My Sweet Enemy 1

1431 Words
"Aku tidak mau bertunangan dengan playboy bernama Leon itu !" pekik Jasmine pada Mamanya. Plakkk !!! "Mama tidak suka dibantah !" walau berkata kasar, tapi terlihat Winda yang menyesal telah menampar putri bungsunya tersebut. "Urus dia, Bik !" perintah Winda pada asisten rumah tangga. Jasmine segera dipeluk Bik Arum, asisten rumah tangga, begitu Winda, Mama Jasmine pergi. "Ayo Non masuk kamar ya," ucap Bik Arum mengajak Nona Mudanya masuk ke kamar. "Enggak Bik, aku mau keluar dulu," jawab Jasmine enggan masuk ke dalam kamar. Ia lalu mengambil tas kecil dan berjalan keluar rumah, menaiki mobil dan segera mengemudikannya dengan sangat kencang. "Kamu dimana Sakti ? aku merindukanmu sangat merindukanmu, walau hatiku kesal. Aku akan membuat hidupmu tidak tenang saat kita berjumpa kembali !" pekik Jasmine dengan kesal sambil memukul setir mobilnya. Air mata yang tumpah dari pelupuk matanya dihapus dengan kasar. Flashback delapan tahun lalu. Jasmine yang baru pulang dari sekolah segera melempar tas miliknya, lalu menatap Sakti kakak kelas, sekaligus anak supir di rumahnya, dengan tatapan membunuh. Tubuh Jasmine basah kuyup seperti habis kecebur kolam. "Kamu jangan ikut campur urusanku ! Kamu hanya anak supir bukan kakakku jadi jangan mengaturku !" Teriak Jasmine pada Sakti yang baru masuk pagar Rumah. Sakti hanya cuek saja mendengarkan kata-kata anak majikannya itu dan segera berlalu pergi ke belakang. Karena kesal Jasmine berlari mengikuti Sakti. "Kamu dengar enggak ! kalau aku enggak suka diperintah seperti tadi, kalau aku mau bolos terserah aku jangan dihalangi ! kamu dibayar berapa sama Mama buat memata-matai aku !" Teriak Jasmine lagi yang membuat Widia Ibu Sakti keluar dari dapur menuju sumber keributan. "Sakti kamu apakan Non Jasmine, sampai marah-marah begini ?" Tanya Widia pada putranya, saat melihat Jasmine yang tengah menatap ke arah sakti, dengan tatapan penuh permusuhan. Sakti tidak menjawab pertanyaan Ibunya, dan memilih diam. Berdebat dengan Jasmine, membuat otaknya panas. "Ayo Non, ganti baju dulu. Nanti masuk angin," ajak Widia yang diikuti Jasmine dengan patuh tapi masih dengan tatapan membunuhnya pada Sakti yang hanya tersenyum mengejek sambil membalas tatapan Jasmine. Bukan tanpa sebab Jasmine kesal pada Sakti, itu semua karena apa yang sudah Sakti lakukan di sekolah tadi. Sakti yang melihat Jasmine hendak loncat pagar untuk bolos segera mengambil Air di ember yang kebetulan berada di dekat pagar belakang dan menyiram nona mudanya tersebut hingga basah kuyup. Sakti melakukannya karena ia tidak ingin Jasmine kembali bolos yang mengakibatkan kemarahan nyonya rumah, yang merupakan Mama Jasmine. Jika bolos selama tiga kali, maka akan ada surat panggilan dari sekolah untuk orang tua. Dan Sakti tidak mau hal itu membuat nyonya rumah marah padanya. Sakti sudah kebal akan kemarahan Jasmine. Mereka selalu satu sekolah semenjak Sekolah Dasar hingga sekarang sudah di sekolah menengah Atas walau ia saat ini kelas akhir dan Jasmine adalah murid baru. Entah mengapa Mama Jasmine selalu memasukkannya di sekolah yang sama dengan Jasmine walau ia tahu sekolah yang ia masuki bukan sekolah yang murah. Mama Jasmine ingin Sakti selalu mengawasi Jasmine karena ia tahu bagaimana kemampuan bela diri yang dimiliki Sakti. Ya sebagai bodyguard Jasmine lah istilahnya. Dan bayarannya adalah Sakti bisa sekolah di sekolah yang memiliki fasilitas lengkap dan juga bagus. Sebenarnya Sakti malas satu sekolah bersama Jasmine yang membuatnya repot. Apalagi sikap keras kepala Jasmine membuatnya kesal. Kalau boleh ia ingin hidup tenang tanpa kehadiran Jasmine tapi mungkin saat ini belum bisa. Tapi lambat laun ia harus menjauh. Malamnya, setelah makan malam Sakti dengan memakai celana pendek dan juga kaos, berjalan keluar pagar Rumah. Ia tidak menyadari sepasang mata mengawasinya. Siapa lagi kalau bukan si pembuat onar Jasmine. Sakti berjalan pelan menuju ke depan lalu terus berjalan menuju taman di dekat rumah. senyumnya mengembang saat melihat seseorang yang akan ditemuinya. Berdiri dengan manisnya disana, seorang gadis yang tersenyum pada Sakti. Jasmine membulatkan matanya melihat siapa yang ditemui Sakti. Tentu saja ia mengenal gadis tersebut. Gadis itu, Tiara, teman satu kelas Sakti. Tiara gadis yang cerdas dan juga populer. Tapi Tiara tidak pernah bisa mengalahkan Sakti dalam hal juara kelas. Sakti selalu menduduki peringkat pertama. "Kamu sudah lama Ra ?" Tanya Sakti dengan manis, lalu duduk di samping Tiara yang sedang duduk sambil minum s**u kotak. Tiara mengangsurkan satu kotak s**u pada Sakti. "Belum terlalu lama juga, makasih mau datang menemuiku. Aku enggak ganggu waktu kamu "kan ?" tanya Tiara masih dengan senyum manisnya. "Enggak kok, jadi ada apa kamu menemuiku ?" Tanya Sakti langsung pada intinya. Ia sebenarnya heran mengapa Tiara ingin menemuinya di taman dekat rumah dan bukannya ke rumah saja. "Mhmm … aku cuma mau bilang kalau aku suka sama kamu, Sakti, sudah lama semenjak kita masih SMP. Tapi aku saat itu belum berani mengungkapkannya," ucap Tiara langsung pada intinya karena sudah cukup lama ia menunggu saat yang tepat. Sakti terdiam mendengarkan kata-kata Tiara. Gadis manis di depannya anak orang berada sama halnya dengan Jasmine. Tiara yang cerdas dan juga cantik, tentu saja membuat banyak laki-laki yang mengejarnya. Tapi Tiara malas meladeni mereka. "Aku …," "Eh … kamu ngapain disini !" Belum selesai Sakti bicara tiba-tiba saja Jasmine keluar dari persembunyiannya dan menghampiri mereka. "Anterin aku ke toko buku, tadi Mama nyariin kamu," ucap Jasmine dengan spontan dan tentu saja ia berbohong. Sakti tentu saja tidak akan menolak karena jika malam begini ia tidak ingin Ayahnya yang mengantar Nona angkuhnya ini. Jasmine melipat tangannya di d**a dan menatap ke arah Tiara dengan tatapan mematikan, Tiara juga membalas menatapnya dengan tatapan tak kalah kejamnya. Ia kesal ada pengganggu seperti Jasmine yang hadir dalam kehidupan Sakti. "Ayo cepat, kalau enggak aku bilang sama Ibu Widia," ancam Jasmine yang membuat Sakti segera berdiri dari duduknya. Senjata andalan Jasmine adalah Ibu Widia, Ibunya Sakti, yang akan marah pada Sakti, jika putranya itu, tidak mengikuti keinginan Jasmine. "Ra … lain kali baru kita bicara lagi, aku permisi dulu ya," ucap Sakti dengan manis pada Tiara yang dibalas senyum terpaksa dari Tiara. Tapi tetap saja interaksi senyuman dari keduanya membuat Jasmine merasa panas karena Sakti selalu berkata ketus padanya tidak pernah manis sama sekali, tapi pada Tiara begitu manis. Boro-boro tersenyum pada Jasmine, melihat Jasmine ada di dekatnya saja membuat wajah Sakti berubah menjadi monster menakutkan, ditambah cosplay menjadi kulkas dua pintu. "Iya Sakti, besok aku tunggu di kantin ya, kita makan siang bareng," ucap Tiara manis yang dibalas anggukan Sakti. Jasmine segera berbalik untuk pergi sambil mengibaskan rambut panjangnya yang diikuti Sakti di belakangnya. Ingin rasanya Sakti berteriak marah, tapi Jasmine benar-benar kebal dengan kemarahan dan sikap cueknya. Sama hal nya dia yang juga kebal akan ocehan dan juga sikap menyebalkan Jasmine. "Mine …"teriak Sakti pada Jasmine tapi tidak membuat Jasmine berhenti. Jasmine suka saat Sakti memanggil namanya begitu. Hanya Sakti yang memanggilnya begitu semenjak mereka masih kecil. Bukannya memanggil Jes seperti orang-orang biasa memanggilnya, Sakti malah memanggilnya Mine. Ia ingin bertanya tapi sosok Sakti yang cuek dan ketus pasti enggan menjawab. Karena mungkin panggilan bukanlah sesuatu yang penting baginya. "Mine … berhenti ! kamu bohong bukan !" Teriak Sakti lagi pada Jasmine. Karena tidak digubris juga Sakti lalu menarik tangan Jasmine hingga mereka berhadapan sangat dekat. Sakti segera mundur satu langkah. "Kamu bohong kan, kamu tidak mungkin mau ke toko buku, aku tahu gadis sepertimu !" Marah Sakti yang tidak ditanggapi Jasmine yang malah asyik memainkan jarinya. "Jawab aku Mine !" Teriak Sakti lagi, ia mulai kesal dengan sikap Jasmine. "Iya aku bohong," ucap Jasmine lalu berbalik hendak melangkah lagi. Tapi lagi-lagi Sakti menariknya. "Aku membencimu, Mine ! andai aku bisa jauh darimu maka aku akan sangat bersyukur. Kau membuat hidupku kacau !" ucap Sakti sambil mencengkram kuat kedua lengan Jasmine. "Aduh …sakit, Sakti, lepaskan !" Pekik Jasmine yang membuat Sakti melepaskan cengkeramannya. "Jadi, kenapa tadi berbohong ?" Tanya Sakti lagi sambil menatap tajam ke arah Jasmine. "Itu balasannya karena kamu juga suka ikut campur urusanku. Apalagi tadi di sekolah aku masih kesal," ucap Jasmine tidak mau kalah. Kalau mau, sebenarnya Sakti tidak ingin ikut campur dan membiarkan Jasmine melakukan apapun keinginannya. Tapi ia tidak tenang saat Jasmine pergi ke club malam atau tempat-tempat yang menurut Sakti berbahaya untuk seorang gadis. Jasmine terlihat tegar, kasar dan juga kuat tetapi sebenarnya sangat rapuh dan penuh kesedihan. Sakti sering melihat Jasmine yang diam-diam menangis sendiri atau Jasmine yang tidak punya tempat bercerita karena Mamanya terlalu sibuk. Jasmine selalu bercerita pada Ibunya hingga tidur di pelukan ibunya karena lelah menangis. Sikap cuek ke dua orang tua Jasmine, yang membuat gadis itu tumbuh menjadi gadis yang kurang kasih sayang dan juga keras kepala. Walau secara materi ia memiliki segala-galanya yang diidamkan banyak gadis di luar sana yang kekurangan. Tapi hatinya hampa dan gersang. Sakti kesal pada Jasmine, tapi ia khawatir dan tidak bisa membiarkan Jasmine jauh. "Mine .... !"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD