5. Hadiah untuk Sarah

1019 Words
“Apa yang dikatakan Xavier?” Wenda yang penasaran bertanya. “Dia menyuruhku pulang.” “Sudah kuduga, kak Dante juga menelpon tadi saat kau masih berada di dalam kantor Kevin.” “Apa yang–” “Sama saja. Dia memintamu pulang!” Belva menghela napas kasar, "Aku bereskan kekacauan di sini dan pulang!” “Apa yang kau pikirkan? Apa kau masih memikirkan pria b******k itu?” “Tidak!” Belva membantah dengan tegas. “Untuk apa membuang waktu memikirkan pria itu,” tambahnya. Wenda tersenyum mendengarnya tetapi raut wajahnya berubah saat Belva diam dan menangis. “It’s oke, semua orang pernah berada di jalan yang salah. Kau harus menjadi Belva yang dulu!” Belva mengambil tisu, menyeka air matanya, dan bertanya dengan suara serak, "Wen. Wen. Bisa kau mengatakan pada kak Arsen untuk meminjamkan akun perusahaannya?" Arsen Hartono adalah sepupu Wenda pemilik Ignite Internasional, terkenal dengan artis-artis jebolan Ignite bisa menjadi artis holywood. Sesaat Wenda terdiam sambil mengeluarkan ponselnya. “Aku akan meminjamnya sekarang!” “Kau yakin ingin melakukannya?” “Apa menurutmu aku pernah tidak serius jika ingin melakukan sesuatu?” Belva menanggapi dan memiringkan kepalanya melihat Ardent Industries. Dia menyeringai sinis. Berkali-kali pun dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia memiliki kepercayaan di masa lalu membuat Kevin jatuh cinta padanya. Lebih gila lagi, dia menikah dengan pria yang sama sekali tidak menyukainya. Setelah panggilan telepon dengan Arsen berakhir, Wenda menoleh dan melihat Belva melihat ke luar jendela. Langit gelap, dan setengah dari wajah Belva terkubur dalam kegelapan. Wenda tahu bahwa Belva masih sedih. "Bagaimana jika kita pergi ke bar dan bersenang-senang?" Belva memiringkan kepalanya dan melirik Wenda. "Tidak! Aku harus menghemat energi!" Wenda khawatir Belva akan merasa sedih, tetapi dia sepertinya meremehkannya. Sebelum tidur Belva melihat beberapa komentar mengenai dirinya, semua orang menghujatnya di komentar. Tidak sedikit yang menginginkannya segera mati. “Apa yang kau baca, huh? Kau–membaca komentar omong kosong mereka,” tegur Wenda menarik ponsel Belva. Belva terkekeh sesaat kemudian berkata, “Ya, seketika aku jadi Cruella si Villain.” “Sudah pergi tidur saja,” ucap Wenda menyuruh Belva masuk ke kamar untuk beristirahat. Sedangkan dia, bukan ikut tidur bersama Belva tetapi sibuk membalas komentar-komentar kejam netizen hingga pagi. Ketika Wenda berjalan keluar dari kamarnya dengan mata mengantuk, dia memperhatikan bahwa Belva sudah berpakaian dan berdandan. Dia mengambil tasnya, bersiap untuk meninggalkan rumah. “Kau mau kutemani?” “Tidak perlu, kau tidur saja,” tolak Belva. Belva memiliki penampilan khas wanita Jakarta. Dia memiliki mata yang indah dan wajah yang halus. Dia bukan tipe wanita cantik yang akan membuat orang menoleh, tapi dia yang bisa membuat orang tidak pernah melupakannya. Pakaiannya cukup sederhana tapi sangat seksi. Dia mengenakan sweater off-shoulder coklat tua, celana panjang biru tua, dan sepasang sepatu oxford hitam. Rambut panjangnya tergerai, bahunya lurus, dan kakinya panjang dan ramping. Seluruh pribadinya entah kenapa merupakan kombinasi kelembutan dan keseksian, menyenangkan mata. Wenda senang dengan pakaian Belva. Itu tampak sedikit serius namun juga menawan. Sangat bagus! "Aku akan pergi." Belva mengangkat telepon di atas meja dan melirik Wenda. Wenda berlari dan memeluknya erat-erat. "Ucapkan selamat tinggal untuk kehidupanmu yang sial, dan kau harus bahagia setelah ini!” Belva tersenyum dan menjawab, "Oke." Saat Belva tiba di pintu masuk Pengadilan, tepat pukul 8:55 pagi. Kevin seharusnya sudah datang seperti waktu yang telah mereka janjikan. Pria itu bukan tipe yang suka terlambat tapi kali ini dia datang dengan terlambat. Mata Belva yang tadinya tenang berubah dingin, melihat Kevin yang datang bersama dengan Sarah. Wanita benar-benar ingin membuktikan jika Kevin dan Belva resmi bercerai. Seperti biasa, Kevin mengenakan jas dan sepatu kulit, dan wajahnya yang tajam dan bersudut tanpa ekspresi. Melihat tatapannya, Kevin memiringkan kepalanya untuk mengawasinya dan mendekat selangkah demi selangkah dengan matanya yang dingin. Ini bukan pertama kalinya dia melihat Belva seperti itu. Di masa lalu, Belva akan merasa sakit hati dengan sorot matanya, tapi saat itu, dia tenang. “Kau datang terlambat karena wanita jalang ini?” “Jaga ucapanmu, Belva!” Belva terkekeh sesaat. “Apa yang salah dengan ucapanmu? Apa yang aku katakan itu benar, bukan begitu Sarah?” Sarah yang berada di samping Kevin tidak bisa menyembunyikan kekesalannya saat Belva terus menyinggungnya. Tangan wanita itu mengepal erat, tetapi ia harus menahan amarahnya. "Kau yakin tidak ada perubahan pada surat perjanjian perceraian, masih sama dengan yang kemarin?" Saat Kevin berbicara, dia menyerahkan perjanjian itu. Wajah Kevin menjadi gelap. "Kau benar-benar telah memikirkannya?" "Ya." Belva menatapnya dan berkata dengan jelas. Ketika dia menikah dengannya, dia tidak memikirkannya. Tapi untuk perceraian, dia telah memikirkannya dengan sangat matang. Kevin mengerutkan kening. "Oke." "Kuharap dia tidak akan menyesalinya di masa depan!" Kevin berkata dalam hati. Belva tidak mengatakan apa-apa lagi dan berjalan ke bagian resepsionis. Ada sangat sedikit prosedur yang diperlukan untuk perceraian. Mereka menandatangani perjanjian itu. Setelah surat perceraian diterima, mereka tidak akan ada hubungannya satu sama lain. Dalam waktu kurang dari lima menit, akta nikah menjadi akta cerai. Sejak saat itu, mereka berdua tidak ada hubungannya satu sama lain, dan hidup mereka tidak akan pernah bersinggungan. “Kau bisa melakukan apa yang ingin kau lakukan, Sarah. Menjadi menantu keluarga Collins.” Belva memegang akta cerai di tangannya, kemudian berjalan melewati Kevin dan Sarah. Dia sama sekali tidak melihat ke belakang. Bagi Kevin, ia mungkin wanita yang kejam tapi itu sama sekali tidak penting bagi Belva. “Belva!” Suara Kevin terdengar memanggilnya menghentikan langkah Belva untuk keluar. “Bukankah kau seharusnya meminta maaf karena telah membuat Sarah keguguran?” Pria itu membuat Belva berbalik. Dia menatap Kevin di depannya dan tiba-tiba tersenyum. "Kau benar Kev. Aku akan bertanggung jawab. Tenang saja, aku akan melakukannya tapi tidak di tempat ini. Sepertinya tidak layak bukan?” Kevin menatap tajam Belva. "Tenang saja. Aku akan meminta maaf. Em, ngomong-ngomong, untuk menunjukkan ketulusanku, aku telah menyiapkan hadiah besar untuk Sarah. Tolong ingatkan dia tentang itu." Dia mengangkat tangannya untuk menarik rambutnya ke belakang telinganya saat dia berbicara. Sarah yang mendengar itu mengerutkan keningnya. Perkataan itu berarti jika Belva tidak akan pernah mengakui apa yang tidak pernah dilakukan. “Kau akan suka dengan hadiah yang kuberikan, Sarah,” ucap Belva kemudian keluar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD