Bag 3

1308 Words
*Kina POV* Aku menyimpan surat dari pria termenyebalkan itu ke dalam laci meja belajarku. Bibir ini tidak pernah berhenti untuk tersenyum mengingat apa yang telah dilakukan Kakak Senior beda jurusan yang bernama Gerian Putra tadi siang di kafe sebelah kampusku. Mami sampai heran, melihat anaknya yang biasa memasang wajah datar  pulang dari kampus dengan wajah sumringah. Konyol memang, setelah sekian lama kenapa jantung ini berdebar kembali? Bukankah seharusnya mati karena Dia.. Si pria yang tidak akan aku sebut lagi namanya. Pria yang membuat masa laluku suram. Pria yang membuat aku membenci setiap pria karena perbuatannya. Kalau bukan karena Hani... Tidak..tidak.. Aku tidak akan pernah mengingat kejadian itu lagi! Bukankah seharusnya kejadian itu sudah terkubur? Aku harus menyibukkan diri agar tidak kembali ke masa lalu. Lebih baik aku mengerjakan kembali tugas yang belum selesai tadi. Memikirkan tugasku, membuat aku teringat kejadian absurd yang tadi dialami Geri.  Bukannya aku ingin menertawakannya, tapi aku tidak bisa berbohong kalau kejadian tadi sebenarnya cukup menghibur. Namun ada sedikit rasa iba melihatnya diperlakukan seperti itu. Geri dengan segala kesialannya.. Sudah menjadi rahasia umum kalau seorang Gerian Putra seringkali putus cinta. Bahkan beberapa mengatakan, mantan kekasihnya tersebar di setiap jurusan dan mungkin di setiap tingkat. Wow!! Pertama mendengar gosip itu, membuatku semakin antipati terhadap pria. Aku fikir Geri adalah salah satu buaya darat dari semua buaya darat. Namun ternyata aku salah menilai, Geri memiliki mantan super banyak karena dia selalu ditinggalkan. Sebenarnya tidak ada yang salah pada diri Geri.  Dia tampan, humoris, dan menurutku adalah pria terbaik yang pernah aku kenal. Kalau saja aku tidak antipati terhadap kaum Pria, mungkin aku akan jatuh cinta kepada sosok Geri. Mereka, maksudku mantan-mantan kekasihnya, sepertinya hanya melihat kekurangan Geri. Apakah salah kalau menjadi orang yang kurang beruntung dalam hal finansial? Menurutku tidak ada yang salah juga dengan motornya yang kata orang-orang butut. Mengapa mereka semua memilih untuk menerima cintanya jika pada akhirnya tidak dapat menerima kekurangan Geri? Wait?? Kenapa Aku harus peduli pada kehidupan Geri? Kina, please berfikir jernih!! Ini pasti efek atas perhatian yang tadi diberikan Geri. Tolong diingat dalam hati, dalam suratnya, Geri hanya mengatakan 'sebagai teman yang baik' makanya dia perhatian dan memesankan makanan. Please.. Berhenti memikirkan dia Kina!! *Kina POV End* ****** "Pelan-pelan makannya, Na. Gak bakal ada yang ambil makanan lo kok." Naya menasehati Kina yang saat ini sedang duduk didepannya memakan siomay yang di pesannya tadi. Sementara Kina masih tetap memakan siomay-nya dengan lahap tanpa mempedulikan ucapan Naya. Saat ini Naya dan Kina berada di kantin kampus mereka. Naya menanti kekasihnya yang bernama Yvan, sedangkan Kina menunggu mata kuliah selanjutnya. Tak berapa lama, datang dua orang pria dari arah belakang Naya menghampiri meja mereka. Pria yang satu berwajah blesteran dan yang satu lagi berwajah asli Indonesia dengan ekspresi wajah ceria seperti biasa. "Lama nunggu ya, Sweety?" Pria blesteran itu langsung mencium pipi kanan Naya dari belakang. Naya langsung terkejut akan aksi kekasihnya itu, sedangkan Kina langsung tersedak minumannya. Sementara Geri, pria yang bersama kekasih Naya langsung membuka mulutnya lebar melihat apa yang dilakukan sahabat bulenya itu. Naya menatap tajam Yvan yang Kini telah duduk di sampingnya. Sementara Kina masih meredakan tenggorokannya, dan Geri masih berdiri di samping meja sambil berdecak heran. "Dasar bule m***m lo ya! gak liat apa lo, disini tu banyak orang. Kayak soang aja lo maen sosor!" Geri menggelengkan kepala sambil duduk di samping Kina. Yvan hanya tersenyum cuek lalu menenangkan Naya yang uring-uringan karena perbuatannya tadi. "Eh..eh.. Kak. Ngapain lo duduk disamping gw??!!!" Kina seketika terlihat panik dan mendorong bahu Geri lumayan kencang sampai Geri hampir terjatuh dari kursi yang didudukinya. "Ya ampun, Lex!! Gw bukan wabah kali. Teganya dikau dorong-dorong kakanda. Lagian emang gw harus duduk dimana lagi? Di sini cuma ada empat bangku.Lo suruh gw duduk dipangkuan Yvan??" "Jangan coba-coba lo, Ger! Gw masih normal, dan cuma Naya yang boleh duduk dipangkuan...aaww.. Sweety.." Yvan menghentikan ucapannya karena Naya sudah lebih dulu mencubit perutnya. "Sukurin lo, bule m***m!!" "Kak, bisa kan lo geser kursi lo dikit!" Kina kini mencoba mendorong kursi yang diduduki Geri agar bisa sedikit menjauh dari kursinya. Sementara Yvan melihat pemandangan di depannya dengan heran, namun Naya memandang Kina dengan iba. Naya sangat mengetahui apa yang terjadi pada Kina di masa lalu, sehingga Kina menjadi pribadi yang seperti sekarang. Geri mencoba mengalah dan menggeser kursinya menjauh dari Kina. Setelah kursi Geri menjauh, Kina merasakan lega luar biasa dan kembali menyibukkan diri dengan makanannya. Beberapa saat, Naya dan Yvan pamit undur diri dan meninggalkan mereka berdua. "Lex.." "Hmm?" "Perasaan nih ya, gw gak bau deh. Dan gw berani sumpah tadi pagi gw mandi 10 kali sabunan!" Geri mengucapkan itu sambil mencium-cium aroma tubuhnya sendiri. "Bukan urusan gw." "Hadeh..dasar muka datar. Untung cantik.." bisik Geri pada diri sendiri. "Ngomong apa lo, Kak??!" Kina bertanya sarkastis sambil memasang wajah garangnya seperti siap untuk berperang. "Gak..gak..gw gak ngomong apa-apa. Abisin dulu makan lo. Kata emak gw, gak baik makan sambil ngom..oke..oke..gw silent.." Geri menghentikan ucapannya karena melihat bola mata Kina yang seakan ingin keluar dari tempatnya menatapnya tajam. Kina menghabiskan makannya dengan cepat tanpa mempedulikan Geri yang menatapnya dari samping. Tujuan Kina adalah, pergi dari hadapan kakak seniornya yang menyebalkan ini. Jantung Kina kembali berdebar jika berdekatan dengan Geri. Dan Kina sangat tahu apa arti dari debaran itu. Kina memilih untuk menjauh, agar tidak akan terulang lagi kisah masa lalu namun dengan orang yang berbeda. Bagi Kina, walaupun Geri adalah Pria yang baik, namun Geri tetap seorang Pria. Pria yang akan bisa menghancurkan hati dan hidupnya.. Lagi. Setelah menyelesaikan makannya, Kina bangkit dan menyampirkan ransel di pundaknya. "Lex.. Mau kemana?" Geri menahan langkah Kina dengan memegang tangan kiri Kina namun dengan gerakan cepat di lepas oleh Kina. "Masuk kelas," ucap Kina datar sambil mengeratkan pegangannya pada tali ransel di bahu gadis ini untuk mengurangi rasa gugupnya karena sentuhan tangan Geri tadi. "Kok langsung nyelonong aja? Gak pamitan dulu sama Aa?" Geri memainkan kedua alisnya naik turun untuk mengusili Kina yang entah sejak kapan jika melihat kemarahan Kina, justru membuat Geri bersemangat. "Emang situ siapa sampai-sampai gw harus pamit?!" sinis Kina. "Listen.. We don't have any relationship!" "Kalau gitu, boleh dong gw lebih deket sama lo biar kita bisa jadi yang lo bilang relationship?" Kina terperanjat dan menatap Geri tajam, sementara beberapa mahasiswa dan mahasiswi di kantin berbisik melihat pemandangan di depan mereka. Mereka dibuat bingung oleh Geri yang tidak memiliki rasa takut terhadap Kina. Kina sudah sangat terkenal tak tersentuh oleh Pria. "Jangan gila, Kak!" "Udah banyak yang bilang gitu ke gw. " "Lo sinting ya?!" "Sebagian ada yang bilang gitu juga." "Sarap!" "Ha..itu juga." "Arrghh!!! Whatever deh! Lo mau sinting, gila, miring kek, bodo amat! Yang penting kita bukan temen atau sejenisnya. Jadi jangan sok-sok'an deketin gw lagi. Bye!!" Kina berjalan cepat keluar kantin tanpa memalingkan wajahnya lagi ke belakang. "Woy Lex!!! Lo kalo marah tambah gemesin tau!!" Geri berteriak kencang sampai Kina menghentikan langkah dan membalikkan wajah ke arah Geri. Dengan wajah datar, Kina mengacungkan jari tengahnya ke arah Geri dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan kantin. Sementara Geri, tersenyum sangat lebar sambil berkacak pinggang melihat wajah Kina yang memerah akibat amarahnya terhadap Geri. "Preman Kampus.. Preman Kampus.. Lo fikir gw akan ngejauh dari lo? We will establish a relationship. And I'm sure of that! Salah sendiri udah buat jantung gw kayak drum digebuk pake gebukan bedug.." Geri memegang jantungnya yang berdetak kencang tanpa dapat dikendalikan. Geri fikir perasaan senangnya selama ini setiap bertemu dengan Kina, hanya karena rasa kagum atas keberanian dan kemandirian Kina. Sempat menerima beberapa wanita yang menyatakan cinta padanya yang pada akhirnya para wanita itu sendiri yang memilih memutuskan hubungan karena masalah finansial Geri. Padahal Geri juga menerima mereka karena ingin mencoba menjalani dan mencoba menghilangkan debaran dihatinya setiap melihat sahabat dari kekasih sahabatnya itu. Namun semakin hari, rasa kagum semakin tumbuh dihatinya menjadi rasa yang Geri yakin ada Cinta untuk Kina. Dan Geri tidak akan lagi mencoba untuk menghilangkan debaran Itu. **********  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD