The Contract

2332 Words
Setelah Singapura dan Bandung, pekerjaan Giandra kali ini adalah di Jakarta. Abian Hadinata merupakan kliennya yang tidak memberikan fasilitas penjeputan bagi Giandra. Abian tidak seperti klien Giandra yang lain, yang menyuruh Giandra untuk naik jet pribadi ke luar negeri, atau dijemput oleh mobil mewah—tidak, Abian tidak melakukan itu semua. Abian menyuruh Giandra datang sendiri ke Detik Coffe dan Giandra meminta supirnya mengantarkannya ke café ini. Walaupun begitu, Abian sudah berani memberikan uang muka dengan nilai besar ke rekening Giandra. Begitu turun dari mobilnya, Giandra menatap bangunan café ini. Café dengan gaya retro yang dibangun seperti bangunan jaman Belanda bercampur dengan gaya café eropa yang modern. Detik Coffe dikelilingi oleh jendela kaca yang besar, membuat Giandra dapat melihat banyak anak muda yang sedang menghabiskan waktu di dalam café Bersama teman-teman mereka. “Serius dia ngajak ketemuan disini?” gumam Giandra sambil melangkah masuk. Pasalnya, banyak kliennya meminta agar bisa bertemu Giandra secara langsung di hotel. Kebanyakan klien Giandra sering tidak bisa menahan napsunya dan ingin segera menyetubuhi Giandra begitu bertemu dengannya. Lonceng diatas pintu Detik Coffe langsung berdenting begitu Giandra mendorongnya. Beberapa pasang mata secara reflex menatap kearah pintu masuk, menatap Giandra. Beberapa pasang mata sedetik kemudian beralih tak memperdulikan kehadirannya, namun beberapa pasang mata yang lain terpaku menatap Giandra barang untuk sepersekian detik. Wajah cantiknya dan tubuh indahnya memang tak bisa luput dari pandangan beberapa pria yang langsung berfantasi liar, dan beberapa wanita yang iri oleh wajah cantik serta tubuh indahnya. Hingga tatapan Giandra kini tak bisa beralih dari seorang lelaki yang berdiri di depan meja barista. Lelaki dengan kacamata yang langsung melepas apron baristanya dan melangkah mendekati Giandra begitu menyadari kehadirannya. Giandra juga melangkah mendekat, memberikan senyum andalannya ketika Abian Hadinata melangkah mendekatinya. “Giandra, ya?” sapa Abian sambil mengulurkan tangannya. Menyambut orang yang baru pertama kali ia temui dengan sopan. “Iya,” Giandra menyambut genggaman tangan Abian. Namun kemudian menarik Abian hingga Giandra dapat mengecup pipinya, kemudian berbisik. “Akhirnya kita bertemu juga ya, Mr. cute.” Sebenarnya Abian terkejut oleh kecupan tiba-tiba di pipinya yang membuat tubuhnya kaku untuk sejenak. Tapi kemudian Abian segera menguasai dirinya kembali agar tidak salah fokus dan tertawa kecil sambil balas memeluk sekilas pinggang Giandra. “Ayo, aku sudah tidak sabar.” Kata Abian, kata-kata yang sering Giandra dengar dari para kliennya. “Kita bisa melakukannya di ruanganku karena aku sudah tidak sabar.” Giandra hanya menganggukkan kepalanya, menuruti kata Abian. Walaupun ini akan jadi pengalaman pertama Giandra melakukan s*x di ruang kerja. *** Flashback, dua hari yang lalu… Kairav masih membawa kekesalannya dengan Deril—managernya walaupun ia kini sudah berada di apartemen Abian sebelum melakukan photoshoot. Ia masih kesal saja dengan Deril yang sangat mudah menyuruh Kairav putus dengan Raul dan membuat skandal dengan calon lawan mainnya di sebuah film. “Berantem sama Raul lagi?” tanya Abian yang sembari membaca sebuah email dari rekan kerja papanya. “Enggak.” Jawab Kairav singkat. Lalu melirik Abian yang masih sibuk dihadapan laptop sejak kedatangannya. “Lo sibuk apaansih, elah. Buatin gue makanan kek.” “Pesen aja, Gopud.” Jawab Abian singkat. “Lagian lo ngapain kesini? Biasanya kalau free sibuk pacaran sama Raul.” Hening untuk sesaat, sampai Kairav kembali menyeletuk. “Menurut lo… hubungan gue sama Raul gimana?” “Kok tanya gue, yang ngejalanin hubungan kan kalian.” Jawab Abian. “Ribet lo.” Kairav mencibir, hampir saja ia menendang meja Abian. “Lama-lama lo sama kaya Nic. Titisan setan.” “Eh, mulut!” Abian berdecak, kemudian menutup macbooknya dan melepas kacamatanya. “Sebentar lagi gue wisuda, habis wisuda gue bakalan coba magang di perusahaan temennya bokap.” Mendengar itu, Kairav langsung menahan diri untuk tidak menyemburkan tawanya. “Lo? Magang di perusahaan? Sejak kapan lo mau, Bi?!” “Sejak sekarang.” Kata Abian sambil mengetuk meja. “Udah gausah banyak bacot. Lo mau curhat apa?” Kairav mencibir untuk kesekian kalinya. Abian dan sifatnya yang tidak suka ditanya masalah pribadinya adalah hal yang paten. “Dari orang-orang terdekat gue, cuma lo yang fine-fine aja soal hubungan gue sama Raul.” Kairav lalu melanjutkan. “Nicholas, bahkan Deril benar-benar menentang banget hubungan gue sama Raul. Bahkan tadi Deril marah-marah karena udah banyak bukti foto soal hubungan gue sama Raul—” Kairav kembali banyak bercerita. Soal projek film terbarunya, soal karirnya yang akan menurun dan banyak menimbulkan kontra jika orang-orang tahu bahwa Kairav menjadi gay. Hingga soal Deril yang meminta Kairav menciptakan skandal dengan lawan mainnya untuk kesekian kali. “Gue nggak mau gimmic sama sesama artis. Terlalu berisiko.” “Resikonya?” tanya  Abian. “Lo tau lah, artis banyak banget dramanya. Belum lagi kalau tuh aktris baper sama gue.” Abian sontak menyemburkan tawanya begitu mendengar perkataan Kairav. “Oke, oke. Gue tahu kalau lo menganggap diri lo terlalu ganteng sampai bisa bikin banyak cewek klepek-klepek dan gampang baper.” “Emang ganteng.” Abian langsung memasang wajah datar nan malas mendengarnya. Kemudian ia bersedekap di depan d**a. “Tapi, omongan Deril bener juga, Kai. Kalau lo terus-terusan santai aja, hubungan lo dan Raul bisa terumbar. Orang-orang sih banyak yang udah tahu kalau Raul gay. Tapi lo? Bakal banyak perempuan yang ilfeel kalau tahu lo gay.” “Gue sih nggak perduli.” “Lo nggak perduli. Tapi lo harus perduli.” Ucap Abian serius. “Karir lo pasti memburuk karena kabar gay ini. Lo nggak mikirin gimana nasib Deril kalau lo jadi actor nggak laku? Atau, bagaimana agensi lo yang bakal mengalami banyak kerugian kalau actor emasnya ini terlibat skandal. Terus, lo mau nggak dapet duit lagi kalau lo ketahuan gay sama media? “Kai, lo terkenal dengan sosok manly yang bisa buat banyak cewek-cewek baper. Lo adalah kehaluan para wanita dan dengan skandal gay lo ini, lo bisa menghancurkan kebahagiaan mereka karena nge-fans sama lo.” Abian lalu meneguk segelas air mineral karena banyak bicara dan tenggorokannya terasa kering. “Kalau lo mau buat skandal tapi bukan sama artis Indonesia, gue bisa bantu.” “Sama artis Malaysia, gitu maksud lo?” tanya Kairav sewot. Abian menghela napas untuk kesekian kalinya, lalu tersenyum. “Udah, pokoknya lo tenang aja.” *** Berbagai fantasi liar Giandra soal bercinta dengan Abian sudah memenuhi pemikirannya semenjak Abian terus menggenggam tangannya menuju ke lantai dua, ruang kerjanya. Giandra membayangkan dirinya terbaring pasrah diatas meja kerjanya, sedangkan Abian menghujamnya dengan penuh napsu yang memburu. Atau, Giandra akan memimpin percintaan ketika Abian mengajaknya bercinta di sofa. Abian bisa duduk di sofa dan Giandra berada diatas tubuh Abian, menggerakan pinggulnya maju-mundur dan mengejar pelepasan bersama. Namun segala fantasi liar itu tertahan begitu pintu ruang kerja Detik Coffe terbuka, mulut Giandra hampir menganga ketika ia melihat Kairav Zachary—aktor terkenal idaman banyak wanita Indonesia, sedang duduk di satu dari deretan meja kerja disana dan menatap Abian yang menggandeng Giandra memasuki ruang kerja. “Sini, sini. Mari kita mulai berbincang.” Ucap Abian sambil mempersilahkan Giandra duduk di sofa yang ada di tengah-tengah ruangan. “Giandra mau minum apa? Biar aku pesenin di bawah.” “Eum—” Giandra mengalihkan tatapannya dari Kairav. Sial, lelaki yang kini melangkah kearahnya begitu tampan. “Vanilla latte?” “Oke!” Abian kemudian mengetikkan pesan untuk baristanya di bawah agar mengantarkan minuman Giandra ke ruang kerja. Setelah selesai mengetikkan pesan, ia menatap Kairav dan Giandra yang sudah duduk saling berhadapan. “Gimana, Kai, cantik nggak?” Kairav kemudian kembali menatap Giandra. Memperhatikan rambut panjang Giandra dan tubuh moleknya. Bahkan dalam sekali lihat, Kairav dapat menilai bahwa Giandra adalah wanita yang cantik. Tapi tetap saja, Kairav tidak akan jatuh cinta atau menyukai wanita lagi. Sedangkan Giandra, ia serasa mati kutu ditatapan dari ujung kepala hingga ujung kaki oleh Kairav Zachary. “Dia siapa?” tanya Kairav. “Nah!” Abian menjentikkan jarinya, lalu mengambil selebaran dari atas meja kerjanya dan duduk disamping Kairav. “Kai, ini Giandra. Giandra, ini Kairav Zachary.” Mereka berdua saling tatap, lalu mengangguk dengan kaku karena masih bingung dengan maksud Abian. “Jadi Giandra, Kairav ini—” Giandra mendesah kesal, memotong ucapan Abian. “Kamarnya dimana?” “Hah?” Abian dan Kairav tidak paham. “Kamu panggil aku dan bayar aku mahal agar kita bisa have a great s*x, bukan?” tanya Giandra yang membuat Abian langsung tersedak salivanya sendiri dan Kairav menatap kaget. “Atau kamu bayar aku mahal karena mau threesome?” “What the f**k?!” Kairav menampakkan ekspersi jijik. “Bi, lo apa-apaan sih ini!” “Tunggu-tunggu!” Kata Abian. Giandra kembali menyeletuk. “Harusnya kamu bilang dari awal kalau kita mau threesome. Bahkan aku bisa siapin s*x toys biar permainan kita lebih mantap lagi.” Kairav makin melebarkan matanya, ia langsung menarik Abian dan berbisik, “jangan bilang sama gue kalau cewek di depan gue ini adalah wanita panggilan.” Abian terdiam, menatap Giandra dengan pasrah. Kairav langsung lemas dan memijat dahinya. “Ini ada apa sih?” “Makannya kalian tenang dulu!” Kata Abian frustasi dan makin frustasi ketika pintu ruang kerjanya di ketuk, baristanya mengantarkan minuman untuk Giandra. Baru kemudian Abian melanjutkan. “Dan kamu, Giandra. Kita disini bukan untuk s*x atau threesome, terimakasih.” Giandra langsung menghela napas lega. “Untunglah. Aku tersiksa kalau threesome, sakit.” Kairav makin menatap dengan tatapan tak menyangka dan wajah Abian sampai memerah karena dia malu mendengarnya. “Kai, lo bilang kalau lo nggak mau bikin skandal dengan artis wanita Indonesia. Jadi, gue berinisiatif menciptakan skandal untuk lo dengan menggunakan,” Abian lalu menunjuk Giandra. “Giandra.” “Call girl?!” Kairav bahkan hampir berteriak. “Ini apa-apaan sih?!” protes Giandra. “Tunggu dulu!” Abian sampai ngos-ngosan dibuatnya. Ia lalu mengangsurkan kontrak ke tengah-tengah meja sehingga bisa dibaca oleh Kairav dan Giandra. “Giandra, emang kamu nggak mau rehat sebentar dari pekerjaan kamu ini?” Giandra terdiam, mengernyitkan alis menatap Abian dengan tidak paham. “Kalau aku rehat, dapat duit darimana aku?” Abian lalu mengetukkan tulisan angka Rp. 600.000.000 dan Giandra sontak menelan salivanya karena ini angka yang fantastis untuk kontrak selama enam bulan. “Rp.600.000.000 untuk jadi wanitanya Kairav.” Abian melirik Kairav dengan takut-takut, namun Kairav yang masih terdiam membuat Abian melanjutkan ucapannya. “Tanpa s*x, karena kamu tahu kan skandal gay Kairav?” Giandra lalu menatap Kairav dan memajukkan wajahnya. “Astaga, jadi beneran kamu gay? beneran kamu pacaran sama Raul yang beauty blogger itu?” Kairav langsung menyipitkan mata, menatap Giandra tidak suka karena mulut blak-blakannya. Sedangkan Abian rasanya ingin memukulkan kepalanya di dinding saja karena belum-belum sudah dibuat pusing oleh ucapan Giandra. Abian hanya takut Kairav akan marah dan tidak menyetujui ide ini. Menyadari dirinya salah bicara. Giandra lalu mengulum bibirnya dan menatap Abian. “Silahkan, lanjutkan lagi.” “Hehe, oke.” Abian lalu melirik Kairav yang wajahnya sudah dongkol. “Tugas kamu cuma akan beberapa kali bertemu Kairav. Kalian bisa cuma jalan-jalan di mall sambil pegangan tangan, atau makan di restoran, atau—” “Masuk ke hotel?” tanya Giandra. “Terlalu beresiko.” Kairav menyahuti dan Giandra langsung menutup mulutnya. Abian tersenyum maklum. “Kairav terkenal dengan sifatnya yang good boy walaupun wajah bad boy. Jadi, masuk ke hotel bersama wanita terlalu beresiko. Singkatnya, kamu akan Kairav kontrak sebagai pacar pura-pura Kairav sampai wajahmu akan banyak di berita atau gossip selebriti. Jadi, gimana Giandra?” “Aku nggak terlalu yakin kalau ini akan benar-benar menguntungkan aku atau Kairav.” Jawab Giandra yang membuat Abian dan Kairav menatapnya heran. “Beberapa kali aku melayani klien dari kalangan VIP. Entah itu pengusaha terkenal, atau artis terkenal, atlet terkenal, suami orang terkenal, pokoknya orang terkenal. Kalau aku jadi pacar Kairav, otomatis nama Kairav juga akan jelek. Karena orang-orang tahu kalau aku adalah seorang wanita panggilan dan artis seperti Kairav memacari wanita panggilan.” Hening untuk sesaat, baik Kairav maupun Abian membenarkan juga ucapan Giandra. Namun kemudian Kairav menimpali. “Orang-orang terkenal kan klienmu?” tanya Kairav dan Giandra mengangguk. “Kemungkinannya kecil kalau mereka akan membocorkan identitasmu. Mereka tahu darimana kalau kamu wanita panggilan? Mereka nggak akan tahu, kecuali… mereka pernah memakai kamu.” Abian langsung tertawa dan menepuk kepala Kairav. “Tumben pinter!” Kairav mendesis, kesal karena rambutnya jadi acak-acakan karena Abian. “Kairav benar juga. Bisa habis mereka para orang-orang terkenal kalau tahu bahwa mereka memakai wanita panggilan untuk memuaskan napsunya, apalagi para suami-suami orang.” Jeda sejenak, Abian lalu melanjutkan. “Lagipula, kalau itu terjadi, kamu cukup membuat klarifikasi kalau memang dulu kamu adalah wanita panggilan. Tapi semenjak dengan Kairav, kamu sudah berhenti. Di kontrak ini, kamu tidak boleh melayani klienmu selama kontrak berlangsung. Bagaimana?” Giandra mengambil kertas itu dan membacanya dengan seksama. “Pembayaran ditanggung oleh Kairav Zachary, kan?” “Apa?!” Kairav langsung menarik kertas itu dari tangan Giandra. “Enam ratus juta?! Bi, lo yang bikin kontrak ini!” Abian meringis dan segera berdiri. “Keperluannya buat siapa?” “Jadi, siapa nih yang mau bayar jasaku?” tanya Giandra memastikan. “Dia!” Abian menunjuk Kairav, lalu segera berlari membuka pintu. “Gue mau pergi dulu, ya! Ada urusan! Byeee!” Giandra mengerjapkan matanya, bingung karena Abian. Lalu ketika ia kembali menghadap Kairav, ia sudah melihat Kairav yang membubuhkan tanda tangan diatas materia. Lalu memutar kertasnya dan mendorongnya kearah Giandra. “Abian emang berengsek.” Dengus Kairav. “Aku yang bayar.” “Pembayaran tunai?” Kairav menaikkan pandangannya dan mengangkat salah satu alisnya. “Mau?” Giandra mengangguk ragu. “Emang bisa kalau sekarang?” Kairav lalu mengeluarkan ponselnya. “Nomor rekening?” “Ini beneran?!” Astaga, Giandra rasanya mendapatkan rejeki nomplok. Kairav menatapnya malas. “Mau duit atau enggak?” “Hehehe, mau-mau!” Giandra lalu menyebutkan nomor rekeningnya dan beberapa saat kemudian ia menahan teriakannya karena ada saldo masuk sebesar enam ratus juta secara bersih dan cepat ke rekeningnya. “Tanda tangan kalau gitu.” Suruh Kairav dan Giandra segera menandatangani kontraknya. Selagi Giandra menandatangani kontraknya, tanpa ia sadar kini Kairav sedang memperhatikannya. Kairav masih tidak menyangka ia mengeluarkan enam ratus juta hanya untuk menghabiskan waktu selama enam bulan dengan seorang wanita asing. Kairav Zachary, mengeluarkan uang banyak untuk menyewa jasa wanita panggilan tanpa s*x. “Jadi, kapan kita mulai skandal kita?” tanya Giandra dan Kairav hanya mengedikkan bahunya. “Mana ponsel kamu?” “Buat apa?” “Udah mana, siniin.” Kairav lalu memberikan ponselnya pada Giandra. Giandra tersenyum menerima ponsel itu. Ia lalu membuka kamera Kairav dan melangkah mendekati Kairav yang masih duduk santai menatapnya. Hingga tanpa di duga-duga, Giandra duduk di pangkuannya, menghadap wajah Kairav sambil memeluk Kairav seperti bayi koala yang menempel pada ibunya. Belum sempat keterkejutan Kairav reda, diri Kairav langsung tersentak ketika Giandra tanpa permisi menempelkan bibirnya pada bibir Kairav. Kairav memejamkan matanya dengan cepat, merasakan bibir lembut dan manis Giandra yang menempel pada bibirnya, mengecup lembut dan membuat Kairav mengingat ciuman lamanya dengan seorang wanita masa lalunya. Giandra mengecup lembut bibir Kairav, lalu melepaskan ciuman bibir mereka dan menatap Kairav dengan sorot mata teduh. Perlahan, kelopak mata Kairav kembali terbuka. Membuat Giandra dibuat terpukau oleh tatapan mata Kairav yang seolah membuai-nya. Bibir Kairav terbuka, hendak mengeluarkan protes. Namun Giandra menempelkan telunjuknya pada bibir Kairav dan mulai mengotak-atik foto Kairav. Hingga tak beberapa lama kemudian, terdengar dentingan notifikasi ** dari ponsel Kairav. Kairav segera menarik ponselnya dari Giandra dan matanya terbelalak ketika melihat Giandra memposting foto ciumannya dengan Kairav barusan. “Apa-apaan ini?!” Kairav membentak keras. Namun suara pintu ruang kerja yang dibuka keras mengalahkan bentakan Kairav. Nicholas berdiri di ambang pintu, menatap pemandangan langka—kairav yang gay sedang memangku seorang wanita seksi. “Kai, lo udah nggak gay?!” Teriak Nicholas senang dan Kairav merasa drama kehidupannya akan segera dimulai. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD