'Kesabaran dan ketabahan akan menghantarkanmu menuju kebahagian yang tak akan pernah terbayangkan dalam hidupmu.'
* * *
Suasana di sebuah restoran terlihat sangat ramai, banyak pengunjung berdatangan baik berpasangan maupun dengan keluarganya. Seorang gadis yang memakai seragam khas pelayan restoran dilengkap hijab berwarna biru tua tengah sibuk mengantarkan pesanan beberapa pengunjung dari meja ke meja, tak mengenal kata lelah ia beberapa kali bolak-balik dari dapur menuju meja pelanggan bersama pelayan lainnya untuk mengantarkan makanan yang dipesan para pelanggan.
"Nasywa sini!!" Panggilan dari dapur membuat Nasywa bersegera menghampiri Chef yang bernama Rendy.
"Iya Chef." Nasywa menghampiri Chef Rendy.
"Ini tolong kamu anterin ke meja nomor 13." Rendy menyerahkan nampan berisi makanan dan minuman kepada Nasywa.
"Baik Chef."
Nasywa berjalan keluar dapur sambil membawa nampan berisi pesanan pelanggan restoran mereka, matanya mencari-cari meja yang dimaksud oleh Rendy. Ia langsung menghampiri meja 13 yang ternyata terdapat di pojok restoran, ketika langkahnya kian mendekat kakinya tak sengaja tersandung meja hingga membuat keseimbangannya hampir hilang. Namun naasnya minuman yang ia bawa tak sengaja tertumpah sedikit dipangkuan seorang wanita yang menggunakan dress berwarna pink, Nasywa menundukan kepalanya sambil menggumamkan kata maaf.
"M-maaf Mbak saya gak sengaja." Ucap Nasywa sambil menunduk.
"Hei dasar pelayan tidak becus!! Baju saya jadi basah dan terkena noda minuman ini!! Kamu gak tau kan kalau harga baju saya itu mahal?!!" Nasywa mendongakkan wajahnya begitu mendengar makian dari wanita itu.
"M-maaf Mbak, saya bener-bener gak sengaja. S-saya..."
"Pokoknya saya gak mau tau, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang saya alami!!"
"Hei... Hei... Ada apa ini?" Tiba-tiba seorang laki-laki yang adalah manager dari restoran ini menghampiri keributan yang terjadi.
"Ini pelayanmu telah mengotori baju mahal saya!! Saya minta anda pecat dia, atau saya akan sebarkan bahwa pelayanan di restoran ini sangatlah tidak memuaskan. Memperkerjakan seorang pelayan yang ceroboh dan tidak becus seperti dia!!" Wanita itu menunjuk Nasywa yang masih menundukan kepalanya.
"Sudah.. Sudah Evelyn jangan perbesar masalah ini." Ucapan dari seseorang membuat Nasywa mendongak dan menatap orang itu, tubuh Nasywa tiba-tiba menegang.
"Tapi Richard dia sudah mengotori baju mahalku, aku tidak terima akan hal itu!!"
"Sudah Evelyn lebih baik kita pergi, Pak saya mohon jangan pecat gadis itu." Ucap Richard sebelum menarik tangan Evelyn menjauh.
"Pak saya mohon jangan pecat saya." Ucap Nasywa sambil menundukan kepalanya.
Terdengar ditelinga Nasywa bahwa managernya itu menghela nafas, Nasywa harap-harap cemas menunggu apa yang akan dikatakan oleh managernya.
"Saya beri kamu kesempatan satu kali lagi, jika kamu masih mengulangi kecerobohanmu yang dapat membuat pelanggan tidak senang dengan pelayanan di restoran ini saya tidak akan segan-segan memecatmu. Baiklah kamu boleh kembali." Nasywa dalam hati bernafas lega, ia menuruti ucapan sang manager dengan langkah lebar menuju dapur.
"Kamu gak apa-apa kan Nasywa?" Nasywa menoleh dan mendapati seorang perempuan yang lebih tua lima tahun diatasnya.
"Saya gak apa-apa kok Mbak Fitri, makasih Mbak udah khawatirin saya." Ucap Nasywa kepada Fitri.
"Kamu.... Gak dipecat kan Wa?"
"Alhamdulillah enggak Mbak, Pak Atho masih ngasih saya kesempatan satu kali lagi." Fitri mengangguk mendengarnya.
"Ya udah Mbak mau nganterin pesanan dulu." Ucap Fitri yang langsung meninggalkan Nasywa begitu perempuan itu mengangguk.
Ternyata Om Richard udah punya pacar ya?
Entah mengapa mengetahui fakta itu membuat hati Nasywa sedikit kecewa, entah apa penyebabnya. Mungkin ia tidak rela jika orang sebaik Abangnya Jessy itu memiliki pacar sesadis perempuan yang kalau tidak salah dengar bernama Evelyn, Nasywa menggelengkan kepalanya dan melangkahkan kakinya menuju dapur menghampiri Rendy.
"Nasywa ini ya tolong anterin lagi, loh? Muka kamu kok kusut begitu? Ada apa?" Tanya Rendy begitu melihat muka kusut Nasywa.
"Gak apa-apa Chef, mana pesenannya? Dianterin ke meja berapa?"
"Oh? Ke meja 9 ya." Nasywa mengangguk lalu mengambil nampan yang ada disamping Rendy untuk ia antarkan ke meja 9.
Nasywa mengganti pakaian pelayan restorannya dengan pakaian yang ia bawa, hari telah menjelang maghrib yang itu artinya ia diperbolehkan pulang karena memang ia bekerja tak sampai malam karena sudah ada yang akan menggantikannya. Ia berjalan menuju depan restoran untuk mengambil sepedanya, langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil hitam berhenti tepat didepannya. Kaca mobil itu terbuka dan mendapati wajah tampan Richard yang dibingkai kaca mata hitam.
"Ayo naik." Nasywa menoleh kebelakang namun tak mendapati orang lain disekitar mereka, apakah Richard sedang berbicara kepadanya?
"Nasywa ayo naik." Ulang Richard ketika melihat Nasywa yang terlihat kebingungan.
"Maaf Om tapi saya bawa sepeda, saya duluan Om assalamualaikum." Nasywa mengayuh sepedanya meninggalkan Richard yang kini menghela nafasnya kemudian melajukan mobilnya.
Nashywa tiba di rumahnya bertepatan dengan adzan maghrib yang berkumandang dari masjid yang tak jauh dari rumahnya, ia yang akan membuka pintu rumah terkejut ketika Widya tiba-tiba keluar dari rumah.
"Lo!! Ngagetin gue aja!!" Ketus Widya.
"Kak mau kemana?" Tanya Nasyhwa sambil memperhatikan penampilan Widya dari atas hingga bawah.
Dress berwarna hitam yang hanya sebatas paha, high heels tinggi yang warnanya senada dengan dressnya. Ditambah polesan make up dan lipstick berwarna merah darah membuat Nasywa terheran-heran dengan penampilan Kakaknya. Mau kemana Widya dengan pakaian kurang bahan itu? Ditambah hari telah gelap seperti ini.
"Apa lo lihat-lihat?!!"
"Kakak mau kemana? Ini udah maghrib loh Kak."
"Gak usah ikut campur sama urusan gue!!! Minggir lo!!" Dengan sengaja Widya menyenggol lengan Nasywa membuat tubuh Nasywa hampir terjatuh kalau saja perempuan itu tidak memegang pintu rumah.
"Astaghfirullahaladzim." Ucap Nasywa sambil mengelus dadanya kemudian menggelengkan kepalanya sambil memasuki rumah.
"Assalamualaikum." Nasywa mengucapkan salam ketika memasuki rumah.
Rumah nampak terlihat sepi, tak ada tanda-tanda bahwa Ibu ada di rumah. Namun samar-samar Nasywa mendengar suara benda terjatuh dari kamar Ibu, dengan sigap Nasywa berlari memasuki kamar Ibu.
"Ya Allah Ibu..." Nasywa menghampiri Ibu yang terjatuh dari tempat tidur.
"Badan Ibu panas banget, Nasywa ambilin air kompresan dulu ya Bu." Ucap Nasywa ketika memeriksakan tubuh Ibu yang begitu panas.
"Ibu kok bisa sakit begini?" Tanya Nasywa sambil mengompres kening Ibu.
Ibu tak menjawab, ia hanya diam menatap Nasywa yang begitu telaten mengurusi Ibu tiri yang telah banyak menyakiti dan menyiksanya.
"Ibu udah makan?" Nasywa mendapati Ibu tirinya menggeleng.
"Ya udah kalau gitu Nasywa ambilin dulu ya Bu."
Sepanjang perjalanan menuju dapur, Nasywa memikirkan Widya yang tega-teganya meninggalkan Ibu yang sedang sakit pergi entah kemana dengan pakaian kurang bahannya itu.
"Ya Allah Kakak kok tega banget sih sama Ibu?" Gumam Nasywa sebelum memasuki kamar Ibu.
"Nih Ibu makan dulu ya terus minum obat, tadi kebetulan Nasywa beli obat di warung supaya Ibu cepat sehat." Nasywa menyuapi Ibu makanan dan memberinya sebutir obat.
"Kamu gak perlu repot-repot ngurusin Ibu!!"
"Ibu kan Ibu Nasywa, sudah seharusnya Nasywa mengurus Ibu yang sedang sakit." Ucap Nasywa membuat Ibu tertegun, Nasywa peduli padanya? Bahkan Widya yang anak kandungnya saja lebih memilih pergi entah kemana daripada harus mengurusnya.
"Sudah kamu boleh pergi ke kamarmu!! Ibu mau tidur!!" Nasywa menghela nafasnya mendengar suara ketus Ibu yang tak pernah berubah meskipun ia telah menjadi anak baik sekalipun.
"Iya Bu, kalau Ibu perlu apa-apa panggil Nasywa aja." Ucap Nasywa kemudian pergi meninggalkan kamar Ibu menuju kamarnya sendiri.