Rahasia

1004 Words
"Kita tidak hanya perlu belajar BERBICARA untuk menjelaskan, tapi juga perlu belajar DIAM untuk mendengarkan" (K.H A. Mustofa Bisri) ***** Berhubung seminggu yang lalu sudah masuk bulan jumadil akhir dalam kalènder hijriyah, maka agenda di pondok Nazla adalah ujian. Yah ujian lagi, ujian ini di peruntukan untuk seluruh santri baik putra maupun putri yang memiliki hafalan min juz amma atau Juz 30 jadi hanya beberapa santri yang tidak ikut karna memang masih terhitung baru. dalam ujian kali ini berbeda dengan ketentuan ujian tahun kemarin, bila kemarin diberi jadwal langsung oleh pengurus maka ujian kali ini ustadz akan memantau dan mengacak undian yang berisi nama santri yang akan ujian selama seminggu kedepan. Jadi otomatis siap nggak siap harus siap untuk ujian kapanpun nama santri yang akan keluar kecuali bagi yang sedang haid atau berhalangan. Sebenarnya banyak sekali manfaat diadakan ujian seperti ini, selain memperkuat hafalan, menguji kualitas hafalan, kita juga bisa lebih fokus dalam memperbaiki ayat-ayat yang sengaja ditinggalkan karena lalai. Kebetulan nama Nazla keluar di minggu ke dua, Nazla telah ujian dengan disemak oleh teman-teman nya dan meskipun tidak sampai benar semua setidaknya aku tidak remidi. ujian di pondok An Nur ini menggunakan sistem salah per ayat, jadi dalam satu ayat ada salah harakat atau salah kata ataupun lupa akan diberi nilai salah satu. Misalnya dalam satu juz setiap santri salah 6 kali di tiap ayat yang berbeda maka nilainya adalah 94 begitu seterusnya. Dan Kriteria minimal kelulusan dalam ujian ini adalah 90 gila, jadi sudah dipastikan bahwa santri yang menapat nilai paling baik dialah pemilik hafalan yang baik. Dan Nazla masih berusaha untuk itu. "La, ini bukumu semalem jatuh" Nazla begitu terkejut menatap buku yang berada di tangan Fina. "Bu..buku ini? Ba... bagaimana bisa?" "Ya bisa, semalem pas Aku mau tidur bukunya jatuh. Karna sampulnya bagus aku penasaran trus tak baca isinya" "Ha? Mbok baca isinya" "Iya" terlihat Fina tersenyum malu, Nazla semakin tak karuan. Pasalnya buku note ini adalah diary miliknya. Tempat Nazla mencurahkan fikiran dan perasaannya. Nazla mendekati Fina lalu berbisik di telinganya "Kamu tau isinya?" Dia mengangguk antusias Nazla menghembuskan nafas mencoba menetralkan laju detak jantung yang sudah tidak karuan rasannya . "Tentang orang yang selama ini Kamu cintai kan la?" Deg "Siapa?" Tanyanya lirih "Reza" Nazla langsung membekap mulutnya "Fin, Aku mohon jangan beritahu siapapun tentang ini tidak untuk anak kamar apalagi anak pondok" Dia tersenyum "Aku nggak nyangka loh, ternyata orang yang selalu Kamu sembunyikan inisial namanya ini, adalah orang itu?" Tukan, Dia mulai batin Nazla gusar. Fina mungkin orang yang bisa menyimpan rahasia, tapi rasa keingintahuan nya yang tinggi diimbangi dengan nada merayunya yang kelewat selalu bisa membuat Nazla terpaksa harus menceritakan semua dari awal. Memang bertahun-tahun yang lalu mereka, semua orang yang mengenalnya di pondok hanya tau Nazla mencintai seseorang tapi mereka tidak tau siapa. "Jadi gitu Fin, Putri emang nggak suka sama Reza. Tapi Aku nggak mau dikasihani karna mencintai orang yang jelas-jelas mencintai sahabatnya sendiri" "Bener bener ya putri itu, padahal menurut ku Dia nggak cantik-cantik amat. Kog bisa ditu ya dicintai semua laki-laki" "Ya begitulah. Tapi kalo gini Aku jadi nggak tenang. Sekalipun itu Kamu orang yang Aku percaya tapi kenyataannya nggak bisa kaya dulu lagi bikin Aku pengen menenangkan diri" perasaan was-was pasti akan selalu ada saat Aku menceritakan Reza karna Kamu sudah tau Fin, dan nggak ada yang bisa tau kapan bom waktu akan membuatmu keceplosan meledak dan menghancurkan segala yang Aku bangun beberapa tahun belakangan ini. batin Nazla melanjutkan Reza, Alfian Syahreza. Nama itu masih tertanam kuat di ingatannya. Lelaki pertama yang menyentuh hati sekaligus menghancurkan hatinya begitu dalam. Semua itu bermula saat Nazla mendengar semua santri membiacarakannya karna Reza merupakan santri putra baru yang mempunyai segudang bakat. Nazla yang apatis terhadap santri putra perlahan mulai memperhatikan Reza secara diam-diam saat Reza berada dipanggung ketika latian Khitobah atau pidato yang rutin diadakan seminggu sekali ketika di pondoknya. Semakin hari rasa itu semakin tumbuh dalam hati Nazla, apalagi ditambah jawaban-jawaban Reza yang sangat menyentuh hatinya ketika Dia bertanya tentang solusi dari masalah hidupnya via inbok di f******k membuat rasa nyaman di hati Nazla. Namun, semua itu tidak berlangsung lama saat akhirnya Reza memutuskan untuk berpacaran dengan putri yang tak lain adalah sahabat Nazla yang sangat Dia sayangi. ***** Nazla menatap segelas Es Jeruk kesukaannya dengan tatapan kosong. Bayangan masalalunya dengan Reza, persahabatannya dengan putri dan fakta tentang Fina yang membaca diary nya membuat Nazla tak henti-hentinya melamun "Heh La, nglamun aja daritadi. Es jeruk yang katanya kesukaan Kamu itu lho keburu basi kalo nggak diminum" tegur Nani memecah lamunan "Kalian tau sendiri lah, Aku kan baru bangun dari tidur nyenyak jadi ya masih belum sepenuhnya sadar ini" kilahnya "Emang beneran gila ini anak, Gila ya La!! Sumpah!! Mimpi apa Gue punya temen kayak Lo. Emang yang dikelas tadi belum cukup???" Tanya Ema heran "Eh iya, Gila ya. Udah masuk kelas telat, tanpa dosa dikelas langsung tidur lagi. Mending mending dosenya baik macem Pak Andi, lha ini dosen killer aja Kamu nggak ada takutnya Coba??" "Kalian nggak liat, seberusaha apa Aku sabar ngadepin Pak Fikri, Beliau nya aja yang nyari gara-gara mulu sama Aku" Sahut Nazla sebal "Yang lebih ngeselin lagi. Udah tukang tidur tukang telat gitu juga Cumlaude terus lagi. Apa Aku juga harus gitu kali ya biar Cumlaude?? Tambah Ema "Hahahaha. Apa Apaan!" Hanya itu kata yang keluar dari mulut Nazla untuk membalas ejekan mereka. Sebenarnya juga tidak selebihnya benar seperti itu, Cumlaude itu bukan semata-mata keberuntungan. Tapi dibalik itu Nazla juga berdarah-darah menyesuaikan jadwal di pondok dengan Kuliah. Tak jarang Dia hanya tidur maksimal 2-3 jam permalam hanya agar Nazla tetap mengikuti kegiatan ngaji dipondok dan juga mengerjakan tugas-tugas kuliah. Itu melelahkan. Namun begitulah hidup, yang terlihat bahagia belum tentu demikian pun sebaliknya karna sekali lagi semua kembali kepada diri sendiri, kembali tentang cara bagaimana seseorang menyembunyikanya. "Tukan Dia ngalamun lagi..." "Lo kenapa sih la?? Nglamun aja dari tadi?" "Eh, main ke rumahku yuk besok sekalian sampai senin pas safari home?" Tanya Nani "Boleh, ayo Ma, Lia?" Jawab Nazla antusias, Dia sedang butuh peralihan sekarang "Aku nggak bisa gais, Besok ada rapat senin deh Aku sekalian bareng anak kelas. Kamu katanya ujian pondok La?" "udah selesai tadi malam, mulai besok pondokku libur seminggu kedepan" "Aku ikut deh La kalo gitu, bonceng ya tapi" "Ok Ok"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD