Prolog

259 Words
Edelwiss Lauorensa tidak pernah mengira ia akan terpilih untuk menjadi pemeran utama di drama yang akan ditampilkan sekolahnya. Gadis itu memang menyukai seni bermain peran, tapi untuk menjadi tokoh utama, ia tidak pernah membayangkannya. "Udah jangan tegang, gue tau lo bisa." Fino menepuk pundak Edel. Fino adalah cowok yang menjadi lawan main Edel nantinya. "Bukan gitu. Kan masih banyak yang lebih senior dari gue." Itu benar, banyak kakak kelas di sini. Entahlah kenapa Edel yang terpilih. "Tapi lo paling bagus daripada mereka." Edel menarik napasnya dalam. "Ya mau nolak juga percuma kan?" Fino terkekeh dan mengacak rambut Edel. "Yuk pulang." Edel meraih tasnya dan beranjak keluar. Tapi sebelumnya, ia mendengar teman-temannya bergosip. "Beneran Jane ngejar Elang? Tu bocah nggak malu apa ya. Cewek tapi ngejar-ngejar cowok kayak nggak laku aja." "Tapi gue akui Elang ganteng sih. Tipe-tipe bad boy yang banyak ditaksir cewek." "Lo naksir juga?" selidik seorang cewek kepada temannya. "Siapa yang nggak naksir Elang coba?" Mereka tergelak, sepertinya senang sekali membicarakannya. Selesai memakai sepatunya, Edel mendongak ke arah Fino. "Yang di maksud mereka siapa sih? Seterkenal itu ya? Kok gue nggak pernah tau ada nama Elang di sekolah ini?" Fino membulatkan matanya tidak percaya. "Lo nggak tau Elang?" Edel menggeleng polos. "Emang harus ya gue tau dia." "Itu Elang." Fino menunjuk seseorang dengan tas yang disampirkan di satu pundak sambil berjalan bersama dua orang temannya di koridor. "Pentolan sekolah yang suka buat onar." Edel hanya melihat belakang punggungnya. Ia tidak bisa melihat wajah Elang karena cowok itu membelakanginya. "Dari gayanya udah keliatan. Gue harap nggak berurusan sama cowok semacam dia selama sekolah di sini. Amit-amit ketemu bad boy." Edel mengelus lengannya membuat Fino terkekeh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD