1. Dia Hamil Anakku!

1006 Words
Belva terpaku, melihat wanita yang tengah berada di samping Kevin, sang suami. “Dia hamil anakku!” Tiga kata itu membuat hati Belva seperti dihujam oleh ribuan pisau ke dasar hatinya. Bohong jika dirinya tidak terluka dengan fakta yang baru saja diketahuinya. Ia pikir hubungan Kevin dan Sarah tidak sejauh itu. Nyatanya, lebih dari yang dipikirkan olehnya. Ia telah menikah selama tiga tahun bersama Kevin tapi juga belum dikarunia anak. Kehamilan Sarah, menggoyahkan posisinya. “Kau harus menerima Sarah, dia tengah mengandung anakku!” Kevin sekali lagi menegaskan pada Belva. “B-bagaimana bisa kau melakukan ini padaku, Kevin? K-kau memintaku untuk menerima wanita ini dan juga anak yang dikandungnya? Apa kau gila?” Suara Belva terdengar menggema di seluruh penjuru ruang makan. “Aku tidak butuh persetujuanmu, Belva!” “Aku masih istri sahmu di sini. Aku berhak memberikan sua—“ Belva yang masih berbicara dilewati oleh Kevin begitu saja. Senyum di bibir Sarah terbit saat melihat Belva diacuhkan begitu saja oleh Kevin. Melihat senyum di bibir Sarah membuat emosi Belva tidak tahan lagi. Dia melangkah mendekat ke arah Sarah dengan tatapan dingin. Plak! Suara tamparan terdengar keras membuat seluruh keluarga Collins terkejut, mereka tidak percaya Belva baru saja melakukan hal itu pada Sarah. “Berani sekali kau memperlihatkan senyum seperti itu padaku, jalang!” bentak Belva pada Sarah membuat wanita itu menangkup pipi yang baru saja ditampar Belva, terasa hangat dan perih. “Apa yang kau lakukan, Belva!” bentak Kevin sambil menarik Belva menjauh dari Sarah. Kevin mendekat ke arah Sarah dan melihat pipi yang baru saja di tampar oleh Belva. “Are you oke?” Sarah menganggukan kepalanya. “Ya, seharusnya aku tidak ada di sini. Belva marah padaku!” “Belva, kau keterlaluan!” Kevin membentak. Namun hal yang tak terduga terjadi, Belva pun mendaratkan satu tamparan pada Kevin. Pria itu terkejut, dia tidak pernah menduga jika Belva berani melakukan hal itu padanya. “Belva, berani sekali kau memukulku!” Belva menatap tajam ke arah Kevin, ia tidak terima Kevin membentaknya. “Ya! Aku berani melakukannya. Kau bahkan berani menampar wanita jalang itu lagi!” “Jangan sebut dia wanita jalang, Belva. Sarah bukan seperti yang kau katakan!” Perkataan Belva terdengar menyakitkan di dengar oleh Sarah tetapi dia hanya bisa diam, ia masih mengusap pipinya yang terasa perih. Dia pikir Belva wanita yang lemah lembut, tapi setelah berhadapan langsung, pandangannya terhadap Belva sangat berbeda. Belva sama sekali tidak bisa diintimidasi. Belva tertawa mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Kevin. Terdengar lucu dan menjijikan di telinganya. “Dia bukan wanita jalang? Menurutmu apa ada sebutan yang pantas untuk wanita yang telah menggoda semua orang di atas ranjang? Jika bukan jalang, apa aku harus menyebutnya p*****r?” “Belva!” “Kau berani membentakku demi wanita ini Kevin?” Belva menantang Kevin sambil menunjuk ke arah Sarah yang berada di sana saat itu. “I'm your wife, not her, Kevin!” Kevin tidak percaya dengan sikap yang ditunjukan oleh Belva padanya. Wanita yang biasanya terlihat lembut, bahkan penurut kini berubah. Sorot matanya tidak bisa diintimidasi. “Aku tidak mau melihat wanita ini ada di dalam rumah kita. Apapun alasannya, mau dia sedang mengandung anakmu atau anak pria lain. Aku tidak ingin kau memasukan dia di dalam rumah!” Belva menegaskan pendiriannya untuk tidak mengizinkan pelakor tinggal bersama. Sarah melangkah mendekat ke arah Kevin dan Belva yang tengah bertengkar itu. “K-kevin, sebaiknya aku tinggal di rumahku saja. Belva tidak menerimaku, aku tidak ingin kau bertengkar dengannya,” ucap Sarah dengan nada pelan, ia cukup berhati-hati memilih membuat Belva terkejut sesaat. Wanita itu benar-benar ular. Padahal beberapa saat yang lalu, ia tersenyum mengejek Belva, tapi kali ini dia menurunkan nada bicaranya agar Kevin bersimpati padanya. “Tidak! Kau harus tinggal di sini, agar aku bisa memantau kondisi kehamilanmu. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal di sana sendirian.” “Tapi Belva–” “Tidak ada kata tapi–” Kevin memotong perkataan Sarah. “Kau akan tetap di sini, Belva setuju atau tidak!” “Aku tidak tahu, bagaimana caramu membuat Kevin naik di atas ranjang bersamamu tapi jangan harap kau akan tinggal di rumah ini,” tegas Belva. Walaupun sejak awal menikah ia tahu jika Kevin tidak mencintainya, ia berusaha sebaik mungkin menjadi seorang istri yang baik untuk pria itu. Walaupun Kevin jarang berada di rumah, Belva masih berharap bisa membuat Kevin jatuh cinta padanya tapi setelah tiga tahun pertahanannya hancur. Hancur setelah Kevin membawa Sarah masuk ke dalam rumah, membawa wanita itu dan mengumumkan jika wanita itu tengah mengandung anaknya. “Belva, kau benar-benar keterlaluan!” “Harusnya aku yang mengatakan hal itu, Kevin! Kau yang keterlaluan, kau memintaku untuk menerima Sarah karena dia sedang mengandung anakmu dan membiarkan wanita ini tinggal di rumah kita. Otakmu di mana, Kevin? Aku istrimu dan kau memilih wanita jalang ini!” Belva tidak menyangka jika Kevin cukup jauh melangkah, bahkan menginginkan bayi yang berada di dalam kandungan Sarah. Tidak bisa dibohongi, jika Sarah sangat tidak suka Belva yang terus menerus menyebut dirinya seorang wanita jalang. Namun, dia tidak bisa menunjukan jika dirinya kesal di hadapan Kevin. “Kau membenciku karena aku mengandung anak Kevin?” Sarah bertanya dengan pelan. “Ya. Kenapa kau masih bertanya sesuatu yang sudah jelas? Aku membencimu.” “Aku minta maaf jika aku mengandung anak Kevin. A-aku—” “Bullshit. Jangan memasang wajah seperti itu. Kau pikir aku akan bersikap baik hanya karena kau mengandung anak Kevin? Jangan harap!” “Jika kalian ingin bersama, silakan tapi jangan pernah wanita ini kau buat tinggal di sini bersamaku.” Belva lagi-lagi berkata dengan tegas, ia pun pergi meninggalkan Kevin dan Sarah. Di dalam kamar, Belva menghamburkan seluruh yang berada di atas meja rias. Dia berteriak frustasi, bahkan sesekali mengumpat Kevin. “Kevin, sialan!” Suara teriakan Belva bahkan terdengar dari luar. “Belva tidak menerimaku, sebaiknya aku tidak membawaku ke sini.” Sarah berkata membuat Kevin menangkup kedua pipinya. “Tidak. Kau akan tinggal di sini! Belva tidak memiliki hak melarangmu berada di sini!” Kevin memeluk Sarah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD