Love, Ego and Destiny

1411 Words

Verga membuka pintu dan menggandeng tangan Barack yang berkeringat. "Apa kamu gugup?" tanya Verga setengah berbisik karena dia tahu, Papa dan Mama sedang menunggu di ruang tengah. Barack menarik napas perlahan dan membuangnya dengan cepat. "Sayang, bagaimana kalau aku kemari besok saja? Aku akan menyiapkan diri." "Hei! Apa kamu laki-laki?" Verga menekan suaranya dalam-dalam. "Tentu! Tulen dan perkasa! Tapi, sekarang. Jadi pria tulen saja tidak cukup." Barack memberi alasan yang tak masuk akal. Padahal, yang sebenarnya dia sangat takut. Ini lebih sulit ketimbang urusan bisnis dengan investor besar. "Kalau kamu tidak melamarku hari ini, tak ada lain kali!" Sungut Verga jengkel. Entah kesambet setan mana lelaki itu jadi pengecut. "Ehem!!" Papa berdehem karena tak sabar lagi mendengar b

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD