Bagian 3

834 Words
Makan malam di pesisir Balikpapapan amatlah indah. Keana duduk di samping Danu sedangkan karyawan lain duduk sendiri di tempat lain. "Kenapa gak duduk di luar aja sama mereka." Kata Keana ke Danu lalu Danu menengok. "Nanti kehujanan, biarkan saja nanti mereka juga duduk disini." Jawab Danu santai. Mereka duduk di dalam ruangan sedangkan yang lain duduk di luar. Keana melihat kelima karyawannya nampak tertawa lepas sambil mengobrol rusuh di balik kaca transparan. Nazir mengangkat tangan ''Kalau kamu marah, sakiti saja aku tapi jangan hatiku, karena di situ ada kamu.'' Kata Nazir ke Rista. Sontak mereka tertawa dan Rista malu sekaligus kesal dengan lelaki yang berada di depannya. ''Gak kreatif amat sih loe, Nazir. Jijik." Kata Rista sambil menyilangkan kedua tangannya di d**a.  ''Aku kan cuma memperagakan aja yang lagi viral, Ris.'' Jawab Nazir yang tak terima. ''Buat tuh yang dari diri sendiri bukan copas dari orang lain.'' Ungkap Rista ''Oh, yang bisa aku buat dari diri sendiri itu adalah masa depan denganmu dan menghasilkan generasi kita.'' Gombal Nazir lagi. Nazir sedikit bersandar dan menyilangkan tangan di d**a sambil tersenyum mempesona. Wazir menampol kepala Nazir karena kesal, kesal membuat ia tertawa hingga mengompol ''Wadau.'' Ringis Nazir sambil menegak dan mengusap kepalanya. ''Loh...Mbak dirimu ngompol.'' Kata Kanza. "Nazir!!" pekik Wazir yang malu setengah mati. ''Mampus gue.'' Nazir bangkit dan pergi mendatangi Keana dan Danu. ❤❤❤❤ Makanan sudah terhidang sejam yang lalu dan itu semua sudah tandas di perut para karyawan apalagi Wazir yang kekenyangan hingga sulit untuk bangun. Keana tersenyum ia melipat kedua tangannya di meja sedangkan Danu berada di luar sedang mengangkat telp dari seseorang. Keana berdiri ia menghampiri suaminya dari belakang dan terdiam guna mendengar percakapan suaminya. ''Nanti, semua ada waktunya... aku akan berusaha, please...'' kara Danu memelas. Danu nampak terlihat frustasi ia memijit keningnya tak lama tangannya ia hempaskan dengan kuat. Hempasan itu tak sengaja terkena Keana di belakangnya hingga istrinya itu termundur. "Duh...'' ringisnya. Danu langsung melebarkan matanya dan menutup telpon ''Sejak kapan dirimu disini?'' Tanya Danu sambil melihat Keana yang baik- baik saja. "Barusan saja.'' Jawab Keana sambil mengusap dadanya sebelah kiri. Dadanya tak sengaja terkena sikut Danu yang kokoh tadi. "Mereka ingin pulang dan kita jadi jemput Rayyan?'' Beritau Keana sekaligus bertanya. Ada yang janggal dari suaminya tapi ia belum tau apa. Danu mengangguk ia berjalan duluan meninggalkan Keana untuk bergabung dengan para karyawan. Inilah sifat Danu, kadang perhatian dan kadang cuek. Keana berjalan pelan ke sana dan duduk di samping Danu yang sedang memberikan kartu debit ke pelayan di sebuah buku untuk di membayar makanan. ''Kita pulang dulu ya Bu Keana dan Pak Danu, terima kasih traktirannya.'' Ujar Ela mewakilkan kelima karyawan yang sudah mulai lelah dan mengantuk karena kenyang. Danu mengangguk begitupun Keana. ''Sama- sama, hati- hati pulangnya ya...''ujar Keana yang bersiap juga pergi. Mereka semua mengangguk dan berpamitan. Setelah mereka pergi, Keana berdiri dan meninggalkan Danu yang sibuk sama pemikirannya sendiri. Malam telah hadir, angin dari pesisir pantai berhembus  membuat suasanya semakin indah. Danu ikut berdiri dan menyamakan langkahnya dengan Keana setelah mendapat debitnya kembali. "kamu kenapa?'' Tanya Danu. ''Tidak, lain kali tidak usah ikut kalau pusing sama kerjaan kaya tadi apalagi sampe marah gitu di telp.'' Kata Keana. Danu tersenyum ia memegang tangan istrinya. ''Karyawan lapangan tidak becus jadi aku marahi.'' Jawab Danu apa adanya. Keana tidak bergeming. Jelas- jelas itu bukan kata- kata yang pantas untuk memarahi seseorang. ''Kupikir kamu sedang memiliki janji dengan seorang wanita.'' Singgung Keana sambil masuk ke dalam mobil. Danu terdiam ia ikut masuk dan menutup pintu secara bersamaan. ''Jangan bicara seperti itu. Aku kerja demi kamu dan Rayyan... gak ada di pikiranku untuk menduakan istri secantik dirimu.'' Jawab Danu ia memasang sabuk pengamannya. Keana tidak menjawab ia hanya menatap jendela yang menembus lampu warna- warni caffe hijau. ''Gak usah jemput Rayyan, besok pagi saja baru menjemputnya... mamahku pasti sudah tidur jam segini.'' Kata Keana datar. Danu mengangguk ''Jadi kita pulang?'' Tanya Danu, padahal jam baru menunjukan pukul 20:11 malam. Keana mengangguk dan memilih untuk menutup matanya. ❤❤❤❤ Pajero hitam itu sudah terparkir di depan pagar. Danu turun dan membuka pagar rumah setelah itu ia masuk ke dalam mobil dan membawa mobilnya ke halaman. Setelah selesai ia mematikan mobil dan Keana turun tanpa menghiraukannya. Danu diam ia ikut turun dan menutup pagar. Keana membuka pintu dan menyalakan lampu teras dan ruang tengah juga dapur. Danu masuk ke kamar dan membuka pakaiannya dan segera masuk ke kamar mandi. Air dari keran menyala, Keana langsung masuk ke kamar dan mencari ponsel Danu, setelah dapat ia memeriksa panggilan terakhir. ''N'' Keana menahan kesal ia segera membuka pesan Wa belum sempat baca Danu keburu keluar membuat Keana terkaget. ''Balikin ponselku.'' Danu mengambil ponselnya dengan kasar dan menatap istrinya tajam. ''Siapa dia, dia memanggilmu sayang.'' Kata Keana, ia sempat menangkap satu kata sebelum hpnya diambil. Keana mengusap air matanya yang jatuh. Danu berbalik dan menghempaskan ponselnya sendiri, hal itu membuat Keana kaget. ''Dia bukan siapa- siapa Keana, aku sudah menghancurkan ponselku karena kamu.'' Jawab Danu ia kemudian pergi mengambil baju untuk di pakai. Perasaan Keana tidak enak, hawa- hawa yang ingin merebut suaminya sudah terasa. Rasa sakit sudah menjalar disetiap ruas- ruas hatinya bahkan sampai ke batin. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Berjuang atau membiarkan dirinya di bohongi oleh suaminya sendiri. ❤❤❤❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD