Mimpi Nyata

1600 Words
Di sebuah rumah mewah bercat putih yang berada di Kawasan Nagoya, Batam. Tampak seorang anak berambut pendek berumur sekitar sepuluh tahun, menarik-narik baju putih mamanya yang berlutut di kaki seorang laki-laki yang duduk di samping seorang wanita berambut panjang. Wanita berambut panjang itu menatap dengan tatapan melecehkan mama dari gadis kecil itu sambil berkata sinis. “ Suamimu sudah tidak mencintai kamu. Dia sekarang sudah menikah denganku dan jadi milikku sepenuhnya. Dia telah membuangmu dan tidak mencintaimu lagi. Sekarang dia adalah suamiku yang sah, jadi kamu nggak usah mengemis-ngemis cinta suamimu lagi. Dia tidak mungkin kembali padamu. ” Tanpa memperdulikan perkataan wanita berambut panjang itu. Wanita berbaju putih tetap meratap dan memohon pada lelaki yang duduk di kursi. “ Pa.. Pulanglah Pa. Kembali lah pada keluargamu. Kami memerlukanmu. Aku dan Bianca tidak bisa hidup tanpamu. Aku tidak punya pekerjaan, Pa. mana mungkin aku bisa menghidupi Bianca. Aku tidak mungkin lagi balik ke Jakarta, Pa. Aku tidak punya ongkos lagi. Kami jauh-jauh naik kapal dari Jakarta ke Batam untuk mencarimu karena kamu sudah berbulan-bulan tidak mengirimi kami biaya hiduo. Setelah kami sampai di sini, mengapa kamu sampai hati mengusir kami demi wanita ini? Aku istrimu yang sah, Pa. “ Ratap wanita berbaju putih itu dengan air mata bercucuan. Lelaki itu dengan kasar menyepak kakinya ke arah wanita yang bersimpuh di depannya. Tendangan itu menyebabkan wanita dan gadis kecil itu jatuh terduduk. “ Aku bukan suamimu lagi. Seharusnya kamu tahu diri, kalau aku tidak mengirimi uang hidup lagi selama berbulan-bulan, itu tandanya aku sudah menarik diri menjadi suamimu. Kamu tidak perlu lagi datang ke sini. Kamu ini bebal ya? Sekarang kalian pergi dari rumah ini. Terserah kalian mau mati atau mau hidup. Kalian berdua bukan lagi tanggung jawabku.” Jeritnya bengis. Lalu wanita berambut panjang itu menjerit “ Keluar kalian dari rumahku, sebelum aku keluarkan anjing Herderku dari kendang untuk mengusir kalian!” “ Ma…mama.” Suara gadis kecil itu memanggil mamanya yang tampak bengong tak bisa berkata-kata. Mamanya terlalu lemah dan tak berdaya, dia hanya bisa bersimpuh dan memohon kepada suaminya untuk tidak meninggalkan mereka, tapi suaminya seperti mati rasa, bahkan tega mengusir mereka dengan kejam. “ Ma.. Mari kita pulang, sebelum anjingnya keluar. Ayo Ma….” Ajak gadis kecil itu ketakutan “ Bianca.. Mama harus memohon pada papa untuk menerima kita berdua, mama tidak sanggup menghidupi kita. Mama tidak bisa melakukan apa-apa. Bagaimana kita bisa hidup tanpa papa di kota yang asing ini? Kita mau tinggal di mana? ” Ratap mamanya putus asa. “ Dasar wanita tak berguna. Kamu ini wanita manja. Memang dulu kamu berasal dari keluarga kaya tapi keluargamu sekarang sudah bangkrut dan kamu tidak punya apa-apa. Aku tidak mau hidup bersama wanita tak berguna sepertimu lagi karena aku sudah menemukan Ellisa yang kaya dan sangat mencintaiku. Percuma kamu bersimpuh dan memohon, karena aku tidak akan pernah menerimamu kembali. Sekali lagi aku katakan, dengarkan baik-baik mulai hari ini. Aku Rustam Effendi bukan suamimu lagi. Aku menceraikanmu. Kita juga hanya kawin tanpa surat nikah, jadi kamu tidak pantas mengemis di sini. ” Lelaki itu berkata sambil memeluk wanita berambut panjang dan mencium pipinya. Air mata jatuh di pelupuk mata mama gadis kecil itu sedangkan mata gadis kecil itu menatap lelaki yang harusnya dia panggil papa itu dengan tatapan benci. Tidak ada suara yang dia keluarkan, hanya matanya bersorot tajam bagaikan api membara yang siap membumi hanguskan lelaki itu . Lalu gadis kecil itu berdiri. Membantu mamanya yang tetap bersimpuh di lantai , dia menarik tangan mamanya dan mengajaknya untuk keluar dari rumah putih itu. “ Bi… biarkan mama memohon sekali lagi,kepada papamu. Kita tidak ada tempat untuk pergi karena kita masih baru di kota ini. Mama uangnya juga sudah habis. Jadi biar kita mohon pada papamu agar kita bisa tinggal di sini, bukan sebagai istrinya tapi menjadi pembantu, mama rela, asal kamu ada tempat untuk berteduh, asal ada makan tiga hari sekali untuk kita” Wanita itu berkata dengan putus asa dan bersikeras untuk tidak beranjak meninggalkan rumah ini. “ Pa.. aku dan Bia jadi pembantu saja di sini. Tolong terima kami Pa…. Tolong terima aku, Nyonya.” Ratap mamanya menyerah. Biarlah dia menjadi pembantu di rumah suaminya dan wanita kaya ini. Biarlah dia tidak lagi memiliki seorang suami tapi dia dan anaknya mempunyai tempat berteduh. Ini adalah satu-satunya cara agar dia dan anaknya bisa hidup, di kota Batam, kota yang baru saja dia datangi untuk mencari suaminya. Tapi ternyata suaminya sudah berpaling darinya. Lelaki itu diam, memandangi wanita di sampingnya, tapi wanita itu mendelik marah. “ Jangan kau coba-coba menerima mereka. Aku bukan dinas sosial!” Jerit wanita itu tanpa belas kasihan. Lelaki itu lalu berdiri dan menyeret tubuh wanita itu keluar dari rumah mewah itu. Tapi si wanita terus memegang kaki pria itu sambil memohon “ Tolong Pa.. Aku benar-benar tak berdaya. Biarkan kami menjadi pembantu di rumah ini. Kami tidak ada tempat untuk pergi . Pa.” Sedikitpun tidak ada rasa belas kasihan dari lelaki ini,dia menyeret tubuh lunglai wanita itu sampai ke depan pintu. Gadis kecil yang berusaha membantu mamanya juga ikut terseret. Kini mereka berdua berada di depan pintu putih yang langsung di tutup dengan rapat. Mamanya masih belum mau beranjak. Dia berteriak sambil memukul-mukul pintu putih itu dengan tangannya yang lemah. “ Pa.. Pa.. Biarkan kami masuk. Aku tidak tahu harus ke mana. Pa, buka pintunya! ” Jeritnya putus asa. Tapi pintu putih itu tak bergeming. Gadis kecil itu hanya bisa menatap mamanya dengan binggung. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Yang dia tahu hanya satu kata, MARAH! Jauh-jauh mereka melakukan perjalanan dari Kota Jakarta untuk mencari papanya, hanya sia-sia belaka. Papanya sudah mempunyai keluarga baru dan tidak lagi menginginkan mereka sebagai keluarganya. “ Ma.. Ayo kita pergi dari sini.” Pinta gadis kecil itu dengan suara sangat lirih. “ Tapi kita harus ke mana?” Tanya mamanya dengan suara sedih. Mereka berdua terduduk lemas di teras karena tidak tahu harus ke mana, uang mereka tidak punya dan tujuan juga mereka tak ada. Mereka benar-benar buta tentang kota Batam ini. Belum sempat mereka bisa berpikir….. “ Gong… Gong…. Gong….” Suara gonggongan anjing terdengar dari arah belakang mereka. Gongongan anjing itu semakin dekat sampai tanpa sadar, Bianca menarik keras tangan mamanya dengan sekuat tenaganya. Mereka berlari terbirit-b***t keluar dari halaman rumah mewah itu. Mereka terus berlari dan berlari menjauh dari rumah itu, sampai mendekati emperan pertokoaan di Nagoya Hill. Langkah gadis kecil itu kemudian terhenti karena tidak mendengar derap langkah kaki mamanya yang tadi berlari di belakangnya. Dia berpaling, lalu menjerit….. “ MAMA…………..” Jeritan itu keluar dari mulut Bianca dewasa yang terbangun dari tidurnya dengan peluh yang membasahi sekujur tubuhnya. Mimpinya selalu sama setiap dia mempunyai beban di hatinya. Mimpi tentang masa lalunya yang ingin dia lupakan tapi dia tak bisa. Mimpi tentang seorang lelaki laknaat yang tidak pantas dia panggil ayahl. Mimpi yang selalu datang menghantui dirinya, bila hatinya sedang gundah. Mimpi yang 12 tahun ini selalu berulang setiap malam dan membuat tidur Bianca tak pernah lagi nyenyak. Lelaki setengah baya yang masih tampak gagah yang tidur di sampingnya ikut terbangun sambil bertanya “ Mimpi apa kamu, Bianca ? Kenapa menjerit?. Menyesal menyerahkan keperawananmu padaku? ” Tanyanya lembut. Mendengar perkataan lelaki setengah baya itu air mata Bianca menetes, dia mengigit bibirnya dan menggeleng kepalanya pelan. Hatinya sungguh perih, lebih perih hatinya dibandingkan rasa perih yang terjadi di bagian bawah tubuhnya, yang kemarin dimasuki oleh lelaki setengah baya ini untuk mencicipi kesuciannya. “ Jangan menangis! Tidak ada gadis perawan yang menangis dan mimpi buruk seperti kamu sehabis main denganku karena pundi-pundi uang mereka akan bertambah. Aku sudah mentransfer uang 100 juta ke rekening Madam Dee , mucikarimu. Harga itu harga tertinggi yang pernah aku berikan untuk keperawanan seorang gadis. Kamu harus bersyukur.” Katanya sambil berdiri dari tempat tidur di kamar hotel The Fullerton di Singapura. Dia berjalan menuju meja dan mengambil dompetnya. Lalu menyodorkan kartu kredit pada Bianca “ Besok, pakai kartu kredit ini untuk berbelanja baju di Orchard. Aku memerlukanmu menemaniku besok malam.” Katanya lagi. “ Tapi janjinya aku bekerja hanya 24 jam untuk menyerahkan keperawananku kepada Bapak . Besok pagi aku harus kembali ke Pulau Batam, Pak. Aku tidak bisa lagi menemani Bapak di sini.” “ Kenapa?” Tanya lelaki yang sudah berumur 50 tahun itu, tapi dia masih terlihat sangat gagah. Mungkin karena dia sudah mencicipi banyak perawan,supaya dia tidak menua. Bianca adalah salah satu perawan yang dia cicipi. “ Apa kamu tidak mau uang lagi? Aku bisa membayarmu, sesuai harga wanita panggilan kelas atas yang disediakan madam Dee. Bukankah tarif kalian sehari untuk panggilan ke Singapura sebesar 10 juta ?. Tidak mungkin aku membayarmu 100 juta lagi karena kamu sudah tidak perawan. Harga 100 juta itu adalah harga untuk membeli keperawananmu. ” Kata Lelaki itu tertawa pelan. “ Maaf, aku tidak bisa, Pak.” Kata Bianca lirih. “ Iya.. Aku tanya kenapa kamu tidak bisa? Apakah 10 juta kurang? Paling bisa kutambah 5 juta lagi menjadi 15 juta, untuk jasamu menemaniku besok. Aku suka penampilanmu. Kamu nampak cerdas, elegant dan sangat cantik. Kamu tidak sedikitpun bertampang genit dan kampungan seperti wanita penghibur lainnya, jadi aku tidak malu membawamu ke pesta kolega bisnisku yang akan diadakan juga di hotel ini besok malam . Makanya aku menyuruhmu membeli dress agar kamu menemaniku sehari lagi. Bisa ya? ” Pinta lelaki itu kini berjalan mendekati Bianca yang duduk di tempat tidur dan membelai kepalanya dengan lembut. Bianca tetap menggeleng. Dia menatap lelaki itu dan air matanya kembali bercucuran. Meluncur begitu saja dari matanya tanpa bisa dia tahan. Dan lelaki itu hanya bisa terus membelai-belai rambut Bianca dengan penuh kasih sayang. “ Ada apa denganmu, Bianca?” Tanyanya lirih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD