BAB 8: SAKIT

1238 Words
SELAMAT MEMBACA *** Bu Marni dan Kama menatap prihatin kearah Kila yang masih terbaring di ranjang rumah sakit dengan tidak berdayanya. Bahkan sejak pagi tadi gadis itu belum sadarkan diri hingga siang. Entah karena efek sakit, atau efek kurang istirahat atau keduanya jadinya dia tidur lebih lama. Ketika pagi tadi Kila di temukan dalam kondisi tak sadarkan diri, Kama langsung membawa gadis itu kerumah sakit di ikuti oleh Bu Marni. Ema tidak ikut karena ada jadwal kuliah. Akhirnya hanya Kama dan Bu Marni yang mengurus Kila. Dokter sudah memeriksa kondisi Kila, dan cukup memperihatinkan. Demam tinggi, kelelahan, kurang tidur dan telat makan. Tubuh gadis itu tidak bisa menahannya dan akhirnya tumbang. Mendengar penjelasan dokter, Kama menatap antara aneh dan prihatin pada Kila. Sebenarnya apa yang di lakukan gadis itu di luar sana. Sampai telat makan dan kurang istirahat. Bekerja? Untuk apa bekerja sekeras itu. Apa di fikir jika dia bekerja dengan gila-gilaan begitu tubuhnya akan baik-baik saja. Lalu pekerjaan apa yang di lakukan hingga pulang hampir subuh dan berangkat lagi pagi hari. Jujur saja Kama sedikit menaruh curiga pada anak kosnya itu, tapi berusaha dia tepis fikiran negatifnya itu. "Haus ..." guman Kila pelan. Entah pada siapa dia berbicara. Bu Marni yang melihat Kila mulai sadar langsung mendekati ranjang gadis itu dan memberikan air untuk Kila. "Mbak Kila sudah sadar?" tanya Bu Marni dengan leganya. Kila yang baru sadar, mulai mengamati ruangan tempatnya tidur saat ini. Seperti bukan kamarnya. Tapi dimana dia sekarang. "Kamu di rumah sakit Mbak," Kama yang melihat kebingungan Kila berinisiatif menjelaskan meski gadis itu belum bertanya. "Kenapa saya disini Bu?" Tanya Kila dengan lirihnya kearah Bu Marni. Seingatnya semalam dia tidur karena kelelahan dan tubuhnya yang sakit semua, kenapa tiba-tiba dia bangun sudah ada di rumah sakit. "Pagi tadi kami temukan Mbak Kila pingsan di kamar. Kami panik, jadi langsung kami bawa kerumah sakit." Jelas Bu Marni. "Sekarang jam berapa Bu?" tanya Kila lagi. Melihat ke arah jendela yanh sudah terang, Kila langsung panik. Bagaimana bisa dia tidak pergi kerja. "Jam 1 Mbak, mau makan?" tanya Bu Marni. Dia mengambil jatah makan siang Kila di atas meja yang sudah di antarkan perawat tadi. "Saya harus kerja Bu, saya ingin pulang." Ucap Kila ingin turun dari ranjang rumah sakit. Namun, buru-buru Bu Marni mencegahnya. Kama semakin tak habis fikir dengan gadis di hadapannya itu, dalam kondisi sakit seperti ini saja masih sempat-sempatnya memikirkan kerja. Apa tidak bisa dia beristirahat dulu dan membiarkan kondisinya pulih. Apa dia tidak sadar seberapa bahayanya kondisinya tadi. Bayangkan jika gadis itu tidak ada yang menemukan. Mau pingsan sampai kapan, atau hal buruk apa yang akan menimpa gadis itu. "Saya sudah bilang sama temanmu di toko Mbak, kamu sakit dan tidak masuk kerja hari ini." Ucapan Kama membuat Kila merasa terkejut. Kapan bapak kosnya itu bertemu dengan temannya bahkan mengatakan dia tidak bisa masuk kerja. Lalu teman yang mana maksudnya. Kama memang tidak berbohong jika dia sudah mengatakan pada teman Kila jika Kila tidak masuk kerja hari ini. Tadi setelah mengurus seluruh administrasi rumah sakit, Kama sempat pulang ke kos karena dia harus menemui tukang yang akan memperbaiki kosnya. Setelah urusan dengan tukang selesai, sebelum kembali ke rumah sakit Kama memutuskan untuk mampir di toko tempat Kila bekerja dan mengatakan pada teman gadis itu tentang kondisi Kila saat ini. "Saya tidak bohong, saya tadi bertemu dengan Yana. Temanmu kan Mbak?" ucap Kama lagi karena dia melihat keraguan di mata Kila untuknya. Kila pun mengangguk pelan. "Makan dulu ya Mbak Kila, kata dokter tadi kalau sudah sadar makan dan langsung minum obat." Ucap Marni mengambilkan makanan Kila. Kama yang melihat kejadian itu berinisiatif untuk menaikkan sandaran ranjang Kila agar gadis itu bisa makan dengan nyaman. "Mau Ibu bantu makannya Mbak?" Bu Marni menawarkan bantuan untuk Kila. Namun, Kila langsung menggeleng tidak enak hati. "Bisa sendiri Bu, terimakasih." Ucap Kila halus. Sedangkan Kama, laki-laki itu hanya diam sambil terus mengamati Kila dari tempatnya duduk. Tidak mengatakan apapun, karena memang tidak ada yang ingin dia katakan. Dalah keheningan, pintu ruang perawatan Kila di buka dengan kasar secara tiba-tiba. "Kilaaaaa..." Suara itu cukup mengejutkan untuk Kila, Bu Marni dan Kama. Beruntung dua Ranjang lain di sebelah Kila kosong jika tidak mungkin saja Yana yang siang itu datang akan langsung di tegur. "Kan sakit, sudah di bilangin ngeyel sih." Yana langsung mendekat ke ranjang Kila, dan bicara tanpa menunggu gadis itu mengatakan satu patah katapun. Kila yang mendengar ucapan Yana sama sekali tidak memperdulikan temannya itu. Dia justru makan dengan tenang. Agar lekas sembuh dan pulih lalu bisa segera pulang. Jujur saja, dia tidak ingin menambah beban hidupnya dengan adanya tagihan rumah sakit jika dia berlama-lama di sana. "Mbak Yana kok bisa kesini jam segini?" tanya Bu Marni yang memang sudah mengenal Yana sebagai teman Kila. Gadis itu beberapa kali terlihat datang mengunjungi Kila di kos. "Iya Bu, izin setengah hari mau menjenguk Kila. Kata bapak kosnya tadi Kila sakit. Bandel sih Bu, sok-sok an jadi robot akhirnya tumbang juga kan." Ucap Yana dengan panjang lebar tidak peduli jika suaranya akan terdengar kemana-mana. Kama yang mendengar suara berisik Yana jadi menyesal mengabari gadis itu tadi, siapa juga yang membawa gadis berisik itu datang. "Kamu kalau berisik, bisa di usir satpam lo Mbak." Tegur Kama pada Yana. Yana langung menoleh dan merasa terkejut. Sama sekali tidak menyangka jika akan bertemu dengan bapak kos temannya itu disana. Yana hanya mengangguk dengan malu. "Iya Pak, maaf..." ucap Yana malu. Lalu Yana kembali menatap Kila. Tangannya dengan spontan menyentuh kening Kila. "Kamu sakit apa Kil?" Tanya Yana lagi setelah merasakan tubuh temannya itu sedikit hangat. "Demam tidak papa, sudah sehat ini." Jawab Kila langsung. "Kecapekan Mbak, kurang istirahat, telat makan sama demam." Bu Marni yang menjelaskan detail kondisi Kila pada Yana. Yana yang mendengar hal tersebut, hanya menggeleng tak habis fikir. Melihat gadis keras kepala di hadapannya akhirnya terbaring lemah di rumah sakit. "Bagaimana tidak capek Bu, dia pagi sampai sore jaga toko. Sore sampai malam jadi pelayan angkringan. Malam sampai jam tiga subuh, sok-sok an masih jaga tempat PS." Ucap Yana dengan gemasnya menceritakan pekerjaan Kila pada Bu Marni. Bu Marni hanya menggeleng heran, bagaimana bisa Kila bekerja sekeras itu. Sedangkan Kama yang mendengar pekerjaan Kila, tiba-tiba merasa bersalah. Tadi sempat curiga dan berfikir yang tidak-tidak tentang Kila. Ternyata gadis itu memang sungguh bekerja, tidak melakukan hal yang negatif di luar sana. Tapi siapapun yang menjadi Kama juga pasti akan berfikir serupa dengannya. Pekerjaan apa yang membuat karyawannya pulang menjelang subuh. Kalau tidak tau jika menjaga tempat PS bisa pulang hingga subuh, orang lain pasti akan berfikir Kila mengerjakan pekerjaan yang tidak benar. Tapi ya sudahlah ... "Kamu bekerja sekeras itu biar apa Mbak?" Kama yang tidak tahan untuk bertanya akhirnya memilih untuk masuk kedalam obrolan. "Biar tetap hidup Pak," jawab Kila santai. Dia benar-benar gemas ingin membungkam mulut ceriwis Yana yang bercerita banyak hal tanpa di minta itu. "Kamu fikir kalau bekerja dengan gila-gilaan begitu bisa cepat kaya. Tidak kaya yang ada nambah masalah, lihat sekarang kamu malah sakit. Tidak bisa kerjakan." Ucap Kama lagi. Kila yang mendengar itu merasa kesal pada Kama. Apa bapak kosnya itu tadi baru saja mengomel padanya. Apa dia baru saja di marahi. Asal tau saja, jika sebenarnya Kila juga tidak ingin bekerja sekeras ini. Tapi bagaimana lagi tuntutan hidup yang memaksanya. Tapi yasudahlah, orang lain tidak perlu tau kan masalah hidupnya. "Setidaknya saya bisa melanjutkan hidup tanpa merepotkan orang lain Pak," jawab Kila lirih entah di dengar atau tidak oleh Kama. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD