Tugas

1291 Words
  Aku dan power six berkumpul kembali seperti biasa. Mendiskusikan  apa saja yang akan kami lakukan nanti malam. Sesuai rencana malam ini kami akan membuat w************n itu keluar dari rumah atas keinginannya sendiri. Hari ini aku tsk pulang telat, sesuai apa yang  kami bicarakan tadi siang sore ini aku sudah berada di rumah. Yang membuat ku sedikit senang tak ada pertengkaran saat ku pulang sekolah. Aku segera mengemasi buku tulis serta buku paket untuk tugas. Aku berencana akan kerja kelompok di halaman belakang.  "Mau kemana Vin?" Suara itu membuatku berhenti, aku menoleh sekilas. "Mau lerja kelompok." Jawabku, dia berdiri dan mendekatiku. "Bukannya kamu bilang nanti malam?" Tanyanya heran. Aku kembali menghadap wajahanya. Mata hitam nan indah itu selalu mengingatkan aku pada mama. Namun pikiran dan perasaan yang selalu mncul tiba-tiba itu segera aku enyahkan.  "Tugas aku banyak, jadi ngerjainnya harus cepet,"  "Berapa orang Vin? Biar mama siapin cemilan buat kalian."  "Enam."  "Kamu suka apa biasanya kalo buat cemilan?" Tanyanya. Ini orang cerewet banget sih. "Apa aja, lagian nanti aku suruh mbok aja buat bikinin, nggak usah repot-repot." Ujarku. Aku pun kembali berjalan meninggalkan dia tanpa sepatah katapun. ****** Titttt Titttt Tittttt Suara berisik dari  klakson mobil membuatku berhenti mengerjakan tugas yang baru beberapa soal aku kerjakan. Mendengar suara berisik itu, aku pun berlari keluar. Disana sudah ada mereka yang datang membawa mobil masing-masing. Lima mobil berjejer dengan rapi, mama Nova keluar dari kamar dan berdiri tepat di sampingku. "Teman kamu Vin?" Tanya mama menelisik menampilan Neni dan Lola, yang hanya mengenakan celana sebatas paha dan baju hanya setengah perut mereka yang tertutup. "Hemmm." Aku melirik reaksi wajahnya dengan ekor mataku, sesuai keinginanku.  "Kamu nggak salah Vin? Kalian mau kerja kelompok dengan yang bukan muhrim dan dengan pakaian seperti ini? Yang benar saja?"  Aku hanya diam tak merespon.  "Sore tante!" Sapa mereka serempak. "Assamualaikum." Sapa mama Nova. "Astaga maaf tante." Ujar Lola sok merasa bersalah namun raut wajahnya tak sedikitpun seperti yang ia katakan. "Assamualaikum tante." Ralat mereka kompak. "Waalaikumussalam. Kalian teman Vina?" Tanyanya mama Nova. Ia melihat ke arah Rendra yang berdiri disisi Restu. "Kamu!" Ujarnya menunjuk Rendra. "Iya tente, saya Rendra pacar sekaligus teman sekolah Vina, dan hari ini kami akan kerja kelompok disini." Jawab Rendra tanpa raagu sedikitpun. "Ohhh, iya sudah ajak teman kamu masuk Vin."  "Tanpa mama bilang juga akau bakalan suruh mereka masuk. Yuk guys masuk di halaman belakang aja ya."  Kami pun masuk tanpa menghiraukan keberadaan mama Nova, bahkan dengan sengaja Neni menabraknya yang berada di tengah pintu. "Nyokap lo Vin?" Tanya Neni. "Lumayan juga sih cantik tapi pake hijab gitu nggak panas ya?" Sambunya kembali. "Mana gue tau, kenapa lo nggak tanya aja ma dia langsung."  "Ogah bener."  "Ehhh kayaknya dia risih banget liat kita pake kayak gini!" Ujar Lola. "Lo liat aja pakaian dia aja kayak gitu, gimana dia nggak risih." "Ehhh tapi btw, minuman di mobil gimana?" Tanya Restu. "Tenang aja itu urusan gue." Jawab Bagas. Kami segera membuka tugas yang harus kami selsaikan terlebih dahulu. Aku mengerjakan tugas kimia yang kemren di kasih, sementara yang lain mengerjakan tugas mereka masing-masing.  "Gila nih Matika gimana rumusnya sih, yah kok kepala gue muter-muter ya." Keluh Restu. "Ndra jawabannya Ndra gue pusing." Pinta Restu. "Itu derita lo." Ujar Rendra. "Ahhh lo pelitnya kedangkelan Ndra ma sahabat sendiri aja lo gitu." Rajuknya. "Nggak usah pasang wajah kayak gitu Res, lo jelek layak cewek PMS." Tegas Bagas. Lkarena tak terima Restu pun memukul Bagas dengan buku paket yang ia pegang. Brukkk.. "Ahhhh! Sakit bego!" Bagas mengelus kepalanya yang kena timpuk. "Makanya kalo ngomong ya di filter dudu Peak, lo suka ngebacot asal aja." "Abisnya lo pasang muka gitu jelek."  "Iya udah bantuin gue yang ini dulu, entar gue bantuin lo kerjain biologi." Ujarnya. "Bener ya?"  "Iya buset dah, bantuin gue matik nih, pusing gue mikir rumus muter-muter gini."  Ku masih sibuk dengan tugas kimia yang masih ku hitung hasilnya, Neni dan Lola mengerjakan tugas ekonomi.  "Tinggal berapa yang?"  Tanya Rendra yang masih melihatku sibuk dengan alat cakar dan kalkulator yang sesekali Restu dan Bagas rebut.  "Ini cemilannya cah ayu." Ujar mbok. "Makasih ya mbok." "Nah ini baru sip." "Makasih ya Bik." Ucap Lola dan Neni bersamaan. Restu sudah melahap kentang goreng dan beberapa cemilan yang di sediakan mbok. "Mama mana mbok?" Tanyaku saat ia akan pergi. "Ada di ruang tamu cah ayu." Jawabnya. "Ada lagi cah ayu? Minumannya mau teh s**u atau Jus?" Kembali ia bertanya. Aku hanya menggeleng. "Nggak usah mbok, teman-temanku udah bawa minuman kok." Jawabku.  "Nah bener tuh Bik, kami dah bawa minuman sendiri, jadi nggak usah repot-repot." Ujar Restu. "Gas, ambil minum sana." Sambungnya kembali. "Bentar lagi, begok, nih gue mau nyelsaiin ini dulu." Ujarnya. Mbok Mirah udah pergi dari tadi.  "Gimana Vin? Kita ambil minumnya sekarang atau gimana?" Tanya Bagas. Aku berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kayaknya ini waktu yang tepat deh, mendingan lo ambil sekarang deh Gas, kebetulan dia ada ruang tamu." Ujarku. "Ok deh gue ambil sekarang." Jawabnya sambil bangun dari duduknya.  Bagas berjalan melewati ruang tamu. Benar saja disana ada Nova yang sedang menikmati teh hangatnya sambil membaca buku filosofi. "Mau kemana Nak?" Tanya Nova sopan. "Mau ambil minum dulu di mobil Tan." Jawabnya. Nova terdiam sesaat sebelum bertanya kembali. "Apa Bik Mirah nggak nyediain kalian minum?" Tanyanya.  "Nggak kok Tan, emnag kita bawa minum sendri kok, jdi cukup cemilan aja."  "Ohhh ya udah kalo gitu." Ujar mama Nova.  Basgas pun kembali berjalan keluar. Mengambil beberapa botol minuman yang telah ia beli. Dia cukup terdiam sesaat. Membayangkan reaksi wanita yang mengintrogasinya tadi. Karena tak ingin menikmatinya sendiri  ia pun menelpon mereka yang masih sibuk dengan rumus dan angka. Derrrttt Dertttt Dertttt "Ehhhh, si peak napa nelpon segala sih?" Tanya Restu heran. Mereka yang sibuk mengangakat kepala merasa heran juga. "Angkat gih Res." Ujar Rendra. Tak berapa lama Restu langsung menekan ikon hijau. "Ehhh lo angkat kok lama baget sih?" Teriak di sebrang sana. "Ehhhh, lagian lo, napa nelpon coba,cuman jarak nggak sampe seratus meter aja lo pake nelpon segala."  "Kalian nggak mau liat pertunjukan?" Tanyanya. Mereka semua yang ada di halaman belakang bingung arti kata pertunjukan yang di maksud Bagas. "Maksud lo apaan peak?" Tanya Restu. "Maksud gue, nyokap barunya Vina lagi di ruang tamu, tadi dia liat gue keluar dia nanya gue mau kemana, yah gue bilang aja mau ambil minum, tadinya sih dia heran, mungkin di kira kita nggak di tawarin minum sama bik Mirah."  "Terus lo jawab apaan?" Tanya Neni. "Gue jawab aja udah beb, makanya kalian nggak penasaran liat reaksi nyokap Vina liat gue bawa kayak  ginian!" Mereka pun baru paham akan maksud Bagas.  "Iya gue paham, sekarang kita mau liat deh." Ujar Vina. "Ok gue otw ya."  "Sip!!" Ucap mereka serempak.  Setelah telpon itu terputus Bagas kembali berjalan, perlahan namun pasti, sesuai apa yang ia rencanakan, mata Nova dan Bagas bertemu, Nova melihat apa yang di bawa Bagas lantas terbangun dari duduknya dan menghampiri Bagas. Sementara Bagas hanya diam, siap menerima dan beradu argumen dengan wanita yang membuat hidup sahabatnya tak karuan, sementara Vina dan yang lainnya bersembunyi di balik jendela kaca pembatas halaman belakang. "Apa itu?" Tanya Nova tegas. "Minum Tante." Jawab Bagas santai. "Ini buat siapa?" Tanyanya kembali. "Yah buat kami lah tante." Jawab Bagas tanpa dosa, sementara yang lainnya sudah cekikikan melihat interaksi Nova dan Bagas. "Tidak boleh?" Tegasnya. Lantas Bagas pun meletakkan minuman itu di lantai.  "Kenapa nggak boleh tente? Biasanya  sebelum tante ada disini, kami selalu mengerjakan tugas kelompok seperti ini, dan apa salahnya kami sekarang?" Tanyanya. "Itu dulu  dan karena tante sudah ada disini, nggak ada yang boleh bawa minuman kayak gini, tidak untuk kamu ataupun Vina." Ucapnya tegas seolah tak ingin di bantah. Vina pun keluar dari halaman belakang bersama mereka. "Kenapa enggak boleh, ini rumah aku, jadi terserah aku mau ngelakuin apapun yang aku  mau." Ujarnya. "Vina!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD