BAB 1: Masalah

1128 Words
“Naomi masih muda, bagaimana bisa kau memutuskan keputusan sepihak seperti ini demi perusahaan?” Tanya seorang wanita dengan nada menyelak begitu marah. “Kau sudah kehilangan akal sehatmu Magnus, kau benar-benar gila!” Rahang Magnus mengetat menahan amarah mendengarkan semua perkataan Cassandra usai di beritahu mengenai rencana Magnus yang akan menikahkan Naomi dengan seseorang. “Aku bicara hanya untuk memberitahumu, bukan meminta izin darimu,” jawab Magnus masih berusaha bersikap tenang agar tidak menimbulkan keributan. Kemarahan Cassandra kian memuncak, dia begitu merasa terhina mendengarkan jawaban Magnus yang tidak menghargainya. “Aku adalah ibunya. Ibu kandungnya! Apapun alasan yang kau berikan kepadaku, aku tetap akan menolaknya. Camkan itu Magnus.” “Mall itu yang menghidupi Naomi, tempat itu juga yang sudah memberikan segalanya untuk Naomi. Kau pikir, aku rela menyerahkan puteriku untuk menikah dengan pria asing begitu saja? Seribu cara aku lakukan untuk mencari jalan keluar sebelum memutuskan ini semua. Ini adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan banyak karyawan, kehidupan Naomi, masa depan Naomi! Aku tidak rela Naomi hidup dalam kesusahan.” “Kau yang tidak mau hidup dalam kesusahan, bukan Naomi! Kau melakukannya bukan demi masa depan Naomi, tapi demi dirimu sendiri!” Teriak Cassandra seraya menunjuk-nunjuk wajah Magnus. “Diam Cassandra! Tutup mulutmu!” Magnus balas menunjuk wajah Cassandra tepat di depan matanya. Magnus menatap tajam menyiratkan kemarahan begitu dalam karena tuduhan Cassandra yang hanya bicara semaunya saja. “Kau tidak berhak berkata tidak tahu malu seperti itu, sementara kau sendiri rela meninggalkanku dan Naomi demi pria yang lebih kaya karena tidak mau hidup dalam kesusahan,” ucap Magnus dalam geraman. Wajah Cassandra berubah pucat, wanita itu kehilangan muka di tengah-tengah pertengkaran mereka. Gigi Cassandra mengetat saling menekan, dia sangat tidak suka jika masa lalu keluarga yang hancur mereka terus menerus di kuak. Cassandra menepis kasar tangan Magnus yang menunjuknya, “Tidak sepantasnya kau mengungkit-ngungkit masa lalu kita karena masalah Naomi sangat berbeda denganku. Ini masalah kebahagiaan Naomi dan masa mudanya yang akan terkekang karena rencana pernikahan bisnis yang kau inginkan.” “Terserah apa katamu, Naomi harus menikah!” “Persetan, aku akan membawa Naomi ke Beijing, aku dan suamiku masih mampu membahagiakan dia dan mengubah sifat manjanya karena didikan tidak becusmu,” ucap Cassandra dengan tajam. Magnus membuang mukanya dan mendengus kasar, dia bertolak pinggang dan tertawa sumbang, menertawakan ketidak tahu maluan Cassandra yang semakin banyak berbicara, Cassandra semakin melukai harga diri Magnus yang sudah mengurus Naomi sejak kecil. Tawa Magnus menghilang, Magnus kembali melihat Cassandra dengan tatapan mencemooh. “Sekarang kau mau membicarakan masalah mendidik Naomi? Mengacalah Cassandra, kau meninggalkan Naomi sejak dia berusia tiga tahun!” Suara adu mulut di antara Magnus dan Cassandra kian terdengar, keduanya saling tetap mempertahankan pendapat pribadi mereka masing-masing karena merasa menjadi paling benar dalam memilih masa depan untuk puteri mereka, Naomi. Tanpa Cassandra dan Magnus sadari, sedari tadi Naomi mendengarkan semua percakapan mereka, Naomi mendengarkan rencana Magnus yang akan menikahkan dia dengan pria asing untuk keperluan bisnis, Naomi juga mendengar keinginan Cassandra yang ingin membawanya pergi ke Beijing dan tinggal bersama keluarga barunya. Semua rencana Cassandra dan Magnus tidak ada satupun yang bisa menenangkan hati Naomi, semuanya hanya membuat Naomi ketakutan. Naomi segara berlari pergi menuju kamarnya dan mengunci pintu. Tubuh Naomi luruh jatuh ke lantai, gadis itu terdiam menatap kosong dinding kamarnya, wajahnya pias karena terlalu terkejut usai mendengarkan percakapan kedua orang tuanya. Ini bukanlah hal yang ingin Naomi dari mulut orang tuanya. Naomi turun ke bawah karena dia mendengar kabar dari kepala pelayan bahwa ibunya datang dari China, gadis itu begitu senang bukan main karena sudah lebih dari satu tahun mereka tidak bertemu. Naomi pikir Cassandra datang untuk menemuinya dan menghabiskan waktu bersama dalam beberapa hari. Namun, apa yang Naomi harapkan tidak demikian. Naomi di suguhkan pertengkaran memuakan di antara Cassandra dan Magnus. “Hiks..” Air mata luruh terjatuh membasahi pipi Naomi, gadis itu merangkak naik ke atas ranjang, menghabiskan waktunya untuk menangis di bawah selimut. Naomi sangat kecewa karena Magnus ingin menikahkan Naomi dengan pria yang sama sekali tidak Naomi kenal, jangankan wajahnya, namanya saja Naomi tidak tahu. Naomi juga kecewa karena Cassandra mau membawanya pergi padahal Cassandra tahu jika suami barunya tidak menyukai Naomi. Naomi sama sekali tidak setuju dengan rencana Cassandra maupun Magnus. Keduanya sangat menakutinya. Tangisan Naomi kian keras, pikirannya terus memaki semua kejadian-kejadian sial yang telah terjadi pada keluarganya. Semua kekacauan yang terjadi hari ini tidak terlepas dari kejadian beberapa bulan yang lalu di pusat perbelanjaan milik Magnus. Gedung pusat perbelanjaan itu berdiri lebih dari dua puluh tahun lamanya, tempat itu menjadi salah satu pusat perbelajaan yang paling ramai di kunjungi banyak orang di kota. Namun, karena kekuatan kontruksi yang mulai tidak kokoh, terjadilah sebuah kecelakaan. Pagar dan sisi lantai tujuh roboh pada saat banyak orang berada di sana berdesakan untuk menonton. Robohnya lantai itu menimbulkan kecelakaan besar yang menewaskan lebih dari lima belas orang, tidak terhitung lagi ada berapa puluh orang yang harus terluka parah dan mengalami kecacatan. Karena kecelakaan itu, kini pusat perbelanjaan itu di tutup dan di periksa, pemeriksaan yang berjalan lebih dari sebulan akhirnya mengumumkan jika pusat perbelajaan itu harus melakukan perombakan besar-besaran jika ingin mendapatkan izin kembali di buka. Magnus membutuhkan biaya yang sangat besar, dia juga harus membayar konpensasi pada banyak orang korban kecelakaan. Sialnya, banyak brand dan produk besar menarik diri dari pusat perbelajaan, para investorpun ikut mulai menarik diri. Lebih sialnya lagi, Magnus memiliki banyak tunggakan di bank yang membuat dia tidak bisa mengajukan pinjaman lagi. Banyak asset dan uang cadangan yang Magnus gunakan untuk menutupi semua kerugian, namun nyatanya itu tidak cukup sama sekali. Karena hal itulah, kini Magnus dibuat merana memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk mempertahankan pusat perbelanjaan itu. Suara ketukan di pintu terdengar beberapa kali membuat Naomi terduduk seraya mengusap wajahnya yang kini basah oleh air mata. “Naomi sayang, ini ibu. Keluarlah, ibu sangat ingin bertemu,” Cassandra memanggil Naomi. “Aku mengantuk, Ibu pulang saja!” jawab Naomi dengan sisa-sisa segukannya. “Tapi Naomi.” “Pulang saja!” Naomi berteriak dan kembali menangis di balik selimutnya. Naomi sakit hati karena kedua orang tuanya tidak melibatkan Naomi untuk membicarakan masa depannya, mentang-mentang karena Naomi manja dan kurang pintar, mereka selalu berpikir uang adalah satu-satunya hal yang bisa membuat Naomi bahagia dan tidak memberikan Naomi kesempatan untuk memilih. Cassandra yang berada di depan pintu terdiam, wanita itu menyadari jika Naomi sudah mengetahui sesuatu. Tidak seperti biasanya Naomi menolak bertemu dengannya, dengan berat hati Cassandra meletakan beberapa kotak hadiah yang di bawanya di depan pintu. “Naomi sayang, ibu meletakan oleh-oleh untukmu di depan pintu. Ibu akan berada di sini selama dua hari saja, besok datanglah ke apartement ibu dan kita akan makan siang bersama untuk merayakan kelulusanmu. Selamat malam Naomi.” Naomi tidak menyahut, gadis itu masih menangis begitu kesal dalam kesendiriannya. To Be Continued..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD