Part 2

1717 Words
Jasmeen pov Untuk kedua kalinya aku harus merasakan tatapan tajam dari sang ketua senat. Hari ini aku telat, bukan karena susah bangun atau macet. Tapi aku harus menunggu mobilku yang tiba-tiba bocor di tengah jalan. Dan yang lebih menjengkelkan lagi, dia tahu jika aku sedang kesusahan. Tapi tak ada niat untuk membantu atau mengajakku untuk berangkat bersama. "Apa huruf abjad di otak loe udah pada ilang. Gue sedang tanya sama loe !!!". Aku segera tersadar dari lamunanku. Bodoh, kenapa aku bisa lupa. "Mma..maaf kak, mobil aku bocor jadi aku harus nunggu lama". Kenapa mendadak jadi gagu gini. "Udah deh ndra lebih baik kita hukum ajah nih anak". Ya allah, apa yang dikatakan sama kak rio. Aku gak mau dihukum, lagian juga telatku cuman 15 menit gak nyampai setengah jam. "Oke, hukumannya terserah loe ajah. Sekarang kita kembali ke acara awal". Semoga hukumannya gak berat. Bukannya aku gak mau dihukum tapi aku takut hukumannya melebihi batas. "Sekarang loe ikut gue. Ajak kak rio padaku, aku hanya mengangguk. Terimalah ke kalahanmu jasmeen. "Sekarang gue minta loe bersihin tuh taman, kan banyak daunnya. Kebetulan baju loe juga pas banget buat jadi sapu dadakan". Whaat.. bajuku dibilang sapu dadakan. Kurang ajar nih senior. Gak sopan banget bicara seperti itu. "Maaf kak, aku memakai baju seperti ini karena nanti mau sekalian pergi. Kalo dibuat membersihkan ini, lebih baik aku ganti baju dulu ajah". Sergahku padanya. "Gak usah kelamaan. Lagian juga salah loe sendiri kuliah pakai baju kayak mau pengajian. Sekalian ajah bawa al-quran ama towak buat adzan. Astagfirullohaladzim, kutatap tajam wajahnya. Kurang ajar kak rio, dia udah ngehina aku. "Maaf kak, sebaiknya jaga ucapan kak rio. Aku mau pakai baju apa itu adalah hak aku. Lagian, aku hanya ingin ganti baju bukan menghindari hukuman!!". Jawabku dingin. Sepertinya dia tak terima. Dia juga menatapku tajam. Aku tak perduli dengan tatapannya. Memang siapa dia, mengatur-mengatur hidupku. Memang ada yang salah jika aku pakai baju syar'i saat kuliah. "Berani banget loe ngebentak gue. Gue itu udah baik ngasih hukuman cuman kayak gini. Kalo gue mau, gue udah nyuruh loe joget-joget di tengah lapangan". Tanganku mengepal kuat, aku tak bisa membiarkan dia menghinaku. Ku langkahkan kaki ku menuju sapu ijuk yang tergeletak di bawah pohon. Kuambil sapunya lalu kupakai untuk membersihkan daun-daun yang jatuh. "Gak usah pakai sekrop, langsung ajah ama baju loe itu. Udah bagus dikasih instan malah mau yang ribet". Sabar jasmeen, namanya juga senior. Jika aku mau, akan ku balas ucapannya. Tapi aku masih baru disini. Ku ikuti perintahnya. Karena bajuku berlapis, jadi yang kupakai bagian luar untuk memunguti daunnya. Kuangkat lalu ku taruh di bak sampah, sedikit susah tapi aku tak mau banyak bicara. Hari ini aku tak mau memperburuk keadaan. Capek juga harus bolak balik, dan masih kurang satu kali lagi sudah selesai. Aahhh, bajuku kotor sekali. "Apa yang loe lakuin..!!!! Aku terkejut dan tanpa sadar membuang daun yang ada di bajuku. Aku menoleh keasal suara, ternyata ketua senat. "Aku hanya ngelakuin apa yang disuruh kak rio". Jawabku malas. Sudah tahu aku sedang dihukum masih saja bertanya. " maksut gue, apa yang loe lakuin dengan baju loe itu. Kan ada sekrop, kenapa pakai baju. Loe begok apa emang gak ngerti.!!!! Sentaknya kepadaku. Cukup sudah aku dipermainkan hari ini. Ya allah maafkan aku, aku sungguh tak bisa menahan amarahku. "Iya, aku emang bodoh. Aku bodoh karena sudah tahu ban ku bocor tapi aku gak berusaha untuk cepat sampai di kampus. Aku bodoh karena aku menuruti hukuman dari ketua senat yang bahkan dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku juga bodoh karena mau menuruti suruhan untuk melakukan hal seperti ini. Dan bodohnya lagi, aku sama sekali gak bisa marah dan menolaknya !!". Jawabku penuh penekanan. Lihatlah dia terdiam dan memandangiku intens. Wajahnya merah padam seperti arab ketelen centong nasi. "Loe mau apa lagi..!?? Tanya nya padaku saat aku hendak memunguti kembali daun yang jatuh tadi. "Aku cuman mau menyelesaikan pekerjaan ini. Dan segera pergi dari sini". Kurasakan tanganku ditarik untuk melangkah pergi dari tempat itu. Semua orang yang ada disini melihat kearahku dan kak andra. Kenapa jantungku berdetak sangat cepat saat kurasakan tanganku disentuh olehnya. Masya allah, aku dipegang oleh lelaki bukan muhrim. Dia menghempaskan tanganku, dan menarik nafas dalam-dalam. Tatapannya lembut tak seperti tadi. Tersirat kemarahan, kayak mau makan orang ajah. "Lain kali, jangan asal pegang-pegang. Kakak bukanlah muhrimku. Jangan mentang-mentang senior terus seenaknya saja". Cerocosku tanpa melihat wajahnya. "Loe ngomong bukan muhrim, tapi apa yang loe lakuin tadi. Loe itu udah ngerendahin diri loe. Mana bisa loe angkat baju loe hanya untuk memunguti sampah". "Aku hanya ngelakuin apa yang disuruh oleh kak rio. Kalo aku ngebantah, pasti ketua senatnya akan nambah hukuman ku. Jadi lebih baik aku turuti saja". Jawabku santai. Hah... kenapa nih orang jadi marah-marah sih. Seharusnya yang marah-marah kan aku. Dia yang udah ngebuat aku jadi kayak gini. Menyesalkah...?? "Tapi gak harus kayak gitu juga. Loe itu,,,,??! Lain kali jangan ulangi dan kalo bisa jangan pakai baju kayak gini lagi". "Hhh., sudah kuduga pasti semua akan berbicara seperti itu". "Maksut loe..??? Tak kuperdulikan ucapannya. Aku melangkah pergi. Aku tak mau melihat wajahnya jika seperti ini. Wajahnya yang tampan, tapi kelakuannya sangatlah buruk. Ternyata dia juga memandangku seperti yang lainnya. Tapi kenapa aku jadi memperdulikan tanggapannya. Bodoh amat dia terus memanggil namaku, kulangkahkan kaki ku menuju masjid kampus. Aku harus segera berganti pakaian. Dan sholat dhuhur dulu, sebelum istirahat makan siang. Alyandra pov "Hhh., sudah kuduga pasti semua akan berbicara seperti itu". "Maksut loe..??? Tanyaku padanya. Tapi dia malah pergi. Kupanggil namanya dan kusuruh dia berhenti, apa aku salah bicara. Kenapa dia langsung pergi. Aku harus bertemu dengan rio. Dia yang seharusnya menjawab ini semua. Kemana lagi tuh anak. "Ada apaan ndra..?? Tanya fandi yang tahu aku berjalan terburu-buru. "Mana rio,,?? Gue mau tanya sesuatu ama tuh anak". "Noh diujung. Jawab fandi sambil menunjuk kearah gerombolan anggota senat yang lagi istirahat. Aku berjalan menghampiri rio. Dengan fandi yang mengikuti dibelakangku. "Apa yang loe lakuin ama cewe tadi.??? Tanyaku tiba-tiba. Semua mata menatap kearahku. "Jasmeen maksut loe. Tanya rio, dan kujawab dengan anggukan. "Gak ada, hanya gue suruh ngebersihin taman. Dan baju dia sebagai wadahnya". Hahahaha Kurang ajar, jadi ini ulah dia. Dia malah tertawa seperti mendapat hadiah. "Whaatt..,!!! Ucap fandi menyahuti. Sepertinya dia juga terkejut. "Maksut loe apa nyuruh kayak gitu. Loe kan tahu kalo dia..?!" "Kalo dia pakai hijab. Justru itu ndra, itu pantas buat dia. Salah sendiri kuliah pakai baju kayak gitu. Difikir mau pengajian". Potongnya padaku. Seketika ucapannya mengingatkan aku sebelum dia pergi tadi. Apa maksutnya adalah ini, semua orang memandang aneh padanya saat dia memakai baju seperti itu. "Gue harap terakhir kali loe lakuin ini sama dia. Kalo gue tahu, loe akan berurusan sama gue". Ancamku padanya. Aku pun melangkah menjauh dari mereka. Aku harus mencari gadis itu, dimana dia. Tunggu sepertinya dia berjalan kearah masjid. Apa dia berganti pakaian. Atau dia malah menangis di masjid. Kenapa aku malah perduli padanya. Bukankah aku gak suka sama gadis seperti dia. Dan benar saja, dia sekarang sedang berada dimasjid. Entah kenapa pandanganku tak pernah lepas dari gerakan sholatnya. Dia terlihat sangat cantik jika seperti ini. Sepertinya aku juga harus sholat, sebelum istirahat makan siang selesai. Saat aku melepas sepatuku, aku melihat lagi kearah nya. Dia sedang membenarkan jilbabnya. "Ekheemm... mau sholat apa mau ngelihatin cewe sih". Kutatap malas kearah dua perempuan yang sedang berdiri di depanku. "Berisik, sholat ya sholat ajah". Jawabku acuh. Mereka malah terkekeh geli melihatku. "Adek gue udah mulai merasakan cinta nih kayaknya. Sindirnya halus padaku. Ya dua wanita yang ada di depanku adalah kakak ku alyssa dan adik sepupu ku gisella. Mereka juga mau sholat ternyata. "Adik duluan ya kak. Mau ada perlu soalnya. Pamitku pada kakakku. Segera ku berjalan ke arah tempat wudhlu. Aku tak mau jika dia pergi. Setelah wudhlu, aku memasuki masjid. Empat rakaat dulu sebelum melaksanakan aktivitas lagi. "Assalamuallaikum... Assalamuallaikum.. Setelah berdoa sebentar aku menoleh kebelakang. Sepertinya ada yang sedang memperhatikanku. Dia sedang memandangku dengan tersenyum. Sambil memegangi al-quran ditangannya. Hah syukurlah dia belum pergi dari sini. Kenapa hatiku jadi gelisah seperti ini, jantungku berdebar sangat cepat. Entah kenapa ada yang aneh didalam sini saat melihat wajahnya. Setelah ku selesaikan ritualku aku pun melangkah keluar. Kutunggu dia di depan masjid. "Gue minta maaf atas kelakuannya rio. Gue beneran gak tahu". Ucapku padanya, saat dia sedang memakai sepatu flatnya. "Gak masalah, itu kan hak kalian. Aku hanya anak baru yang harus menuruti apa kemauan seniornya. Fix, dia beneran marah nih. Mukanya gak enak gitu. Terus aku harus bagaimana. "Uhm.. soal bajumu, gue juga minta maaf". "Aku kan sudah bilang. Aku tahu pasti semua orang akan melakukan hal yang sama, mereka semua memandang berbeda ke arahku. Aku gak pernah memaksa orang untuk mau menerima kehadiranku. Jadi ya terserah saja". jawabnya lembut. Kurasa bukan pertama kali dia dilakukan seperti ini. "Gak semua orang punya fikiran seperti itu. Dan kalopun ada, pasti pemikirannya gak seburuk itu. Kalo loe gak malu kenapa loe takut dan menghindar. Mereka hanya belum terbiasa ajah". " i see. Kakak juga seperti itu. Baiklah aku harus pergi makan siang. Permisi,, pamitnya padaku. Entah dorongan dari mana aku malah menganggukkan kepala. Kenapa aku bisa berbicara banyak padanya. Baru kali ini aku bisa seperti ini dengan orang lain. Hah... bodo amat. Aku juga lapar, aku ingin makan siang. Kuedarkan pandanganku mencari kakak dam adikku. Masak iya mereka belum selesai sholat. Walaupun tampilan mereka tak seperti jasmeen, kedua wanita tercintaku tak pernah lupa akan kewajibannya. Karena menurut didikan dari orang tuaku, kewajiban kita hanya ada dua yaitu pada tuhan dan pada orang tua. Selebihnya hanya tanggung jawab yang harus dilakukan. Aku harus bergegas bertemu dengan mereka. Perutku sudah sangat kelaparan. Sebenarnya tadi aku ingin ke kantin, tapi saat aku berangkat, aku melihat jasmeen sedang berdiri di pinggir jalan. Mobilnya mengalami pecah ban jadi harus ditambal dulu. Bukannya aku sombong tak ingin membantu tapi aku tak mau dikira oleh kedua saudaraku jika aku perhatian dengannya. Walaupun memang benar aku khawatir padanya. Jadi kuputuskan untuk tak sarapan pagi dikampus. Melainkan menunggunya datang, dan tepat sekali dia telat 15 menit. Sebenarnya aku tak ingin menghukumnya, tapi tetap saja telat ya harus dihukum. Aku tak tahu kenapa aku bisa jadi seperti ini. Aku bukanlah lelaki yang gampang jatuh cinta apalagi memikirkan wanita, bukanlah keahlianku. Biarkanlah semua berjalan dengan sendirinya. Aku hanya tak ingin membuang waktu dengan hal yang tak penting. ??????? Next......!!!!! Jangan lupa vote ya....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD