Kenyatan Pahit

1064 Words
Brak Pintu bercat putih dan kuat itu dibuka dengan kasar. Seorang wanita berdiri dengan wajah memerah dan air mata menggenang menahan tangis. Wanita yang memakai dress selutut berwarna putih dengan motif bunga tulip itu perlahan melangkah. Bahkan saking terkejut karena seseorang mengirimkan sebuah foto dia lupa menggunakan alas kaki. Langkahnya terasa berat, nafasnya semakin berat dan sesak. Hatinya sangat sakit, karena tidak percaya dengan foto itu dia ingin membuktikannya. Ruangan temaram dengan samar-samar aroma parfum yang dia kenal, semakin dia masuk, semakin dia mengenal aroma tersebut. Deg Air mata yang menggenang itu mengalir membelah pipinya. Bibirnya sedikit terbuka, dadanya seperti kesulitan memompa oksigen. "Hah." Dia tak percaya dengan apa yang dia lihat. Tidak mempercayai kenyataan di depannya, seperti sebuah mimpi yang sangat menyakitkan. Kilat petir yang terlihat di gorden berwarna cokelat terasa terang seakan menghantam hatinya dengan tancapan bagaikan anak panah yang menembus tubuhnya. "Frank." Suaranya begitu lirih. Pantas saja suaminya terasa berbeda. Selama menikah dia mencoba menerima suaminya, mencintai putra tirinya, menerima nasibnya menikah dengan seorang duda, tapi apa yang dia dapatkan. Sebuah penghianatan dari suami dan mantan istrinya. Jadi selama ini hanya dirinya mencintai Frank, tapi tidak sebaliknya. Frank masih mencintai mantan istrinya, ternyata dia hanyalah istri pajangan di atas nakas. "Frank!!!" Teriak Viona. Kelopak mata yang lentik itu terangkat ke atas. Bola mata berwarna cokelat seperti segelas s**u itu terbuka melebar. Dia beranjak dan merasakan kepalanya terasa berat. "Viona?" "Frank kau sudah bangun?" Tanya seorang wanita di sampingnya. Frank menoleh dan melihat mantan istrinya berada di sampingnya tanpa menggunakan benang sehelai pun. Dia melihat tubuhnya yang kekar tanpa memakai busana. "Vi …" "Kau! Kau pria tak tau diri Frank! Kau, kau menghianati ku?" "Vi ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku dan …." "Cukup!" Viona menunjuk wajah Frank. "Cukup! Jadi selama ini kau mengabaikan ku dan sering pulang larut malam hanya ingin bersama dengan mantan istri mu? Frank aku menerima mu dengan tulus bahkan aku korbankan kebahagiaan ku." Viona menepuk dadanya yang terasa terhimpit oleh ribuan batu yang tajam. "Aku mencintai mu, tapi ini balasan mu? Secepatnya kita akan bercerai." "Vi .. Viona, ini tidak seperti yang kamu bayangkan." Viona berlari masuk ke dalam pintu lift. Tubuhnya bergetar menahan tangis yang hampir meledak, dia ingin berteriak dan mengeluarkan isi hatinya. Sampai di lantai bawah, terlihat beberapa orang memandang Viona dengan tatapan aneh. Namun Viona terus berlari keluar dan masuk ke dalam mobilnya, menancapkan gas mobilnya dan melajukannya dengan kencang. Dia memukul setir mobilnya dan menangis serta berteriak. Kesetiaannya selama ini tidak ada artinya bagi Frank. Pernikahan yang awalnya tidak dia inginkan dan terpaksa menerimanya. "Aku membenci mu Frank." "Aku membenci mu." Dia tak tau lagi harus mengeluarkan kesakitan hatinya seperti apa? Haruskah ia mengeluarkan hatinya dan jantungnya. Frank bagaikan jantung yang membuatnya merasa hidup. Sebuah cahaya terang dari sampingnya. Viona menoleh, dia pasrah dengan kehidupannya. Bruk Mobil Viona menghantam sebuah truk dan membuat mobil itu berguling hingga dua kali. Samar-samar dia mendengarkan teriakan seseorang dari jauh. Viona melihat suaminya berlari ke arahnya dan menatapnya penuh dengan kebencian. .... "Hah!" Viona memegangi dadanya yang terasa sesak. Seandainya bisa, saat itu juga dia bisa memuntahkan darah. "Viona!" Kakek Damian dan Papa Ardey memanggil serempak namanya. "Viona ada apa?" Tanya Kakek Damian dengan wajah khawatir. Melihat wajah pucat Viona dia semakin takut. Keningnya yang sudah berkerut semakin berkerut. Viona melihat sekelilingnya, ada sang Kakek, papa Ardey, mertuanya dan Frank Ed Gilson suaminya dan putra tirinya Jaxon Ed Gilson. "Viona, ada apa?" Tanya Kakek Damian. Dia merasa aneh pada sang cucu yang tiba-tiba memegang dadanya. Sejak tadi, cucunya itu melamun tanpa berbicara sedikit pun. "Frank, kamu antar istri mu ke kamarnya. Mungkin dia tidak enak badan," ucap papa Ardey menyanggah. "Baiklah Pa. Aku akan mengantarkan Viona ke kamar," jawab Frank. Sebelum pergi, dia mengusap pucuk kepala sang anak yang berada di sampingnya. Jaxon tersenyum, lalu kedua matanya menatap Viona dengan rasa takut. Selama sebulan ini, Viona sebagai ibu tirinya tidak pernah menyapanya. Viona bersikap ketus padanya, tidak mau menerimanya dan tentunya pernikahannya dengan sang ayah. Frank tersenyum hangat, dia merangkul Viona. Namun senyuman itu luntur setelah beberapa langkah. "Istirahatlah, jangan berpura-pura sakit. Aku tahu kamu tidak suka dengan pertemuan keluarga ini setelah satu bulan pernikahan kita. Sama dengan diriku, yang tidak menginginkan lebih pernikahan ini." Viona terdiam, bukan karena dia takut. Tapi tubuhnya masih syok, bukankah dia mengalami kecelakaan dan melihat Frank. Tanpa dia sadar air matanya mengalir. Rahangnya mengeras mengingat pengkhianatan Frank. Dia yang dulunya tidak menyukainya dan putranya berusaha menyukainya hingga ia menyadari bahwa dialah yang bodoh. Viona menghentikan langkahnya. Dia menepis kasar tangan Frank yang merangkulnya. "Kapan kita akan bercerai?" Tanya Viona dengan nada dingin. "Secepatnya, sepertinya kau tidak sabar bercerai dengan ku? Tunggu Daddy dan Kakek tenang, anggap saja pernikahan ini mainan." Frank tersenyum sinis pada istri mudanya itu. Sama dengannya yang tak menyukai pernikahan ini apa lagi saat melihat Viona bersikap acuh pada putranya, sungguh dia membencinya. Pernah dia melihat Jaxon menangis karena ketakutan melihat Viona, namun dia diam saja dan menenangkan putranya. "Kau tenang saja aku tidak akan mencintai mu," ucap Frank. Namun aneh hatinya merasa sakit seaolah tidak terima. "Kau juga tidak perlu bersikap baik pada Jaxon karena dia tidak membutuhkan sosok ibu seperti mu." "Apa mantan istri mu yang pantas?" Tanya Viona. Dia memang merasa bersalah pada Jaxon karena mengabaikannya, tapi dia berubah dan menerimanya. Setelah dia memutuskan mencintai suami dan anaknya, tapi yang dia dapatkan sebuah pengkhianatan. Frank menghentikan langkahnya, tepat beberapa langkah di depan pintu kamar Viona sedangkan Viona berada di depan pintu. Dengan kasar Frank menarik lengan Viona hingga menghadap ke arahnya. "Jangan pernah menyebut namanya. Kau tidak berhak ikut campur dalam urusan keluarga ku." Inilah pria yang dia cintai setulus hatinya tapi merobek hatinya tanpa tersisa. "Tenang saja, aku tidak akan mencintai mu. Kita memang menikah tapi hanya status dan aku tidak akan memberikan hati ku pada mu." Hati ku telah mati bersamaan dengan pengkhianatan mu Frank batin Viona menatap nanar. "Jika kau bertemu dengan mantan istrinya, cepatlah menikah karena aku ingin bebas dari pernikahan ini." "Kau merasa sial? Aku juga merasa sial. Aku merasa sial karena harus menerima pernikahan yang tidak aku inginkan dan satu atap dengan wanita yang tidak aku cintai. Kau hanyalah bayangan dan tidak seperti mantan istri ku, ah bukan tapi istri ku karena begitu dia kembali aku akan segera bersamanya dan menceraikan mu." "Huh!" Frank berdecih, dia langsung meninggalkan Viona sendirian di depan kamarnya tanpa membawanya masuk dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD