah lama, bahkan kamu tak pernah sedikitpun marah kayak gini. Kamu marah sama aku kan?" Nayla memegang kedua pundak Bella dan menatapnya dalam. Bella memejamkan matanya dan menunduk, rasa bersalah pada teman-temannya kian melanda. "Jawab, Bel! Apa kamu sudah nggak mau temenan sama kita lagi?" Air mata Nayla keluar, Radit yang melihat Nayla dan Bella sama-sama menangis tak tega melihat perselisihan kedua sahabatnya ini. "Bel, kita ini keluarga. Jika ada suatu hal yang menyakitimu, katakan! Jangan dipendam sendiri. Siapa tahu kami bisa bantu!" ucap Radit mencoba mendinginkan suasana. "Maafkan aku Nay, Dit! Untuk saat ini aku belum bisa cerita. Dan ini sama sekali nggak ada hubungannya sama kalian berdua, ini masalah privasiku." "Kamu merahasiakan sesuatu dari kami?" imbuh Nayla. "Nay!" ucap Radit mencoba membaca situasi. "Ya sudah! Kami minta maaf jika sudah membuatmu terbebani dengan pertanyaan kami. Apapun masalahmu, semoga kamu bisa menghadapinya. Kami akan selalu ada buat kamu, dan kami siap menunggu kamu mau menceritakan semuanya!" ucap Radit tenang. Radit memang lelaki yang sangat ramah, sabar dan juga pandai menyelesaikan masalah. Maka dari itu, ia berteman dengan Nayla dan Bella karena dia siswi yang berbeda dari yang lain. Mereka tak suka berhias di sekolah apalagi mengikuti pergaulan bebas seperti teman-teman yang lain. Bella menatap kedua sahabatnya ini dengan haru, ia memeluk Nayla dan terisak bersama. "Maafin aku ya Nay!" "Aku juga minta maaf udah ninggalin kamu di party! Tapi aku janji setelah ini, nggak akan pergi ninggalin lagi jika pergi bareng sama kamu," ucap Nayla. "Sudah pelukannya? Mau sekalian peluk aku nggak nih kalian berdua?" ucap Radit. "Huh, modus!" teriak Nayla dan Bella bersamaan. Radit melihat kedua sahabatnya ini bergandengan dengan tersenyum. Mereka semua telah berbaikan, Nayla mengajak Bella untuk pulang bersama dengan mobil yang dipakai Radit. Dari tiga bersahabat ini, Raditlah yang paling kaya. Orang tua Radit seorang pejabat negara, dan Radit anak tunggal. Hal itu yang menjadikan Radit bebas memakai fasilitas apa saja yang ia inginkan. Saat hendak memasuki rumah, Bella merasa ada yang aneh di belakangnya. Sepertinya, ada seseorang yang mengikutinya. Ia menengok kebelakang, tapi tak ada siapapun di sana. "Siapa?" tanya Bella menengok ke kanan dan ke kiri. Tapi tak ada orang juga. Ia akhirnya memilih masuk ke dalam rumah dengan cepat. Jam menunjukan pukul tiga siang. Setelah pulang sekolah, ia berniat menghubungi kedua orang tuanya untuk menanyakan kapan mereka akan pulang. "Assalamualaikum, Bu!" "Waalaikumsalam, Bell. Kenapa telpon?" "Ibu sama Bapak jadi pulang hari ini?" "Kayaknya nggak, Bel. Nenekmu malah di rawat di rumah sakit. Ini Ibu sedang menemaninya, kamu nggak papa kan Ibu tinggal lama?" "Hm, nggak papa, Bu! Semoga nenek cepat sembuh ya!" "Aamiin. Kamu jaga diri baik-baik, jangan keluar malam-malam ya! Nggak baik buat masa depanmu!" ucap ibu mewanti-wanti Bella. "Iya, Bu! Ya sudah, Bella mau istirahat dulu. Wassalamualaikum!" "Waalaikumsalam." Setelah panggilan terputus, Bella membaringkan tubuhnya untuk beristirahat. Saat baru akan terpejam, Bella mendengar suara pintu rumahnya diketuk berulang ulang. Ia yang belum terlalu pulas, memilih melihat siapa tamu yang datang. Disingkapnya gorden di kamarnya, dan mengintip siapa tamu yang ada di luar itu. Bella menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD