Bab 231 : "Libera Me, Domine!"

1496 Words
"Libera me, Domine!" kata mereka yang mengenakan mantel hitam berat, menyapu tanah putih. Semakin lama, teriakan mereka semakin keras dan semakin keras dan menggetarkan udara menjadi kengerian total. Dengan pencahayaan seadanya, Salem Salem Eliezer, Salem Yosafat, Salem Henokh, Izebel serta Hezron mengikuti mereka. Sampai di pemakaman kuno, orang-orang yang berteriak tadi membuka mantel bertudung mereka dan memperlihatkan jati diri sebenarnya. "Kamaal hai!" Salem Yosafat terkejut. Sepasang tanduk menyembul dari kepala mereka dan sepasang sayap mengembang dari balik punggung. Sebagian yang tidak membuka mantel, mengangkat tongkat yang mereka pegang tinggi-tinggi dan meraung-raung. Mereka bernyanyi, lebih tepatnya, mengerang... Libera Me, Domine! Libera Me, Domine! "Apa yang mereka lakukan?" bisik Izebel, wajahnya menggigil kedinginan. Ia, Hezron, dan para The Great Salem bersembunyi dibalik pohon elm yang meranggas. Semua menggeleng, tidak mengerti atas apa yang kaum Kronum itu perbuat. Namun sepakat bahwa itu adalah sesuatu yang buruk. Hal itu semakin nyata ketika seorang iblis, berdiri di gundukan tanah yang agak tinggi, lalu merentangkan sayapnya seperti burung merak. Seluruh kaum Kronum yang ada disitu berteriak, suara pecah di kegelapan, LIBERA ME, DOMINE! DE MORTE AETERNA! LIBERA ME......DOMINE! ***** Izebel mengingat-ingat, agaknya ia ingat dengan sosok hitam yang berdiri di gundukan tanah itu, yang disoraki dengan bangga oleh teman-temannya dengan bahasa yang tidak Izebel mengerti. Ya, ia terkejut. Ia adalah iblis yang waktu itu ia temui saat di Kapelarium Bazarjamher. "Amschel de'Angelo," bisik Salem Salem Eliezer. "Aku pernah menemuinya sekali dan dihadapanku ia bersumpah untuk patuh kepada Tuhan." "Demi Emirel Shofar!" Salem Henokh nyaris menjerit. "Apa itu semacam ritual atau penyembahan? Agama Tabliq Suci tidak pernah mengajarkan ini." "Aku pikir mereka telah menipumu," kata Hezron. Izebel menggenggam tangan suaminya, erat. Hezron menoleh, diam sebentar, dan kembali memperhatikan bangsa Kronum. Ia tidak berbicara apa-apa. "Salve me ab ora leonis," Salem Henokh berdoa. "Amin." Seketika kaki dan tangan mereka merasakan panas yang amat menusuk, seperti berada di dalam pelukan api, mereka kepanasan. Panas itu semakin terasa menjalar ke seluruh tubuh. Salem Yosafat, yang berada paling belakang diantara yang lain, merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya. Dengan gelisah, ia menengok dan matanya tercekat. Seorang iblis laki-laki, dengan elegan turun dari atas langit, tepat berhenti di belakang Salem Yosafat. Tanduknya runcing, sayapnya merentang lebar. Wajahnya dipenuhi riasan hitam dan kulitnya sepucat mayat. Iblis itu menyeringai sinis. "Lelira umah, tu si vicninu a more" katanya, penuh ancaman. Tapi Salem Yosafat tidak mengerti apa yang ia katakan. Yang lain ikut menoleh dan tercengang. Belum sempat mereka mengatakan apapun, sang iblis mencekik mereka dengan sayapnya dan melempar manusia-manusia itu ke hadapan Amschel de' Angelo. "Ada penyusup!" teriaknya menggelegar. "Kalian tidak punya kekuatan disini!" teriak Salem Salem Eliezer, setelah berusaha bangkit dan memberanikan diri menantang para Kronum. Tapi yang ditantang malah tertawa terbahak-bahak. Lagi, Amschel de' Angelo menghempas tubuh tua Salem Salem Eliezer ke udara, membentur pohon neem, mendarat kasar bersimbah darah di putihnya salju. "Ma dzalika khazalik. De drak oz nahnu de kraizjk lelira of em." perintah Amschel de' Angelo. Dalam sepersekian detik, dengan tongkat sihir yang dibawa oleh para penyihir, Salem Salem Eliezer, Salem Henokh, Salem Yosafat, dan Hezron, tersalib di pepohonan elm. Tersalib secara terbalik. "Biarkan dia," kata Amschel waktu Izebel mendapat giliran. "Aku ingin bermain-main dengan gadis cantik ini." Dan seluruh bangsa Kronum tertawa melecehkan Izebel. Mereka mengangkat tangan ke atas, menunjuk-nunjuk langit hitam dengan bangga, "Kegelapan! kegelapan!" mereka terbahak-bahak. ***** Salju turun perlahan, Izebel merasakan jari jemarinya mulai mengeras dan mati rasa. Ia terbaring di hamparan salju, di hadapan para Kronum, di kaki Amschel de' Angelo. Ia merintih ketika kaki iblis itu menginjak punggungnya. "Jangan ganggu dia!" jerit Hezron. Sebuah kilat dari tongkat sihir tiba-tiba menimpa wajahnya, Hezron memuncratkan darah. Bangsa Kronum tertawa melengking. "Fools! Fools!" seru sang Iblis. Terdengar sebuah ledakan. "Raja Moloch!" Amschel de' Angelo berteriak menyebut nama sang pemimpin berkali-kali. Tak lama, para Kronum bergerak membentuk lingkaran besar yang mengelilingi Amschel de'Angelo dan Izebel di atas gundukan salju. Dua dari kelompok lingkaran itu maju membopong pilar dengan kobaran api di atasnya. Mereka meletakkan pilar itu di depan Amschel de' Angelo, di dekat Izebel terbaring. "Fools! Fools!" seru sang Iblis sambil mencipratkan bara api ke tubuh Izebel. Gadis itu menjerit kesakitan. Para The Great Salem dan Hezron berteriak marah. Kilat-kilat dari tongkat sihir segera mengenai mereka dan menumpahkan darah yang sangat banyak dari tubuhnya. Tawa melengking lagi. Sepasukan vampire datang dengan mulut berlumuran darah dan membawa mayat-mayat. Izebel menoleh dan menyadari bahwa mayat-mayat itu adalah para pelayan di rumahnya. Ia berteriak dan menjerit, memperingatkan bangsa Kronum bahwa mereka telah melakukan perbuatan keji dan mereka akan hancur lebur di neraka. "Hahahahahahaha!" Amschel de'Angelo berkacak pinggang. Ia menendang Izebel, menarik kain penutup kepalanya, menarik rambutnya, dan menghempaskannya seperti sebuah kotoran. "Kalian memerintahkan kami untuk percaya akan adanya Tuhan bukan? Tentu saja kami percaya!" Dan sang Iblis mendesis, "Tapi kami hanya tidak akan pernah menyembahnya!" Para Kronum terbahak-bahak. "Demi Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, aku bersumpah kalian akan dijebloskan ke neraka dan Tuhan akan menghukum kalian dengan seberat-beratnya hukuman," seru Salem Salem Eliezer. Kilatan cahaya dari tongkat sihir hendak menimpanya lagi, tapi Amschel de' Angelo memberi isyarat jangan. "Mereka ingin berdebat dengan kita," seru Amschel. Ia memandangi kaumnya lalu bersama-sama mereka tersenyum sinis. "Biarkan aku menjelaskan sedikit tentang Tuhan," seseorang dari barisan para iblis maju ke tengah-tengah lingkaran, sebut saja Marilion. "Tuhan adalah Sang Maha Pencipta. Dia adalah Sang Maha Tahu dan Maha Kuasa, benar bukan?" "Dia menciptakan kalian, para manusia, dan menciptakan kami, para iblis, benar bukan?" Sang iblis terkikik. "Mari kita pertanyakan logikanya, Dia menciptakan kita semua. Dia mengatur segalanya, kebaikan-keburukan, kebenaran-kesalahan, Dia tahu dan Dia mengatur-Nya. Dan lalu apa yang terjadi? Apa yang Dia lakukan? DEMI TUHAN, DIA HANYA TERTAWA TERBAHAK-BAHAK DI KURSI KERAJAANNYA! DIA MENYALAHKAN DAN MENGHUKUM MAKHLUK CIPTAANNYA PADAHAL DIA YANG MENCIPTAKAN DAN MENGATUR KESALAHAN ITU! DAN KAU BERDOA MEMOHON AMPUN PADANYA ATAS KESALAHAN YANG DIA BUAT?! GILA! DIA ADALAH SESUATU PALING GILA YANG PERNAH ADA! DIA JAHAT! DIA SADIS! DIA EGOIS! DAN KALIAN PIKIR KAMI AKAN MENYEMBAH TUHAN SEPERTI ITU? TIDAK AKAN!!!" Riuh gemuruh bangsa Kronum bertepuk tangan. Lengkingan tawa mengudara. Izebel, Hezron dan Para The Great Salem menitikkan air mata. "Kalian akan mati akibat kebodohan kalian." "Bawa mereka kemari. Malam ini kita akan merayakan kebodohan mereka." "Bodoh! Bodoh!"  "Apa?" Amschel de' Angelo menuding Izebel. "Kau ingin bilang kami salah? Bahwa dosa adalah urusan si makhluk? Maka kalau begitu artinya Dia tidak benar-benar punya kuasa kan? Berarti Dia bukan Tuhan!" Izebel tidak menjawab. Amschel de' Angelo merunduk, kedua tangannya menyentuh wajah Izebel, mengelusnya pelan. "Aku bisa saja jatuh cinta dengan kecantikanmu, Izebel," katanya lemah lembut. "Tapi kau terlalu bodoh untukku." Meski begitu, sang iblis tetap mendaratkan bibirnya ke bibir Izebel lalu mengunyahnya dengan haus. Izebel meronta-ronta Ia menjejak-jejakkan kakinya ke udara tapi seketika kedua tangan iblis itu menjepitnya kencang. Hezron marah. Ia berteriak penuh ancaman dan kilatan cahaya sihir menimpa wajahnya untuk kesekian kali, membuatnya terluka. Amschel de'Angelo menampar Izebel, "Dasar jalang!" "Tuan," kata salah seorang vampire, ia mendekati Amschel de'Angelo, diikuti oleh para vampire yang lain. Mereka bersimpuh dan menjejerkan mayat-mayat yang tadi mereka bawa ke hadapannya. Setelah diberi instruksi, para vampire melemparkan mayat-mayat itu ke bara api di atas pilar. Seluruh bangsa Kronum mendengungkan nyanyian gelap. Jauh di lubuk hati, nafas bangsa Kronum memanggilmu, Oh penguasa kegelapan tempat iblis ditinggalkan, Yang kekuasaannya dikhianati mereka yang merasa suci, Tetapi harapan kami tidaklah hilang, Terimalah dendam dan tangis kami kepadamu, Selamat datang kematian! Terkutuklah Sang Keabadian! Setelah mayat terakhir selesai dibakar di atas pilar, tiba-tiba munculah dari langit muram yang terus menghujani bumi dengan kepingan-kepingan salju, sesosok makhluk raksasa dengan tongkat mahkota di sebelah kirinya. Wajahnya buruk rupa. Ia bertanduk, bersayap, dan lehernya dikalungi kalung berbandul ankh. Tubuhnya dililit jubah kebesaran. "Raja Moloch! Raja Moloch! Raja Moloch!" seru bangsa Kronum. Mereka menggumamkan sesuatu dalam bahasa mereka lalu setelah itu, ramai-ramai bersujud. Izebel, yang berada diantara mereka tapi tidak mau ikut bersujud, akhirnya kepalanya diinjak oleh Amschel hingga berdarah-darah. Tapi Izebel tetap tak mau sujud. "Sudah," seru Raja Moloch. Ia memberikan isyarat tanda berhenti kepada panglima tertingginya. Amcshel de' Angelo patuh dan menundukkan kepalanya. "Dimana bayi itu?" tanya Raja Moloch, menggelegar. "Ini, tuanku!" Sesosok vampire berkulit pucat berjalan membelah lingkaran, ia menekuk lutunya di hadapan Raja Moloch, di depan pilar. Raja Moloch bergumam sebentar menengok si bayi dan memerintah dengan kasar, "BAKAR!" "TIDAK! MIHLAIL!" Izebel mengalami tendangan menyakitkan lagi ketika berlari ingin mengambil anaknya. Tendangan berkali-kali hingga berdarah berkali-kali. Hezron ikut berteriak mengancam namun ia semakin lama semakin lemah karena sihir yang terus dilesatkan kepadanya. "O Allah O Emirel Shofar!" teriak Salem Salem Eliezer, disusul Salem Yosafat dan Salem Henokh. "Berdoalah, berdoa, Salem! Berdoalah sampai seribu kali! Tuhan tidak akan datang menolongmu! Ini adalah kegelapan yang cahaya tak dapat menembusnya!" Para Kronum mengejek dan tertawa. Lewat sihir, mereka memutar-mutar tubuh para Salem yang telah lama tersalib secara terbalik. "Kalian tidak punya kekuatan disini!" seorang penyihir menghardik. "Lemparkan bayi itu ke neraka! Lemparkan supaya kita bisa terbebas dari kematian! Bakar! Bakar! Bakar!" Dan dalam hitungan mundur, vampire si pembawa bayi Mihlail bersiap-siap meletakkan Mihlail di atas pilar api. Tiga. Dua. Satu. Boom!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD