Diana P.O.V
Pagi telah tiba, matahari sudah terbit dan Kota Jakarta kini telah padat akan aktivitas masyarakat didalamnya.
Aku terbangun ketika mendengar tangisan dari Jasmine, bayi yang semalam ku temukan. Dengan perlahan aku menggendongnya.
"Utututu.. anak mama.. kenapa sayang?" tanyaku sembari mengambil dot s**u lalu memberikannya pada Jasmine. Dia langsung menyedotnya dengan kencang, sepertinya dia kelaparan.
"Wah.. dia laper ternyata." gumamku menatap bayi cantik ini.
Setelah s**u dalam dot habis, dia tertidur. Aku memilih turun ke ruang tv dan menonton tutorial memandikan bayi. Sambil mengikuti step by step, aku mengirimkan pesan pada mommy yang saat ini berada di Inggris.
'Mom, umur Diana sudah 27 tahun. Diana ingin meminta izin untuk mengadopsi bayi yang Diana temukan di taman. Jika mom mengizinkan, maka Diana akan mengurusnya dan Diana harap mom akan membantu Diana.'
Begitulah pesan yang ku tulis. Tak berselang lama, ponselku berdering, aku mengangkat telfon dari Mommy.
"Sayang, apa kamu serius dengan pesanmu itu?"
Tanyanya yang ku jawab anggukan. "Iya, Diana serius. Wait, you must seen her!" ucapku sembari berlari menaiki tangga dan menyorot Jasmine yang sedang tertidur.
"Look, mom! She's so cute.." ujarku. "Yes, she is.. yaudah kalau gitu, kamu jadi kakaknya berarti?" tanya mommy yang ku jawab gelengan.
"I'm gonna be her mother, mom." jawabku. "Then, it's up to you.. kalau kamu memang memutuskan untuk jadi ibunya, mommy akan mendukung. Daddy pun akan mendukung asalkan kamu bisa bertanggungjawab." sahut mommy.
Telfon mati, aku menatap Jasmine yang masih tertidur. Untunglah ini masih hari Sabtu, aku bisa menghabiskan waktu untuk berbelanja keperluan Jasmine dan mencari pengasuh untuknya.
Tanganku mulai mencatat apa saja yang akan ku beli hari ini. Tempat tidur, lemari, nursery desk, baby swing, baby car seat, stok s**u dan pampers, perlengkapan mandi, dan tentu saja baju-baju bayi.
Aku mulai memperkirakan berapa pengeluaranku sampai denting notifikasi ponselku berbunyi.
'Untuk cucu dan anak kesayangan daddy. Dad bangga denganmu, sayang. Katakan siapa nama anak mu itu, daddy akan memasukannya dalam kartu keluarga kita.'
Begitulah pesan dari daddy disertai bukti transfer dengan jumlah uang yang cukup besar. Aku segera menjawab pesannya dan memberitahukan nama Jasmine. Merasa lega, aku kembali turun dan mengarah ke dapur untuk membuat sarapan bagi ku.
Yoghurt dengan Granola dan buah pasti akan nyaman untuk ku makan pagi ini. Setelah ku makan sambil menonton film, akupun memutuskan untuk mandi.
Dalam durasi dua puluh menit, aku sudah siap tapi aku masih mengenakan kaos oversize karna masih mau memandikan Jasmine.
Dengan perlahan, aku memandikan Jasmine dengan air hangat sesuai arahan dari vidio yang ku lihat. Setelah ku rasa selesai, dengan perlahan juga ku keringkan badan mungil bayi cantik ini.
Biasanya bayi akan menangis saat dimandikan, tapi Jasmine justru begitu tenang dan aku begitu bersyukur kalau dia menangis pasti aku akan panik.
"Anak mama, nanti kamu juga ditindik ya sayang. Biar makin cantik.." ujarku sembari memakaikannya jumpsuit hijau yang kemarin dibelikan oleh Elysa.
Ting! Tong!
Bel flatku berbunyi, aku segera turun sambil menggendong Jasmine. Saat ku buka, ternyata ada Isabella yang sudah mengenakan sneli putih dengan dua kain ditangannya.
"Kak, nih gw bawain lo kain buat gendong Jasmine. Sini gw ajarin caranya, M-Shape." ujar Isabella. Dia mulai mengambil alih Jasmine dari gendongan ku lalu meletakannya di sofa. Dia mulai melilitkan kain ke tubuhku sebanyak dua kali, lalu menyimpulkannya, dan mengajariku step by step hingga akhirnya kini Jasmine berada didalam gendongan ku.
"Nah, beres pun.. gitu ya kak.. biar nanti lo di mobil juga gampang." kata Isabella yang ku jawab anggukan. Dia pamit karna harus ke rumah sakit tempatnya praktek dan menyempatkan diri untuk mencium pipi Jasmine sebelum pergi.
Aku segera melepaskan gendongan Jasmine lalu mengganti pakaian ku dengan celana jeans dan kaos berwarna hijau yang hampir sama warnanya dengan pakaian Jasmine. Setelahnya kembali ku pakai gendongan tadi dan menggendong Jasmine.
Kaki ku melangkah ke dapur untuk membuat sebotol s**u dan memasukan persediaan agar aku bisa membuatkannya s**u diluar nanti.
Setelah siap, aku melangkah keluar flat dengan Jasmine dalam gendonganku. Tanganku membawa tas serta tottebag berisikan perlengkapan Jasmine.
Ting!
Lift terbuka, aku masuk ke dalam kemudian memencet tombol lantai basement. Lift mulai menuruni setiap lantai, beberapa penghuni apartment pun bertemu denganku. Ada beberapa yang memang kenal bertanya siapa Jasmine yang langsung ku jawab kalau dia adalah anak ku.
Ting!
Lift sampai di basement, aku keluar dan segera menuju ke mobil Jeep Rubicon putih kesayanganku.
Mobil mulai ku nyalakan dan segera membelah jalanan Jakarta yang sudah padat dengan kendaraan.
Ponselku berdering, segera ku sambungkan lewat bluetooth dan melihat nama Elysa disana.
"Halo, kenapa?" tanyaku dengan santai mengendarai mobil.
"Lo dimana? Gw sama kakak-kakak depan flat lo."
"Gw lagi di jalan, mau ke IKEA palingan abis itu ke GI nyari baju. Kenapa?" tanyaku.
"Kita nyusul.. nanti tungguin ya di GI!"
"Hmmm.." dehemku sembari mematikan sambungan telfon.
***
Saat ini aku melangkah dengan membawa stroller melewati beberapa pilihan dekorasi. Aku memilih untuk mengecek wallpaper untuk kamar Jasmine nanti. Namun perhatianku tertuju pada paket yang ada didepan sana dimana ada kayu berujung melingkar serta ada yang berbentuk awan yang terpasang lampu tumblr, tempat tidur bayi berbentuk bulat dengan kelambu transparan diatasnya, lalu ada dua lemari besar disertai nursery desk, dan kursi sofa.
Saat aku melihat total keseluruhan harga, aku tersenyum puas. Hmmm, dua puluh lima juta. Cukup murah dengan desain seperti ini. Dengan segera aku memesannya pada pekerja, setelah mereka mencatat pesanan ku dan aku membayarnya, mereka pun segera memprosesnya.
"Nanti sore, pekerja kami akan datang." ujar petugas disini yang ku jawab anggukan.
Jasmine mendusel-duselkan wajahnya diantara ceruk leher ku. Sejak tadi dia memang tertidur, mungkin karna hawa yang adem efek dibawah AC.
Setelah semua selesai, aku lanjut ke Grand Indonesia. Dengan santai kaki ku melangkah memasuki beberapa gerai, bahkan aku masuk ke gerai brand Di*r untuk membeli lipglossnya yang memang ku sukai sejak dulu.
"Diana!" panggil seseorang, saat ku lihat ternyata ketiga sahabatku.
"Gimana? Lo nyari apa sekarang?" tanya Rania. "Baju bayi, gw mau ke Mothercare dulu." jawabku dengan santai.
Kami masuk ke gerai Mothercare dan mulai mencari-cari baju yang kami inginkan. Aku memilihkan banyak baju yang didominasi warna putih, hijau, dan biru sedangkan Rania memilihkan baju yang didominasi warna pink dan ungu. Elysa datang dengan membawa beberapa dot bayi sedangkan Gwen membawa lima pack pampers.
Aku membayar semua belanjaan kemudian melangkah keluar toko. Karna belanjaan ku yang lebih dari lima juta, pihak gerai membantu kami membawa belanjaan. Akupun berterima kasih, kini langkah ku menuju toko perhiasan.
"Permisi, saya mau membeli perhiasan serta menindik anak saya." ujarku.
Jasmine mulai ditindik, aku memilih anting emas berbentuk pita dan batu ditengahnya yang merupakan berlian. Jasmine menangis saat ditindik, aku berusaha menenangkannya.
Setelah anting terpasang, aku membayarnya dan kami segera pulang bersama ketiga sahabatku.