Bagian 14

1232 Words
Beberapa saat setelah obrolan kami itu, Mama akhirnya datang. Arkana buru - buru menghapus air matanya sendiri, berusaha terlihat baik - baik saja meski aku tahu pasti ia masih menyimpan kesedihan itu. Ia hanya ingin terlihat bahagia di depan Mama. Dan tidak ingin aku bertengkar dengan Mama karena tidak bisa menjaganya dengan baik. Sekali lagi aku merasa bersalah. Kenapa aku tidak bisa mengontrol emosi? Kenapa aku tidak bisa dewasa dengan membiarkan Arkana merindukan ibunya sendiri? Kenapa aku masih sangat membenci Ardina, padahal perceraian kami sudah terjadi lama sekali? Kepura - puraan Arkana rupanya sukses. Mama tidak curiga sama sekali. Ia hanya datang dengan ceria, memberikan semangat pada Arkana dalam operasi beberapa saat lagi. Apa selama ini selalu seperti itu? Arkana menyembunyikan air matanya dari kami. Ia banyak menangis ketika sendiri. Hanya membiarkan Tuhan yang tahu tentang itu. Kemudian ia berlagak baik - baik saja ketika ada orang datang menghampirinya. Arkana mengorbankan perasaannya sendiri demi menjaga perasaan kami. Terutama perasaanku yang selalu tersulut emosi tiap kali membahas tentang Ardina. Makanya ia simpan rindu itu sendirian. Tak pernah mengatakan apa pun padaku. Jika Arkana yang masih begitu muda saja bisa berkorban begitu besar untuk aku, ayahnya sendiri yang belum dewasa sampai setua ini .... Lalu kenapa aku -- sekali lagi yang sudah setua ini -- tidak bisa melakukan hal yang sama pada Arkana? Seharusnya menjelang operasi aku juga melakukan hal sama seperti Mama pada Arkana. Memberi semangat anak itu, membuatnya ceria, terhindar jauh dari stres. Tapi aku malah membuatnya stres. Membuat kondisi batinnya semakin buruk. Kini aku begitu takut. Tak lama kemudian tim medis datang. Astaga ... ini cepat sekali. Mereka datang tentu saja untuk menjemput Arkana ke ruang operasi. Arkana lagi - lagi memamerkan senyuman palsunya. "Oma sama Papa jangan khawatir, ya. Aku pasti baik - baik aja. Aku pasti bisa melalui ini semua dengan baik. Kemudian kembali sembuh seperti semula." Iya, kan. Bahkan ketika tim medis mendorongnya menggunakan brankar beroda, ia justru yang menenangkan kami. Ia justru yang menyemangati kami. Astaga ... Tuhan .... Aku sangat berdosa. Aku telah begitu jahat pada anakku sendiri selama bertahun - tahun lamanya. Aku telah membiarkan seorang anak merindukan ibunya dalam diam. Tanpa memberi kesempatan untuk bertemu lagi sama sekali. Tuhan ... aku yang jahat ini ... terserah akan Engkau apakan. Tapi anakku Arkana ... dia orang yang baik. Tolong jangan jadikan sesuatu yang buruk menimpanya. Sudah cukup ia menderita selama ini karena perbuatanku. Tolong biarkan dia bahagia Tuhan. Tolong lancarkan operasinya ... dan jadikan lah ia segera sembuh. Hamba berjanji Tuhan .... Hamba akan membawa ibunya .... Hamba akan mempertemukan Arkana kembali dengan ibunya. Tolong hamba untuk tidak egois, sekali ini saja. ~~~ Single Father - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Operasi berjalan sangat lama. Sudah tiga jam berlalu, tapi belum ada tanda - tanda bahwa operasi itu akan segera berakhir. Dokter Lugas mengatakan operasinya memang lama. Tapi tidak aku sangka, akan selama ini. Rasanya aku ingin pergi minum kopi dulu untuk mengatasi kegugupan ini. Tapi di saat yang bersamaan, aku juga tidak ingin ke mana - mana. Hanya ingin mendampingi Arkana, meski aku hanya bisa berdiri di sini. Tidak bisa berada di sampingnya menghadapi masa sulit. Ini semua karena rasa bersalahku yang telah membuatnya sedih sesaat sebelum operasi. Semoga itu tidak mempengaruhi proses jalannya operasi. Semoga itu, bukan hal berarti. Hamba janji akan mencari Ardina setelah ini, Tuhan. Hamba berjanji dengan sungguh - sungguh. Aku tak henti - hentinya memanjatkan doa. Demikian pula Mama. Seandainya saja aku sudah sadar sejak kemarin - kemarin. Seandainya saja mata hatiku terbuka lebih awal. Pasti saat ini ada Ardina di sini.  Bisa aku bayangkan, ia akan duduk di sebelah Mama, berdoa bersama Mama di sana. Meminta kelancaran dan keberhasilan pada operasi Arkana. Pasti lah dengan adanya Ardina, Arkana akan bahagia dan lebih semangat menjelang operasi. Yang menjadikan peluang kesembuhan dan keberhasilan operasi itu semakin besar. Sayangnya, itu hanya bayanganku saja. Bahkan Otak liarku saat ini juga membayangkan keberadaan Arsen di sini. Iya, Arsen.  Lelaki yang paling aku benci di dunia. Lelaki yang membuatku berpisah dari Ardina. Membawa pergi ibu Arkana entah ke mana. Aku berusaha menghilangkan Arsen dari pikiranku. Karena aku tak ingin kembali gelap mata akibat emosi. Aku hanya harus fokus berdoa. Ya. Itu satu - satunya yang bisa aku lakukan untuk membantu perjuangan Arkana saat ini. ~~~ BBLM - Sheilanda Khoirunnisa ~~~  Rasanya aku seperti dipukul oleh palu Godam. Tadi saat dokter Lugas akhirnya keluar dari ruangan operasi itu, aku dan Mama segera berhambur mendekatinya. Kami begitu bahagia dan bersyukur ketika dokter Lugas mengatakan, "Operasinya berhasil. Operasi berjalan dengan lancar dan sukses." Seketika aku dan Mama melakukan selebrasi kecil - kecilan demi untuk meluapkan kebahagiaan dan rasa syukur kami. Tapi pelangi yang baru saja muncul itu, seakan sirna sesaat setelah dokter Lugas meneruskan kata - katanya. "Operasinya berhasil. Namun terjadi sedikit insiden di tengah - tengah operasi tadi." Raut wajah dokter Lugas menunjukkan penyesalan yang besar. "Insiden apa, Dok?" Aku segera bertanya. Sedangkan Mama hanya langsung menangis karena ketakutan. Bisa aku pahami. Karena aku pun merasakan hal sama. Kami seperti baru saja diterbangkan begitu tinggi, kemudian dihempaskan kembali dengan tenaga penuh. Sehingga rasanya sangat menyakitkan. "Tekanan darah Arkana tiba - tiba naik drastis di tengah - tengah operasi. Dan itu menjadikan pendarahan yang tidak sedikit. Tapi kami bisa mengatasi hal tersebut dengan langsung melakukan transfusi. Hanya saja, ada efek samping pasca kejadian itu. Kondisi vital Arkana menjadi semakin lemah." Seluruh tubuh ini rasanya lemas mendengar itu semua. Bisa aku bayangkan betapa mengerikan ketika insiden itu terjadi. Ingin menyalahkan tim medis? Astaga ... aku sempat bodoh dengan akan melakukan itu. Tapi untung aku segera sadar bahwa ini sama sekali bukan salah mereka. Pikiranku langsung tertuju pada perdebatanku dengan Arkana tadi pagi. Tentang Ardina. Rasa bersalah yang aku rasakan kini semakin membesar. Pasti karena itu kan.  Kondisi Arkana jadi tidak stabil karena perdebatan itu. Dan bisa dipastikan, ini karena kesalahanku. Lagi - lagi aku telah membuat Arkana menderita. Ayah macam apa aku ini? "Lalu sekarang Arkana bagaimana, Dok?" Mama yang bertanya. Karena aku bahkan belum sanggup berkata - kata apa pun lagi. "Saat ini Arkana masih berada dalam ruang observasi, dan masih berada pada pengaruh obat bius. Akan kami kabari terus, bagaimana perkembangan kondisi kesehatannya." Dokter Lugas menjelaskan. Dan aku masih dihantui oleh ketakutan yang begitu besar. ~~~ Single Father - Sheilanda Khoirunnisa ~~~  Masya Allah Tabarakallah.        Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Single Father. Mau tahu kenapa dikasih judul Single Father? Ikutin terus ceritanya, ya.         Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.   Mereka adalah:          1. LUA Lounge [ Komplit ]                   2. Behind That Face [ Komplit ]              3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]              4. The Gone Twin [ Komplit ]         5. My Sick Partner [ Komplit ]        6. Tokyo Banana [ Komplit ]                7. Melahirkan Anak Setan [ Komplit ]         8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]          9. Asmara Samara [ Komplit ]        10. Murmuring [ On - Going ]        11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]        12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]        13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]        14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]         Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.       Cukup 1 kali aja ya pencetnya.    Terima kasih. Selamat membaca.         -- T B C --          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD