MJ - CHAPTER 2

1275 Words
Di dalam sebuah mobil yang sedang melaju dengan kecepatan sedang, Meghan terlihat menunjukkan garis wajah yang sangat ketus. Moodnya benar-benar sangat hancur apalagi sebelum memasuki mobil hal yang tak dapat di duga itu terjadi, Hun mencoba mencairkan suasana di dalam mobil tersebut. Hun bernyanyi dan memutarkan musik yang di sukai oleh Meghan, namun Meghan sama sekali tak ingin tersenyum. Saat Hun berjoget ria dihadapan Meghan, Meghan memelototinya. Hun terlihat sangat takut sekali dengan sorot mata yang sangat tajam, Hun tahu jika Meghan meminta nya untuk berdiam diri. "Meg, aku siapin kamu air hangat ya untuk mandi!" Ucap Hun dengan senyuman lebar di wajahnya. "Boleh, Oh iya kalau Jody telpon bilang aku sedang sibuk!" Sahut Meghan. "Jody? Dia itu ayah kandung mu, mengapa kau memanggilnya nama!" Protes Hun sembari berpikir keras membuat Meghan tertawa terpingkal-pingkal. "Hey, Bukankah Jody telah berselingkuh dari mu dan menikahi wanita tua bernama Clarin itu. Ups! Lupa mereka tidak menikah hanya berpacaran namun tinggal satu atap!" Bola matanya memutar kala mengucapkan kalimat itu. "Hun, aku lebih menghargai dirimu menjadi ibu tiri ku di bandingkan wanita tua tak tahu diri itu!" Ucapnya kembali dengan nada yang lebih sarkas. "Maaf Nyonya, saya kan setengah wanita. Tidak mungkin Tuan Jody mau menikahi saya, jadi anda seharusnya mengerti dan berhenti mengatakan hal itu" Celoteh Hun membuat nya kembali tertawa, hanya Hun lah yang mampu mengubah Mood Meghan. "Sudahlah, lupakan. Beri aku segelas wine begitu sampai nanti dan jangan lupa tolak semua telpon yang masuk ke dalam ponselku! Aku tak mau menerima semua panggilan itu, " Ujarnya kembali, salah satu assisten yang lainnya menahan tawanya. Ia tahu jika ia mentertawakan Meghan, hal buruk akan terjadi padanya. Meghan menoleh, menatap wajah Assisten nya yang bernama Jessi. Seketika itu Jessi menunduk, "Tak perlu menunduk, tatap wajahku!" Titahnya, Jessi pun menatap wajahnya dan memberikannya sebuah senyuman. "Untuk apa kau tersenyum, dasar bodoh!" Jessi pun terdiam saat mendengar kalimat itu. "Kau juga, mengemudi mobil saja sangat lamban!" Sudah menjadi hal biasa jika seorang Meghan berceloteh seperti itu dan bukan hal yang mudah membuat Meghan jatuh hati pada pekerjaan orang di sekitarnya, entahlah mengapa sikapnya sangat buruk yang jelas itu Meghan. Aleta Meghan Joseph, seorang gadis kecil yang selalu riang saat dulu. Namun semenjak dewasa dan saat dirinya melihat perlakuan ayah kandungnya terhadap ibunya begitupun dengan keadaan ibunya yang selalu saja mabuk, membuatnya menjadi sosok wanita yang sangat keras, egois dan selalu ingin menjadi yang pertama. Meghan tak peduli betapa sulitnya orang-orang menjaga Mood nya, Meghan hanya mau orang-orang disekitarnya bekerja sesuai keinginannya. ^^ Hari pun sudah berganti malam, Meghan sedang berendam air hangat di atas Bath tub. Bunga segar pun berendam bersama Meghan, di sana Meghan memikirkan kalimat yang Hun ucapkan. "Cih, apa ini? Hun Gila, tidak waras sama sekali. Bagaimana mungkin dia memintaku menikah, rasanya otak ku sudah tak mampu mencerna dengan baik!" Cetus nya saat itu, matanya mendelik kesal saat mengingat kalimat yang di ucapkan oleh Hun. Tok Tok Tok "Masuk!" Ucapnya, dua orang pelayan wanita masuk kedalam ruang mandi yang sangat megah itu, mungkin kamar mandi Meghan seperti apartemen Tipe 21. Wkwkwk. Ya, jika saja kamar mandi itu sebuah rumah. Mereka bisa saja membangun satu kamar hingga dapur di dalamnya, namun itulah Meghan. Rumah megah milik Ayahnya jatuh kepadanya, ia pewaris tunggal dari konglomerat kaya Jody Joseph. Bahkan, jika Nanti Jody memiliki anak dari wanita barunya. Meghan tak akan mau membagi harta warisannya, "Tolong pijat kepalaku, dan kamu (menunjukkan jari lentik nya ke salah satu pelayan dihadapannya) tolong pijat kaki ku! Hari ini aku capek," Titahnya kepada kedua pelayan itu, mereka mengangguk dan segera menuruti keinginan Meghan. Drrttttt... Drrrrtttt... "Halo!" "Meg, di bawah ada seorang lelaki yang ingin bertemu dengan mu. Ia ingin kau menjadi narasumbernya, apakah boleh aku ijinkan masuk? " Ucap Hun. "Tidak, usir saja dia. Lagipula aku tidak Mood melakukan wawancara ini, jika tidak lapor keamanan dan bilang padanya bahwa ada yang mengganggu ketenangan ku!" Ucapnya kembali. "Ba.. Baiklah! " Jawab Hun sedikit terbata, sebenarnya Hun tidak tega saat mengusir sosok lelaki yang terlihat sangat baik. "Bagaimana ini, dia hanya ingin membuat janji untuk melakukan wawancara. Tapi Meghan???... " Hun berbicara dari dalam hati. Hun masih saja berdiri tegap di hadapan Meghan dengan wajah yang terlihat memohon serta kebingungan, "Untuk apa kau berdiri di sana, keluar dan jangan ganggu aku!" Perintah Meghan untuknya sudah cukup keras, Hun tak berani memotong apalagi membantah. Hun segera keluar dari dalam kamar mandi megah miliknya itu, lalu Hun pergi menemui sosok lelaki bernama Julian. . Dari jauh Hun melihat sosok lelaki berbadan atletis itu menunggu nya, sebuah harapan terlihat di sana. Hun berjalan menyusuri lantai berbahan marmer itu dengan perasaan yang sangat tidak enak, Sesampainya di depan ruangan terbuka yang berada di dekat teras megah rumah Meghan, Hun segera menyampaikan penolakan Meghan. Hun merasa tidak enak dengan Julian, Julian menanggapi nya dengan santai. "Tidak Apa Tuan Hun, saya akan terus datang dan mencoba membujuk Nona Meghan. Semoga Nona mau menjadi narasumber saya, sebab Tuan Ed dan Tuan Lori sudah memberikan balasan email atas persetujuan Nona Meghan!" Ucapnya kembali. Wajah tampan itu tidak menampakan kekecewaan sama sekali, bahkan Julian terlihat menanggapi penolakan itu dengan senyuman. "Baiklah Tuan Julian, saya harap anda tidak merasa kecewa!" Ucap Hun di iringi senyuman. Di tempat lain, Meghan dengan santainya mendapatkan pijatan pada kaki dan kepalanya di atas Bathtub sembari merendam tubuhnya dengan air hangat. Lagu romantis pun di putar di dalam sana, Meghan benar-benar menikmati alunan musik dan melupakan segala masalah yang sedang di hadapi olehnya. "Jenny, " Panggilnya pada seorang pelayan yang memijat kepalanya. "Iya Nona?" Sahut Jenny. "Apakah kau pernah jatuh cinta?" Tanya Meghan. "Mm, pernah Nona!" Ucapnya, "Memangnya aku sudah menyuruh mu menjawab?" Tanya nya kembali sembari mendengus kesal, "Maaf Nona!" Ucap Jenny sembari tetap memberikan pijatan pada Meghan, "Maaf jika saya tidak sopan!" "Baguslah kalau kau menyadari ketidak-sopanan mu!" Ujarnya kembali. "Jenny, jangan percaya dengan cinta. Bahkan sebuah kata Cinta itu akan membuat mu Gila!" Usulnya, "Kau akan buta dan merana, ingat wanita itu tidak seharusnya membabi buta untuk mencinta. Kita harus bisa hidup tanpa cinta, karena cinta akan membuat sengsara!" Tambahnya lagi. "Baik Nyonya!" Hun kembali menghampiri Meghan, "Jenny, Milla pergilah kalian sudah selesai. Ingat ucapkan pada pelayan yang berada di dapur, siapkan makanan untuk Nyonya Meghan, sebentar lagi Nyonya Meghan akan kedatangan tamu!" Ucap Hun seraya memberikan perintah. "Baik Tuan Hun!" Jawab kedua pelayan tersebut. Meghan terbangun dan menatap wajah Hun, "Siapa yang akan datang?" "Bukankah kau memesan lelaki muda untuk menemani mu?" Tanya Hun. "Tidak hari ini! Sial sekali dirimu Hun, aku sedang tidak mau bercinta. Lagipula aku belum melihat sosok lelaki yang akan memuaskan ku!" Tolak Meghan. "Lelaki itu berbadan Atletis, bahkan dia lelaki yang sangat tampan" Ucap Hun. "Siapa namanya? Dan mana foto orang itu?" Tanya Meghan. "Marcel namanya! Dia lelaki yang sangat baik" Sembari berjalan melenggangkan pinggangnya, Hun menghampiri Meghan yang masih anteng di dalam bath tub. Hun menggeser kan layar kunci pada ponselnya dan segera menunjukkan foto lelaki tersebut. "Look!" Titah Hun. "No! Aku gak mau! Dia tidak tampan, dia seperti mu. Dia lelaki penyuka pria, aku tidak mau!" "Halo Meghan, One Night stand Baby? Hanya semalam, kau butuh belaian bukan? Agar kau merasa bahagia di pagi hari?" "I Need! Tapi bukan dia orangnya, dia seperti kemayu. Aku akan membayarnya, biarkan dia memuaskan mu!" Ucapnya bernada sinis itu, "Get Out Hun, kalau tidak aku akan membuat mu pergi selamanya dari kehidupanku!" Ancaman Meghan membuat Hun takut, ia pun segera pergi dan segera membatalkan pertemuan Meghan dengan lelaki pemuas nafsu wanita itu. "Dasar Meghan aneh, di kasih lelaki kaya dia menolak. Disaat dia membutuhkan belaian, tetap saja menolak. Entahlah aku selalu merasa bingung mengenai keinginannya, sampai kapan dia seperti itu. I'm Not Understand!" Celoteh nya dalam hati sembari berjalan meninggalkan sosok Meghan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD