Part 14

2013 Words
Kali ini Genta sangat bingung, karena Luna sama sekali tidak bisa di hubungi. Genta sudah mencoba beberapa kali menghubungi Luna di rentang waktu yang berbeda, namun Luna masih tidak bisa di hubungi dan mematikan handphonenya. Gua harus nyari lo kemana lagi Na. Lo pergi ke mana sih Na. Batin Genta. Sedangkan di rumah Bia, pada hari minggu ini ternyata orangtua Bia sudah pulang. Mereka pulang duluan dari jadwalnya karena Bianca yang sakit. Bianca yang merupakan anak perempuan satu-satunya yang di miliki oleh mereka membuat mereka jadi lebih khawatir dan sensitif jika mendengar kabar Bianca sakit. Walaupun sakit yang di derita oleh Bianca hanyalah sakit biasa, tapi mereka tetap saja sangat khawatir. "Makasih ya Rigel kamu udah mau jagain Bianca, makasih juga Orion udah nemenin Rigel sama Bianca. Mama ga tau deh kalo ga ada kalian mungkin Bianca udah nangis dari kemarin" ujar Mama Bianca. "Iya sama-sama Mah. Lagian juga udah kewajiban Rigel sebagai sahabat Bia buat nemenin Bia pas sakit Mah " jawab Rigel. Sementara itu Orion sudah memikirkan apa yang akan terjadi nanti jika dia dan Rigel pulang dari rumah Bianca. Nanti pasti Rigel nanyain Luna deh. Gua harus jawab apa? Genta masih belum. Bisa nemuin Luna. Lun lo di mana sih Lun. Jangan bikin kita khawatir dong Luna. Batin Orion. "Yaudah Mah, Rigel sama Bang Orion pulang dulu ya" ujar Rigel. "Iya Rigel, makasih yaa. Nanti Mama salamin ke Bia. Kasian Bia masih tidur" ujar Mama Bianca. "Iya Mah. Lagian Bia juga harus banyak istirahat Mah biar Bia cepet sembuh Mah" jawab Rigel. Rigel dan Orion pun meninggalkan rumah Bianca. "Bang, ke rumah Luna dulu ya bang. Tiba-tiba Igel kepikiran sama Luna bang" ujar Rigel. "Pulang dulu aja deh ya Gel. Baru nanti kita ke rumah Luna" ujar Orion. "Tapi bang... " timpal Rigel, namun di potong oleh Orion. "Kasian Mama udah khawatir Gel, kan kita ga pulang. Kamu ga mau kan Mama khawatir?" ujar Orion yang berhasil membuat Rigel menurut. Orion dan Rigel pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Mama Rigel langsung memeluk Rigel. "Kamu ga papa kan sayang, Mama khawatir banget sama kamu" ujar Mama Rigel. "Iya mah ga papa Mah, Igel kan ke rumah Bia Mah buat jagain Bia yang lagi sakit. Igel ga kenapa-napa kok. Mah Rigel ke rumah Luna ya boleh ya Mah? " ujar Rigel sembari  melihat ke arah Mamanya. Orion yang melihat itu langsung menggelengkan kepalanya ke arah Mamanya. Tanda bahwa Mamanya tidak boleh mengiyakan permintaan Rigel karena satu dan lain hal. Mamanya yang mengetahui itu pun langsung tidak membolehkan Rigel pergi ke rumah Lola. Mungkin Orion punya alasan yang logis kenapa ia tidak membolehkan Rigel pergi ke rumah Luna. Nanti Mamanya akan langsung menanyakan kepada Orion "Kamu kan baru aja pulang Gel. Nanti atau besok aja ya ke rumah Luna nya. Kamu kan juga butuh istirahat Gel" ujar Mama Rigel. "Tapi Mah" ujar Rigel ingin memohon lagi. "Gel, Mama sedih loh kalo kamu ga nurut sama Mama" ujar Mama Rigel yang seketika mampu membuat Rigel luluh. Rigek pun akhirnya menuruti permintaan Mamanya itu. "Ya udah deh Ma, lagian besok juga Rigel sama Luna  ketemu" ujar Rigel. Hal itu membuat Orion dan Mamanya pun bisa bernafas lega. Setelah itu Orion pergi ke kamarnya dan langsung menghubungi Genta untuk menanyakan mengenai Luna. Apakah Genta sudah menemukan Luna atau belum. To: Genta -Gimana Gen? Udah ketemu belum Luna?   Pesan dari Orion itu pun langsung di balas oleh Genta.   From: Genta -Belum bang   Membaca itu membuat Orion khawatir, namun karena tidak ingin membuat Genta kelelahan. Orion pun meminta Genta untuk pulang saja karena hari sudah hampir malam.   To: Genta -Yaudah Gen, balik aja ga papa. -Rigel udah aman -Besok juga ketemu di sekolah   Karena sudah mendengar jika Rigel aman, Genta pun pulang ke rumah. Na, di manapun lo berada saat ini, please tetep jaga diri lo ya Na. Batin Genta. Pagi harinya, Rigel dan Orion akan pergi ke sekolah. Rigel sangat semangat untuk bersekolah hari ini. "Semangat banget sekolah nya sayang" ujar Mamanya. "Iya dong Mah, kan nanti Bia berangkat. Bia usah sehat ehehhee" jawab Rigel. "Ah iya" ujar Mamanya sembari tersenyum lirih. Mamanya sebenarnya merasa kasihan dengan Luna, karena setelah Bianca datang, Luna menjadi di nomor duakan oleh Rigel dalam segala hal. "Ya udah mah kalo gitu Orion sama Rigel berangkat dulu ya" pamit Orion. Mereka pun berangkat menuju ke sekolah. "Bang mau kemana kok kayak bukan jalan ke sekolah?" tanya Rigel. "Jemput Luna dulu kan Gel" ujar Orion yang memang mengarahkan mobilnya ke arah rumah Luna. "Ga usah bang. Cepetan ke sekolah aja langsungan biar Rigel bisa cepet ketemu sama Bianca" ujar Rigel. "Gel, kan ga papa jemput Luna bentar. Lagian abang yakin Bianca belum dateng Gel" ujar Orion. "Ga usah bang, nanti juga Luna berangkat sendiri. Kita ketemuan di sekolah aja bang" ujar Rigel. "Iya deh Gel" jawab Orion. Mau tak mau Orion pun memutar balik mobilnya. Orion tidak ingin jika nanti mental illness milik Rigel kambuh secara tiba-tiba karena mood dan emosi nya tidak stabil. Na, maaf Na. Batin Orion di sela sela ia mengendarai mobilnya. Sementara itu Luna yang bangunnya agak kesiangan pun bertemu dengan Atlas di lift apartement. "Morning Luna" sapa Atlas. "Oh Hai, Morning too Atlas" jawab Luna. "Bangunnya kesiangan ya?" tanya Atlas. "Kok lo tau sih?" tanya Luna. "Keliatan dari bentukannya lo hari ini. Masa sepatunya dibawa hahahah" ujar Atlas. "Ya kan biar fleksibel nanti gua makenya pas di mobil" ujar Luna. "Astaga kunci. Mobil gua" ujar Luna yang baru teringat jika kunci mobilnya tertinggal di kamarnya. Padahal saat ini Luna dan Atlas sudah berada di basement. "Bentar ya Tlas, gua mau naik lagi mau ngambil kunci mobil" ujar Luna yang akan berbalik arah memasuki lift lagi, namun Atlas mencegahnya. "Ga usah Na, lo bareng gua aja hari ini. Ga faedah banget kalo lo naik turun lift cuman buat ngambil kunci mobil doang Na" ujar Atlas. "Tapi lo nanti telat lagi kalo nganterin gua dulu" ujar Luna. "Ga bakalan. Lo lupa sekolah gua kan masuk jam setengah 8" jawab Atlas. "Ya udah deh Tlas kalo gitu. Ayo caw berangkat ntar gua telat lagi" ujar Luna. Atlas pun memberikan helm kepada Luna. Setelah di rasa semuanya sudah siap. Mereka berdua pun berangkat. Di perjalanan menuju ke sekolah, mereka berdua pun mengobrol. Sampai, tak beberapa lama kemudian, Luna baru ingat dan menyadari sesuatu. Luna baru ingat jika SMA Atlas adalah musuh bebuyutan SMA nya, yaitu SMA BIRU JAYA. Luna pun menjadi panik dan meminta Atlas untuk menepi dan berhenti. "Tlasss nepi dulu Tlas nepi berhenti dulu penting ini" ujar Luna dengan muka sangat panik. Hal itu pun membuat Atlas menjadi ikut panik dan memutuskan untuk menuruti Luna. Atlas pun menepi di jalan yang tidak banyak orangnya. "Kenapa Na? Kenapa? Ada masalah atau gimana?" tanya Atlas dengan khawatir. "Iya Tlas, ini masalah besar banget Tlas. Besarrrr bangetttt" ujar Luna yang masih duduk di jog belakang motor Atlas. "Iya Na masalah besarnya apa?" tanya Atlas penasaran sekaligus khawatir. "Lo ga usah anterin gua dah Tlas, bentar gua mau turun dulu" ujar Luna sembari bersiap-siap untuk turun dari motor Atlas Atlas pun bingung dengan Luna. Setelah Luna berada di sampingnya, Atlas pun bertanya kepada Luna. "Lah emang kenapa Na? Kenapa lo ga mau gua anter? Nangung lah udah hampir sampe ini" ujar Atlas. "Tlasss lo mau nyari mati ya Tlasss. Gua masih mau temenan sama lo Tlas, belum mau lo mati Tlas" jawab Luna dengan gemas. "Maksudnya apan sih Na gua kok kaga paham sih" jawab Atlas dengan dahi mengkerut. "SMA lo sama SMA gua kan musuh bebuyutan Tlas, dan lo mau nganterin gua ke SMA gua? Gila aja kali? Lo nyari mati Tlas. Tar kalo lo kenapa-napa gimana dong Tlas" ujar Luna dengan khawatir. Namun Atlas malah melakukan hal yang lain, ia malah tertawa sangat kencang. "Hahahahhahahahha.... Hahhahha... Aduh Na lo kocak banget deh" ujar Atlas. "Loh Tlas, kok kocak sih. Gua ini kan ga mau lo ntar di gebukin sama anak-anak Biru Jaya. Kok lo malah ketawa ini bukan candaan Tlas" ujar Luna. "Gini ya Tuan Puteri Luna. Yang pertama nih ya, seragam kita sama paling badge nya aja kan yang beda, tapi yang kedua, gua sekarang pakek jaket Na jadi ga bakalan keliatan badge gua. Nah yang ketiga, lo ga liat ini helm gua fullface gini. Ga bakalan ada yang ngenalin Na. Nah yang terakhir nih Na, mending lo naik ke motor gua karena sekarang udah  hampir masuk sekolah lo. Lo mau telat Na?" tanya Atlas. Luna pun menjadi sadar, apa yang di katakan oleh Atlas memang benar adanya. "Anjirr, gua kenapa gblok banget gini sih. Gassss Tlas, ayo kita berangkat ke sekolah gua. Gua udah mau telatttttt" ujar Luna. "Ya gimana mau berangkat Na, lo aja belum naik ke jog belakang motor gua Na. Atau lo bener-bener mau gua tinggal nih Na?" tanya Atlas "Eh jangan dong. Ntar gua telat beneran Tlas" ujar Luna. "Ya udah gih, cepetan naik ke motor gua" jawab Atlas. Luna pun naik ke motor Atlas. Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju ke SMA BIRU JAYA. Tak beberapa lama kemudian, mereka pun sampai juga di SMA BIRU JAYA yang merupakan sekolah Luna. Di SMA BIRU JAYA, terlihat Rigel sedang menggandeng Bianca menuju ke kelas. Hal itu tentunya membuat semua memandang ke arah mereka berdua. Namun tak beberapa lama kemudian suara motor yang berhenti di depan gerbang SMA BIRU JAYA membuat seluruh mata memandang ke arah motor itu termasuk Rigel, Bianca, Orion, dan Genta. Penumpang yang ada di motor tersebut turun dan membuka helmnya. Betapa terkejutnya mereka ketika mengetahui bahwa penumpang motor itu adalah Luna yang tak lain adalah pacar dari Rigel. Sontak semuanya membicarakan keduanya, ada yang bilang jika mereka sudah berjalan masing-masing alias sudah putus. Namun semua itu terbantahkan ketika Rigel menyerahkan Bianca ke Genta untuk di bawa ke kelas. Setelah melihat Genta membawa Bianca, Rigel langsung mendekati Luna dan pengendara motor tersebut. "Siapa lo? Berani anterin cewek gua" ujar Rigel sembari mendorong tubuh pengendara tersebut yang membuat pengendara itu sedikit oleng. "Astaga Atlas" ujar Luna sembari memegangi Luna. "Na, kamu ngapain nolongin dia" bentak Rigel kepada Luna. "Lagian kenapa sih Gel kamu tuh" ujar Luna sembari melihat ke arah Rigel. "Kamu bilang kenapa? Kamu berangkat sama cowok lain. Kamu itu pacarku Na" ujar Rigel. "Kalo Luna pacar lo, kenapa dia bisa berangkat bareng gua? Kenapa ga lo jemput?" tanya Atlas sembari menatap tajam Rigel. "Bukan urusan lo" ujar Rigel. "Gel, udah lagian juga kamu kan yang bilang kalo ga usah jemput Luna. Kalo dia d ianterin sama cowok lain ya kamu harus nerima dong" ujar Orion. "Abang kok belain dia" ujar Rigel. "Tuh kan? Salah gitu kalo aku di anter sama Atlas. Dia bisa jaga aku. Sementara pacar aku? Malah ga mau jemput dan di sekolah malah mesra-mesraan sama cewek lain" ujar Luna. "Na, kamu paham kan, Bia itu bukan orang lain buat aku. Dan Bia lagi sakit makanya aku lebih perhatian sama dia" ujar Rigel. "Okay kamu lebih perhatian sama dia aku ga masalah Gel. Yang jadi masalah tuh kamu, aku di anter sama cowok lain biar aku lebih aman ke sekolah kamu marah. Tapi kamu juga ga mau jemput" ujar Luna. "Terserah lah Na, aku capek. Mending tadi aku nganterin Bianca sampai ke kelas daripada disini cuman makan ati" ujar Rigel yang langsung meninggalkan Luna, Orion, dan Atlas. Namun tak lama kemudian Atlas pergi dengan meminta maaf sebelumnya. "Hahahah sorry ya Tlas, lo jadi tau hidup gua deh. Maaf ya udah bikin lo ikut campur sama urusan gua" ujar Luna. "Na, you not okay. I know" ujar Atlas sembari menatap Luna. "Ya" jawab Luna singkat. Pertengkaran antara Luna dan Rigel tadi tebtunya dilihat oleh semua siswa yang akan masuk dan masih di koridor sekolah. "Tlas... gua... " ujar Luna tadi tidak kuasa melanjutkannya lagi. Air mata Luna mengalir dengan deras, seperti menceritakan bahwa hatinya saat ini sedang sakit-sakitnya. "Lo mau masuk atau gimana?" tanya Atlas. "Gua ga bisa Tlas, gua mau jalan-jalan aja" ujar Luna. "Kalo gitu hari ini gua bakalan temenin lo lagi. Gua bakalan sama lo. Sini pakek helm lagi" ujar Atlas yang langsung memakai kan helm. Kemudian mereka berdua pergi meninggalkan SMA BIRU JAYA, dengan beberapa siswa yang melihatnya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD