Bab 3 Bukan penguntit

1028 Words
Fabian hanya menatap kearah Greta saja tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. Terlihat Greta sudah menyuap makanannya. "Akh...panas..." ucap Greta sembari menengadah dan mengibas-ngibaskan satu tangannya kearah mulutnya. Hingga samar-samar Greta melihat lelaki dingin didepannya itu menyunggingkan senyumannya. "Hei...kamu juga bisa tersenyum ya rupanya!" ucap Greta yang membuat Fabian tersadar dan kembali ke mode awalnya kembali. "Jawab dong pertanyaan aku!" ucap Greta lagi. "Hemmz..." ucap Fabian yang hanya dengan dengusannya saja. "Kok Hemmzz aja sih? kamu tahu aku mau lewat sini?" tanya Greta ulang. "Iya...dua hari berturut-turut kamu makan disini." Ucap Fabian yang membuat Greta menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menatap kearah lelaki kaku di depannya. "Kamu tahu aku sering kemari?" tanya Greta lagi. Dan Fabian hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Kok bisa?" ucap tanya Greta lagi disana. Namun saat itu Fabian tidak menjawabnya. "Oke baiklah! aku masih marah ya karena kamu sudah mengambil ciuman pertamaku! awas ya aku balas nanti!" ucap Greta disana dengan masih kesalnya. "Kamu mau mengembalikannya?" tanya Fabian seketika. "Ya!" jawan Greta asal-asalan. Lalu lagi-lagi gadis itu menghentikan aktivitas makannya dan menatap kearah Fabian yang sudah tersenyum dengan sinisnya. Rupanya Greta baru menyadari ucapannya. "Eh...maksud aku nggak gitu! awas aja pokoknya!" ucap Greta yang lalu menikmati makanannya kembali. Hingga isi mangkuk didepannya sudah habis. "Aku balik dulu." Ucap Greta pada lelaki itu yang lalu merogoh kantongnya dan akan membayar makanan yang dimakannya. Namun Fabian sudah mencekal satu tangannya dan membuat Greta menghentikan langkahnya, gadis itu lalu menoleh menatap kearah Fabian yang masih duduk ditempatnya. "Apa?" tanya Greta. "Udah aku bayar." Ucap Fabian lagi dengan jawabannya. "Oh...makasih kalau gitu, aku pulang dulu." Ucap Greta yang lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Fabian sendirian disana. Greta segera berjalan menuju ke tempat kostnya. Namun...setelah beberapa meter dari warung tenda pinggir jalan tersebut. Nampak ada bayangan yang sedari tadi mengikutinya. Greta saat itu tidak berani menoleh menatap siapa orang dibelakangnya. Namun gadis itu hanya bisa mempercepat langkah kakinya agar segera menuju ke tempat kostnya. Tepat di depannya saat itu ada sebatang kayu yang lumayan besar disana. Dan Greta segera mengambilnya, sembari berbalik cepat dan akan memukul orang yang ada dibelakangnya. "Hyaaaa!" teriak Greta saat itu sembari mengayunkan kayu tersebut dengan cepat kearah orang dibelakangnya. "Kalau mau mukul orang itu jangan sambil merem!" ucap suara lelaki disana, dengan satu tangan yang sudah menangkap kayu yang Greta ayunkan tadi. Dan Greta segera membuka matanya saat mengenali suara tersebut. "Kamu! kamu lagi! kok bisa? kamu buntutin aku ya? dasar penguntit!" dengus Greta dengan kesalnya, namun entah mengapa dihatinya malah merasa lega jika orang yang akan dipukulnya itu tadi adalah lelaki yang menraktirnya makan malam. "Siapa juga yang buntutin kamu, aku mau pulang." Ucap Fabian yang lalu pergi meninggalkan Greta sendirian disana. Lalu gadis itu pun segera pergi menyusul Fabian. "Heh! tunggu dong." Ucap Greta yang berusaha mengejar langkah kaki Fabian disana. "Namaku bukan Heh!" ucap Fabian dengan suara datar dan dingin. "Akh serahlah...aku juga nggak ingin tahu!" ucap Greta dengan gerutunya. Hingga keduanya masuk diarea kost. Greta begitu terkejut saat kamar disampingnya pas adalah kamar kost yang ditempati lelaki dingin itu. Keduanya pun segera membuka pintunya dengan kunci masing-masing. Greta sempat melirik sekilas kearah lelaki itu baru masuk kedalam kamar kostnya. Pagipun menjelang. Setiap pagi Fabian rupanya suka berolahraga mengelilingi jalan setapak yang ada di dekat tempat kostnya. Rupanya ditempat kost yang berderet dan ada tiga tingkat itu pun baru dihuni beberapa ruangan saja. Berbeda dengan Fabian yang baru pulang joging, Greta malah baru bangun tidur saat itu. Gadis itu lalu memulai aktivitas paginya kemudian berangkat ke kantor. Dengan berlari Greta menyusuri jalan dan berharap dihari keduanya ia tidak terlambat. Hingga di lobi kantornya ia berpapasan dengan Fabian lagi. "Akh...tunggu-tunggu! tunggu aku!" teriak Greta saat pintu lift itu akan tertutup. Lalu terlihat satu tangan yang menghadang pintu tersebut hingga membuat pintu lift sedikit lebih lama terbuka. Greta yang melihatnya pun segera berlari menghampiri lift tersebut lalu masuk kedalam. dengan nafas terengah karena ngos-ngosan gadis itu mencoba mengatur nafasnya disana. "Huh...makasih..." ucap Greta sembari menoleh menatap kartu identitas pegawai yang melingkar di leher lelaki itu. "Fabian...oh...jadi nama kamu Fabian..." ucap Greta yang mencoba mengingatnya, meski ia sudah saling sapa kemarin saat perkenalan, namun ia tidak mengingat nama lelaki itu. Hingga lift yang ditumpangi menuju ke tempat kerja Fabian dan juga Greta. Saat keduanya baru keluar dari lift, keduanya sudah disambut oleh Kenzo yang baru saja dari bar kantor untuk menikmati secangkir kopi disana. "Wah...sicantik...pagi..." sapa Kenzo pada gadis itu. "Cantik-cantik! baru nyadar kalau aku canti!" ucap kesal dalam hati Greta saat itu. Lalu ketiganya berjalan bersama menuju ketempat duduk masing-masing. Namun saat Greta, Fabian dan Kenzo baru duduk ditempatnya, terlihat beberapa anggota divisinya saling bergosip satu sama lain saat itu. Karena ada salah seorang yang ketahuan membocorkan dokumen divisi dan langsung dipecat seketika. "Ada apa sih?" tanya Greta pada salah seorang anggota disana. "Itu...si Sinta...dia ketahuan bocorin dokumen kantor, untungnya langsung ketahuan dan sedang di proses." Ucap orang tersebut. "Kok bisa ketahuan?" tanya Greta lagi. Dan saat itu tanpa Greta sadari, Fabian tengah melirik kearahnya sekilas. "Kemarin pas jam makan siang kan, dia itu rupanya sedang kencan sama karyawan beda divisi tuh di tangga darurat sana...dan dari sana ketahuan kan diusut...eh...rupanya si Sinta menjual dokumen keluar kantor. Untungnya itu dokumen sudah bisa diamankan sih..." ucap teman Greta yang menerangkan. "Hah tangga darurat? yang mana?" ucap tanya Greta yang sudah panas dingin saat itu. Dimana kejadian yang diceritakan temannya itu seolah mengena padanya pula. Dimana kemarin tepat waktu jam makan siang Fabian membungkam mulutnya. "Dimana lagi sih Gret...ya ditangga darurat situ lah..." ucap temannya itu lagi. Barulah Grata melirik kesebelahnya dan menatap kearah Fabian disana. "Aku harus cari tahu! Fabian kemarin mungkin malah ingin nyelametin aku kali ya?" ucap Greta disana. Hingga pukul dua belas siang tepat. Waktu istirahat makan siang pun tiba. Sengaja saat itu Greta ingin bertanya pada Fabian. Ia sudah mengumpulkan kekuatannya agar berani bertanya pada lelaki itu. "Beb...makan siang sama-sama yuk..." ucap Kenzo pada gadis itu, sembari satu tangannya menyeret kursi yang tengah diduduki Greta menuju kearahnya hingga membentur kursinya. "Nggak! aku sudah ada janji makan siang dengan Fabian. Udah sana kamu pergi aja!" ucap Greta dengan sewotnya. Karena gadis itu tidak ingin dekat atau bahkan menjalin hubungan dengan anggota keluarga Kenzo lagi.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD