Anna tidak tahu harus seperti apa ketika Dana sudah berjalan semakin mendekat. Tubuhnya mendadak kaku dan terpaku. Rasa benci dalam hatinya langsung menguap, memenuhi ruangan dan terasa menyesakkan.
Dendam seperti bersatu-padu mengoyak jantungnya. Marah dan kecewa silih berganti menghantam jiwanya. Segala emosi terasa meluluh lantahkan dirinya. Batinnya benar-benar terperangkap oleh sesuatu yang kelam di dalam dirinya sendiri.
“Kak.” Suara Nia sayup-sayup masuk ke dalam pendengarannya. Terasa sangat jauh hingga hanya terdengar seperti angin lalu.
“Kak.” Sekali lagi Anna bisa mendengar suara mamanya.
“Kak.” Kali ini Anna tersentak, oleh tangan lembut Nia yang menggucang pelan bahunya.
“Kamu nggak papa?” ada kekhawatiran dalam suara Nia. P
