One More Run Away

1192 Words
        Setelah menghabiskan waktunya untuk memutar kembali kilasan masa lalu, Anna berdiam diri di bawah shower, membiarkan tubuhnya disiram air dingin sementara kepalanya sibuk berpikir. Hampir satu setengah jam kemudian ia mengakhiri sesi menyiksa tubuhnya dengan air dingin. Tubuhnya sudah gemetar kedinginan, bibirnya bahkan membiru karena dingin, tapi Anna seolah tidak peduli, karena meskipun dia tidak ada jam praktek pagi, Anna melesak menuju Brian’s Hospital setelah memesan taxi online dari salah satu aplikasi handphone-nya.         Seolah menikmati menyiksa tubuhnya dengan hawa dingin, Anna hanya sedikit menggertakkan giginya ketika udara subuh langsung menghantam tubuhnya yang tidak dibalut baju tebal dan hangat. Anna berjalan tenang menuju pintu rumah sakit, kemudian sensasi dingin dari pendingin ruangan juga langsung menyerbu tubuhnya. Kulitnya yang sejak tadi sudah dingin menjadi semakin dingin, terasa kaku seolah beku.         Beberapa orang yang bertugas malam menyapanya ketika bersemuka, dua tiga orang bertanya, selebihnya hanya menganggukkan kepala. Anna berjalan lurus, terlihat yakin dengan arah yang ingin ia tuju.         Tiga jam berikutnya, Anna menemukan Rosa, sekretaris Brian menatapnya bingung. Perempuan tinggi semampai itu terlihat sekali ingin bertanya, tetapi urung dan lebih memilih menyapanya secara profesional.         “Selamat pagi, dr. Anna.”         “Selamat pagi, Rosa.” Anna juga menyahut secara profesional. “Jam berapa Pak Brian masuk?”         “Apakah dokter ada janji untuk bertemu?” tanya Rosa sembari ia meletakkan tasnya di atas meja,  dahinya mengernyit bingung, mungkin merasa aneh karena Anna tidak pernah meminta Rossa untuk membuat janji temu dengan Brian. “Karena beliau ada meeting di luar pagi ini, kemungkinan beliau datang ke sini adalah nanti siang, paling tidak hanya untuk makan siang dengan isterinya, karena setelah itu beliau kembali melakukan pertemuan di luar.”         Anna memijit pelipisnya, nanti siang sampai malam jadwalnya sangat padat. Ada tiga oprasi yang harus ia lakukan hari ini.         “Apa pertemuan ini sangat penting?”         Rosa mengernyitkan dahinya, matanya menatap Anna penuh tanda tanya. Anna mengerti, seharusnya ia tidak bertanya karena jika seorang bos melakukan meeting di luar, setidak penting apapun bagi banyak orang, pasti tidak demikian dengan si pimpinan.         “Apa anda memiliki keperluan yang mendesak, Dokter?”         “Bisa tolong sampaikan kepadanya kalau saya ingin bertemu?”         Sepertinya jadwal Brian juga sangat padat, terlihat dari ekspresi Rosa ketika menjawabnya, “Baiklah, sepertinya saya bisa menjadwal ulang kegiatannya.”         “Saya ingin bertemu dengannya di jam makan siang, sebelum saya melakukan operasi.”         Rosa sekali lagi terlihat enggan, tetapi ia tetap menyahut menyanggupi, “Saya akan memberitahukannya.”         “Terima kasih, Rosa.”         “Sama-sama, Dokter.” *         “Apa maksudmu, Anna?”         “Saya ingin mengundurkan diri,” jawab Anna lugas.         Brian terdiam sejenak, lantas ia bertanya hati-hati, “Apa terjadi sesuatu?”         “Iya.” Anna menjawab dalam hati. Kehadiran Natasha dan permintaan gadis itu merupakan dua hal yang telah terjadi padanya. Membuat Anna tidak punya pilihan lain kecuali kembali melarikan diri.         Ya, Dia mengakui bahwa bertahun-tahun yang lalu perkataan Natasha adalah suatu kebenaran. Sejak papanya kembali ke rumah, pergi dan melarikan diri adalah hal yang terus-menerus berkeliaran di kepalanya.         Menjauh lalu hilang adalah hal yang sangat ia inginkan. Rasanya menghirup udara yang sama dengan dia yang memberi luka terasa sangat menyiksa. Setidaknya jika Tuhan belum sudinya menjemputnya, beda benua terdengar sempurna jika mereka tidak bisa beda dunia.         “Anna?” Brian kembali bersuara, mengembalikan Anna kepada dunia yang ia pijak.         “Iya.”         “Masalah pribadi atau pekerjaan?”         Sebenarnya Anna risih ketika seseorang bertanya terlalu banyak kepadanya. Tetapi di sini, ia memerlukan Brian. Bukan apa-apa, kalau ia mengundurkan diri dengan mengikuti prosedur yang berlaku di Brian’s Hospital, kemungkinan tercepat ia bisa keluar dari Negara ini adalah satu tahun lagi. Dalam waktu satu tahun, Anna tidak yakin apa saja yang bisa dilakukan Natasha. Gadis itu bukan lagi remaja yang serba takut ketika ingin bertindak, Natasha sudah dewasa dan pemikirannya jauh lebih matang. Jadi, sebelum semuanya terlambat, menghadap Brian langsung seperti ini akan sangat menguntungkannya.         “Masalah pribadi yang tidak bisa saya sampaikan secara gamblang.”         Brian menatapnya lekat, “Berikan jawaban yang logis, Anna.”         “Itu adalah jawaban yang paling logis yang bisa saya berikan.”         Brian menaikkan sebelah alisnya, sikapnya terlihat sekali mengejek Anna, "Kau tahu bagaimana ...."         "Oleh karena itu saya menemui anda, percepat proses pengunduran diri saya, Sir.”         Brian terkekeh, "Sebenarnya aku mau bilang, kalau kau menulis surat pengunduran diri, kau harus memberikan alasan yang bisa diterima oleh perushaan. Lagi pula perjanjian masa kerjamu belum selesai, kau pasti tahu kebijakan perusahaan. Jadi, anggaplah aku berbaik hati, karena sepertinya ada keadaan mendesak yang mengharuskanmu untuk keluar. Maka aku minta alasan yang jelas sebagai ucapan terima kasih.”         "Brian, tolong." Anna hampir menjerit ketika mengucapkan ini.          Sementara di depannya, Brian termanggu, entah mengapa rasanya sahabat dari perempuan yang ia cintai setengah mati itu terlihat seperti ingin melepaskan diri. Sejak dihubungi oleh Rosa tadi pagi, Brian sudah bertanya-tanya tentang apa semua ini.          "Bagaimana aku harus menuliskan surat rekomendasi untukmu?" tanya Brian akhirnya.         "Tidak perlu, terima kasih.         "Anna, ini bentuk toleransiku. Paling tidak, aku tidak terlalu kecewa karena kau tidak berterus terang mengenai alasan mengundurkan dirimu."         "Internasional. "         Brian menatap Anna. “Ya?”          "Maksudku, kalau kau tidak keberatan, tolong rekomendasikan aku ke luar negeri. Jerman akan lebih baik, setidaknya aku pernah tinggal di sana."         "Baiklah."         "Terima kasih, Brian." *         "Ada apa?" Kate bertanya heran setelah Anna memasuki Lounge .         Anna bergeming, dahinya sedikit mengernyit. “Ada apa?” Anna bertanya balik, “Apa maksudmu dengan ada apa?”         Kate menggeleng, “Beberapa hari ini kamu selalu bolak-balik ruangan Brian. Lalu,  setelahnya wajah kamu terlihat enggak ada semangat sama sekali. Apakah terjadi sesuatu?"         "Lo keluar masuk ruangan Brian?" Jessi bertanya histeris,  "Sejak kapan?  Ada urusan apa?" tanya gadis itu beruntun.          "Aku tidak menggoda Brian, kalau itu yang kau takutkan." Anna membalas datar, membuat Jessi bungkam, lalu tersenyum canggung.          "Gue cuma nanya, enggak menuduh lo ngegodain dia."         Kate hanya mendengus,  kemudian ia kembali beralih ke Anna. "Jadi?"         "Hanya urusan pekerjaan."         Melihat keengganan Anna untuk membahasnya, mereka memilih acuh dan kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Namun pertanyaan Abel membuat semuanya kembali menoleh ke Anna.          "Suami Jessi nyiksa lo,  ya? Kok,  kayaknya tugas lo banyak banget belakangan ini,  operasi lo selalu penuh. Bahkan kemarin operasi yang seharusnya minggu depan lo majuin jadwalnya."         "Untuk manusia yang hanya mementingkan isi lambungnya,  kamu terlalu jeli memperhatikan."         "Abel benar,  kamu terlalu menforsir pekerjaan belakangan ini." Kate menimpali.  "Ann,  ...."         "Aku tidak apa-apa, terima kasih sudah mengkhawatirkan aku,  seharusnya kalian bersiap-siap,  pasien yang akan dioperasi sudah memasuki ruangan," kata Anna sambil mengedikkan layar LCD yang menampilkan data pasien Brian's Operations. *         “Aku sedang mengusahakannya, Anna.” Brian berkata tanpa melirik Anna.          "Ini sudah hampir satu bulan sejak aku meminta tolong kepadamu."         Brian mengalihkan fokusnya kepada Anna. “Aku mengerti, tetapi aku meminta kesabaranmu. Lagi pula Brian's Operation sedang banyak pasien.  Kau juga harus menyelesaikan pekerjaanmu yang masih ada. Setidaknya bertahanlah hingga aku bisa menemukan penggantimu.”         Anna menghela napas, “Tolong dalam waktu satu minggu lagi, Brian. Aku tidak bisa lebih lama lagi dari itu. Semua pekerjaanku akan selesai dalam satu minggu, selanjutnya aku sudah memindahkan semua pasienku ke dokter lain yang bertanggung jawab di Brian’s Operation.”         “Baiklah.”     *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD