Bagian 3

1117 Words
Dengan memakai pakaian olahraga Hae Ri dan Ahreum berlari menyusuri pinggiran sungai Han. Hae Ri melirik Ahreum dengan kesal, sahabatnya itu membangunkannya di akhir pekan hanya untuk berolahraga, hal yang bahkan tidak pernah Ahreum lakukan sebelumnya. Pasti ada sesuatu yang direncanakan Ahreum, pikir Hae Ri. “Jadi ini situasi darurat yang kau maksud?” sindir Hae Ri. “Ha ha ha. Mau bagaimana lagi berat badanku naik akhir-akhir ini jadi aku harus berolahraga,” kilah Ahreum sambil tertawa dengan canggung. Bohong. Batin Hae Ri. Dia tahu betul Ahreum bukanlah tipe orang yang mudah bertambah berat badannya. Ditambah lagi tawa canggung sahabatnya itu membuat Hae Ri yakin ada sesuatu yang direncanakannya “Oh... In Ha-ya!” seru Ahreum tiba-tiba. “Wah kebetulan sekali kita bertemu di sini.” Hae Ri mengikuti arah pandangan Ahreum dilihatnya In Ha dan Jung Ha yang berlari menghampiri mereka. Dasar licik, Hae Ri kembali membatin. “Wah kebetulan sekali ya. Kalian sedang lari pagi?” tanya In Ha sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Ahreum mengangguk cepat. “Kalian juga?” “Aku diseret dengan paksa oleh cecunguk ini,” celetuk Jung Ha. “Begitukah? Aku juga menyeret Hae Ri kemari.” Ahreum menyenggol bahu Hae Ri, memaksa gadis itu untuk tersenyum. "Kau sengaja membawaku kemari," bisik Hae Ri sambil mencubit pinggang Ahreum. Ahreum hanya meringis. Mereka berempat akhirnya duduk di pinggiran sungai Han. Ahreum dan In Ha sibuk mengobrol untuk mencairkan suasana berharap Hae Ri dan Jung Ha akan ikut dalam obrolan mereka. Namun nihil. Jung Ha sibuk bermain game di ponselnya dan Hae Ri sibuk memantau akun instagramnya. Mereka berdua sama sekali tidak tertarik untuk bergabung dengan obrolan Ahreum dan In Ha. “Aku haus,” celetuk Ahreum tiba-tiba. Gadis itu lalu berdiri dan menyeret In Ha untuk segera pergi dari sana. “Aku dan In Ha akan membeli minuman, kalian berdua tunggu di sini saja.” Dengan langkah cepat Hae Ri mengajak In Ha pergi untuk membeli minuman dan meninggalkan Hae Ri berdua dengan Jung Ha. Lagi-lagi Hae Ri ditinggal berdua Jung Ha. Dia tahu maksud Ahreum melakukannya agar dia bisa lebih dekat dengan Jung Ha. Tapi Hae Ri sama sekali tidak tertarik dengan pemuda berwajah kalem itu. Bahkan meliriknya saja tidak. “Jadi kau bekerja sebagai seorang set designer?” tanya Jung Ha tiba-tiba dengan mata fokus pada game di ponselnya. “Ya,” jawab Hae Ri singkat. “Sudah berapa lama?” “3 tahun.” “Oh.” Setelah obrolan singkat dan padat itu suasana di antara mereka berdua menjadi hening kembali. Hae Ri sendiri tidak tahu harus mengobrol apa dengan Jung Ha karena mereka baru kenal. Dan sepertinya Jung Ha juga enggan untuk mengobrol. Pemuda itu terlihat sangat fokus pada game yang dimainkannya. Sudah hampir 30 menit berlalu, tapi In Ha dan Ahreum belum juga menampakkan batang hidung mereka. Hae Ri rasanya hampir mati karena bosan. Sejak tadi dia hanya diam saja. Sebenarnya In Ha dan Ahreum sudah kembali sejak 15 menit yang lalu. Tapi mereka bersembunyi dan mengamati Jung Ha dan Hae Ri dari jauh. Mereka berdua sengaja pergi agar Jung Ha dan Hae Ri bisa mengobrol. Namun yang terjadi malah Jung Ha sibuk dengan ponselnya dan Hae Ri hanya diam saja. “Hei sepertinya rencana kita ini tidak berhasil,” ucap In Ha sambil mengamati Jung Ha dan Hae Ri dari kejauhan. “Masih ada kesempatan lain,” kata Ahreum dengan penuh keyakinan. Jika rencana hari ini tidak berhasil, Ahreum masih punya rencana lain untuk mendekatkan Hae Ri dan Jung Ha. *** Di hari-hari berikutnya Ahreum dan In Ha patang menyerah untuk membuat Jung Ha dekat dengan Hae Ri. Mereka membuat kedua orang itu terus bertemu dengan tidak sengaja. Misalnya saat makan di restoran, melihat pameran lukisan, menonton film dan sebagainya. Namun semua itu tidak berhasil, Jung Ha dan Hae Ri bukannya saling mendekat mereka malah saling menjauh. Rencana-rencana yang mereka lakukan semuanya sia-sia. In Ha dan Ahreum sedang duduk di dalam sebuah Cafe, mereka sedang membahas rencana selanjutnya untuk mendekatkan Jung Ha dan Hae Ri. “Kau ada rencana lain?” tanya In Ha lalu menyeruput segelas ice americano pesanannya. Ahreum menggeleng. Otaknya buntu, dia tidak punya ide untuk mendekatkan Hae Ri dan Jung Ha. “Ehm... dari pada kita pusing memikirkan Hae Ri dan Jung Ha, bagaimana kalau kita fokus pada hubungan kita.” In Ha perlahan menyentuh tangan Ahreum. Dengan cepat Ahreum menarik tangannya. “Sebelum Hae Ri dapat pacar, jangan berharap apapun.” “Yak! Kenapa kau ingin sekali Hae Ri dapat pacar?” protes In Ha. “Kau tidak perlu tahu alasannya.” Alasan kenapa Ahreum sangat ingin Hae Ri segera berkencan adalah karena selama ini Hae Ri sudah sangat bekerja keras. Dia ingin sahabatny itu dapat merasakan indahnya mencintai dan juga dicintai. Dia ingin Hae Ri punya seseorang yang bisa diandalkan dan selalu melindungi Hae Ri. Ahreum tahu Hae Ri selama ini sangat menderita. Oleh karena itu dia berusaha agar Hae Ri bisa bahagia dengan menemukan pasangannya. *** Hae Ri berdiri di depan lift. Dia baru saja selesai rapat dengan salah seorang klien. Pekerjaannya hari ini sudah selesai. Sekarang dia hanya perlu pulang dan beristirahat. Ting... Pintu lift terbuka, Hae Ri sedikit kaget melihat sosok yang ada di dalam lift tersebut. Go Jung Ha. Kali ini pertemuan mereka benar-benar tidak disengaja. Tidak ada campur tangan In Ha maupun Ahreum. Hae Ri terpaku sejenak menatap Jung Ha yang ada di dalam lift. Dia merasa agak canggung jika harus masuk ke dalam sana. “Tidak masuk?” Pertanyaan Jung Ha itu menyadarkan Hae Ri, dengan langkah kikuk gadis itu segera berjalan masuk ke dalam lift. Di dalam lift dia sedikit menjaga jarak dengan Jung Ha. Rasanya aneh bertemu pria itu tanpa Ahreum dan In Ha. Dia seperti bertemu orang asing. “Rapat dengan klien?” tanya Jung Ha tiba-tiba. “Iya,” jawab Hae Ri singkat. “Desain panggung untuk konser pianis Park Jung Woo?” Hae Ri refleks menoleh ke arah Jung Ha, bagaimana pria itu tahu jika dia sedang mengerjakan proyek desain panggung konser pianis Park Jung Woo. “Perusahaan tempatku bekerja yang menangani desain tiket dan iklannya.” Hae Ri mengangguk tanda mengerti. Setelah itu tak ada percakapan lagi di antara keduanya. Ting... Begitu pintu lift terbuka Hae Ri buru-buru membungkukkan badan ke arah Jung Ha dan segera berjalan keluar. Melihat tingkah Hae Ri itu tanpa Jung Ha sadari ia tersenyum. Pria berambut hitam itu kemudian berjalan mengekor di belakang Haer Ri. Begitu sampai di luar lobby wajah Hae Ri langsung berubah masam. Di luar sedang turun hujan dan dia tidak membawa payung. Wah sial sekali nasibnya. Hae Ri lalu melirik ke arah Jung Ha yang berdiri di sampingnya. Pria itu mengeluarkan payung dari dalam tas dan membukannya. Melihat itu Hae Ri hanya bisa meratapi nasibnya, mau tidak mau Hae Ri harus menunggu sampai hujan reda, naik taksi di Seoul sangat mahal sedangkan dia harus selalu berhemat. “Mau berbagi payung denganku?” ajak Jung Ha tiba-tiba. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD