Bab 181 : "Masa Lalu"

1607 Words
Luna keluar dari kamar Julius dengan keadaan seperti saat ia masuk. Julius mengekor di belakangnya, menikmati setiap langkah yang terjadi diantara mereka. Sesekali pemuda itu menarik tangan perempuannya ke belakang sehingga mereka bisa berdekatan dan seringaian, bisikan halus yang puitis terlontar. Luna akan tertawa dan kembali berjalan. Kemudian pemuda itu menarik tangannya kembali dan begitulah lelucon itu terjadi. ''Aku tahu, bakatmu yang terpendam adalah menjadi seorang pelawak.'' sahut Luna, pelan. Julius menyeringai, lalu berbisik di telinganya. ''Mengapa?'' ''Karena kau pandai melucu dan menggoda.'' ''Aku baru tahu ada pelawak yang pandai menggoda.'' ''Kau pelawak yang nakal.'' Julius terkekeh pelan dan mencium telinga kekasihnya. Luna tersengat. ''Aku akan menjadi pelawak jika kau mau.'' Luna hanya menggelengkan kepala. Mereka telah sampai di tempat dimana Gavin berada. Pemuda itu telah bangun dari tidurnya dan kini sedang membaca koran. Waktu mengetahui mereka datang, Gavin tidak berbicara melainkan menyeruput kopi yang disuguhkan seorang pelayan. Julius berdehem, menyapa Gavin dengan sopan. Ia telah kembali kepada jas dan celana hitamnya, dasi dan ikat pinggang bangsawannya. Gavin menoleh, ''Waktunya pulang.'' ucapnya, datar. Luna tidak menjawab. Ia menatap Julius, ''Yah, yah, sebentar lagi pesawat ini akan mendarat. Kalian bisa pulang setelah ini.'' kata Julius. Ia duduk di sebuah kursi di belakang Gavin, menatap jam tangannya. ''Sudah sangat malam rupanya.'' Luna mengambil tempat duduk di belakang Julius. Melihat ke jendela, sebuah kegelapan. Julius berbalik kepada Luna, mencium bibirnya. ''Aku akan merindukanmu.'' ungkapnya dalam bisikan, seperti dengung serangga. Gavin menyeruput kopinya keras-keras. ***** Luna dan Gavin kembali pada sepeda menuju Honeysuckle. Sebab pesawat tak mungkin mendarat di tempat yang sempit. Sepanjang perjalanan adalah kesunyian yang meluncur bersama angin serta desisan hewan-hewan malam. Waktu berjalan dengan saksama dan akhirnya Gavin tidak tahan lagi. Ia turun dari sepedanya, ''Egoisss!!!'' Bentaknya. Luna terkejut. ''Membiusku dengan seenaknya!! Kenapa? Huh, supaya kau bisa bermesraan dengan bebas? Huh, apa kau pikir kau bisa mengendalikanku? Kau pikir dirimu putri raja dan aku seorang hama pengganggu!'' Luna semakin terkejut. Ia bangkit. Mulutnya terbuka tetapi tak ada kata yang keluar. Pekatnya gelap menghalanginya melihat wajah Gavin saat itu. Ia tak mampu melihat apapun selain suaranya yang meraung-raung. Luna merasakan kengerian nada suara itu. Ia sekali lagi, membuka mulutnya. Namun hanya udara yang keluar. ''Lihatlah apa yang kau lakukan? Lihat saja sampai aku benar-benar marah!!'' Krek! Krek! Luna mendengar suara roda menggilas bebatuan. Ia mencari-cari keberadaan sepeda. Ia mencari-cari keberadaan manusia di dekatnya, tidak ada. Mereka telah meninggalkannya. ***** Maka bongkahan batu di angkasa yang sinarnya percuma itu telah semakin menjadi sampah. Luna berjalan mendekati gerbang Honeysuckle, sendirian. Mrs. Durkham telah menunggu untuk menyambutnya. ''Pulang malam hari, Lady.'' sambutnya dengan agak kesal. Luna tidak bersua. Ia juga kesal. ''Tidak seharusnya kau pulang malam hari.'' ''Dimana Gavin?'' Luna bertanya tanpa basa basi. ''Ia ada di kamarnya, sekarang.'' Mrs. Durkham memperhatikan Luna dari bawah sampai atas. ''Besok kalian berdua temui aku di kantor kepala sekolah.'' Luna melayangkan pandang pada asrama laki-laki. Setiap molekul tubuhnya merasakan kejengkelan. Mrs. Durkham juga jengkel. ''Aku tidak peduli pada masalahmu dengan dia, Lady. Sungguh. Namun kau dan dia telah melanggar aturan Honeysuckle. Jadi apapun alasannya, hukuman di depan mata.'' Luna tidak menyahut dan Mrs. Durkham memilih pergi demi menenangkan emosinya. Untuk kedua kalinya dalam satu hari, ia ditinggal sendirian. Tetapi untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa ia telah bersikap tidak sopan pada orang lain. Lalu, ia pun berlalu ke asramanya. ***** Hanya ada Rosemary dan Isadora waktu Luna sampai di kamarnya. Ketidakhadiran Caley ini cukup mengaggetkan bahwa dalam pikirannya ia berfikir bahwa yang pulang malam ternyata bukan hanya dia, tetapi Caley... ''Dia pulang ke rumahnya, Luna.'' sahut Rosemary saat Luna bertanya mengenai gadis gendut tersebut. ''Ayahnya meninggal, Luna.'' Isadora menyusul. Rosemary bersungut-sungut. ''Tidak ada yang mengajak seorang gipsi ini berbicara, dasar bodoh! Teruskan saja sibuk dengan buku-bukumu!'' Rosemary mengucapkan ini di dalam hati. Namun Luna bisa merasakan suaranya bergema memantul pada dinding-dinding. Ini adalah bagian dari sikap ketidaksukaan dan dendam atas suatu ras yang menyebabkan sepeda terbaik milik ibunya menghilang. ''Ada endemik o***m disana.'' jelas Rosemary. ''Ayahnya adalah salah satu korban.'' Salah satu korban dari banyaknya korban. Luna termangu untuk beberapa saat. ''Aku baru tahu negeri ini menanam opium.'' sahut Isadora. Rosemary mendengus. ''Semua negara menanam n*****a, kau tahu tidak?'' Isadora tertunduk. Ucapan Rosemary seolah-olah Isadora adalah pencetus untuk menanam tanaman tersebut. Ia menjadi sangat sedih. Malam itu Luna tidak dapat tidur, ia duduk di dekat jendela sambil memandang langit. Langit Brescon yang dianggapnya sebagai suatu induk semang dari sub-sub kotanya mementaskan Hydra, Corvus, Crater, Sextans dan ribuan bintang tak bernama yang membuat kita tersesat. Ia tak henti-henti memikirkan masalah di negerinya, masalah Gavin juga muncul. Hari ini waktu berjalan amat sangat panjang baginya. Dan malam dengan kegelapan, hawa dingin, serta sepi membuat semua masalah itu menjadi terang benderang. Di istananya, Lord Alastairs terbaring diam, ia mengenang sebuah bencana. ***** Jauh sebelum Luna dilahirkan, bahkan jauh sebelum Lord Alastairs bertemu Catherine, dan bahkan sebelum Lord Alastairs sendiri bangkit menguasai Great Brescon untuk yang kedua kalinya, seorang pebisnis obat datang pada Laughaire-presiden saat itu untuk mendapatkan izin mendirikan usaha berjudul ''Obat-obatan Kimia''. Pebisnis itu bernama Stephen Orben Oswald Sagan Ann Nietzsche. Demikianlah namanya kemudian disingkat menjadi SOOSAN. Ia bukan main kayanya. Ia bukan main tenarnya. Ia bukan main gelarnya. Seorang bangsawan dan akademisi. Sebelum berbisnis, pernah bekerja di CERN dan mendapatkan gelar bangsawan terhormat di Eropa, The Duke, The Earl, The Baron, dan Great Brescon sendiri memberinya gelar The Grand Duke of Nietzsche. Mendengar namanya, semua orang dalam politik dan ekonomi akan paham bahwa ia yang namanya bersahaja itu adalah keturunan murni Wangsa 'B'. Maka, dikarenakan pertalian darah itulah ia bisa mendapatkan tanah Great Brescon secara gampang. Terkisah, suatu pulau di ujung selatan negeri ini, Tashebtab namanya, telah dipilih sebagai tempat ideal untuk usahanya. Maka tak ayal lagi, disanalah tempat segala jenis tanaman obat-obatan, tumbuh, hidup dan menyebar ke penjuru negeri serta dunia dalam bentuk padat, cair, dan sebagaianya. Presiden Laughaire menyambut baik usaha ini sebab dirasanya keuntungan berton-ton dollar yang datang untuk mengisi kas negara, dan juga-tentu saja, peningkatan kesehatan masyarakat. Namun, apakah yang sebenarnya terjadi? Tahun-tahun berlalu dan sang presiden mendapatkan laporan akan praktek liar yang merebak di Tashbebtab. Inspeksi segera diadakan. Para intel dipekerjakan dan dalam beberapa bulan, terkuaklah sudah. Bukan obat yang mereka buat dan bukan untuk mengobati tujuan mereka menanam. Pohon-pohon sejenis o***m terhampar, meliuk-liuk ditiup angin, menggoda setiap orang yang lewat dengan kecantikan bunganya. Syuuuu... bunga-bunga itu seperti p*****r. Namun tetap saja, mereka membuat semua orang kecanduan. Disana, semua penduduk menanam pohon tersebut. Disana, semua penduduk yang menanam juga mencicipi berbagai resep n*****a yang telah dibuat perusahaan. Perusahaan mencoba ini itu lalu mengetes apa efeknya. Apakah cukup jitu untuk membuat para pecandu senang, aman, atau kehilangan rasa sakit dan macam-macam lagi. Racun diproduksi pula. Dikemas dalam botol bergambar tulang dan tengkorak, bertuliskan ''Danger''. Tapi siapa peduli, dengan satu kalimat fitnah, yaitu ''Minuman terenak'', botol-botol itu ditenggak pula oleh penduduk. Satu, dua, tiga, tujuh belas, seratus, dua ratus tiga puluh lima, orang-orang tumbang setiap saat. Macam-macam alasannya, keracunan, sakaw, overdosis. Waktu berjalan dengan kejam dan akhirnya para humanis tak tahan lagi. Laughaire didemo dan semakin hari para pendemo semakin bertambah, keadaan semakin paceklik. Maka demi mempertahankan kursinya, sepotong kalimat dilontarkan dihadapan seluruh rakyat dengan penuh keyakinan, ''Tutup bisnis itu!''. Maka, tutuplah. Maka, Soosan bukan main geramnya. Dalam sebuah ruangan di istana presiden, keributan terjadi diantara mereka berdua. Soosan duduk di atas sebuah sofa di dekat jendela dengan tirai tertutup. Ia menghisap cerutu dan asapnya memenuhi udara. Laughaire duduk di seberangnya. ''Saya tidak mau ini ditutup!'' ''Apa Anda tidak mendengar suara rakyat mendesak saya?'' ''Anda sangat lemah, Laughaire.'' ''Saya hanya mencari aman.'' ''Anda tidak sadar dengan siapa Anda sedang berhadapan.'' Soosan memicingkan matanya. ''Anda mungkin lupa siapa yang telah membantu Anda selama ini.'' ''Tentu saja saya ingat.'' Laughaire tertunduk. Ia merasa kerdil. ''Tutuplah perusahaan saya dan Anda beserta keluarga Anda akan saya binasakan.'' Laughaire ternganga. ***** Mantan Presiden Harry Harold yang telah menjabat sebelum Laughaire, yang juga dahulu merupakan anggota dari para pembuat revolusi menumbangkan Raja Humbert dan Ratu Bethany, menyadari akan suatu hal hitam yang melingkupi tanah airnya. Ia membuat gerakan bawah tanah bersama para revoluisoner untuk alasan bangsa yang berjaya tanpa manipulasi. Ketika gerakannya telah kuat, Harry hanya butuh waktu untuk memberontak. Kerusuhan yang terjadi akibat ditutupnya bisnis Soosan merupakan penyongsongnya . Laughaire yang sudah terdesak, semakin terdesak. Teman-temannya seperjuangan tidak cukup untuk membantu. Maka, pria itu seolah kehabisan cara dan memilih kembali ke cara lama. Ia menemui Soosan dan orang-orang semacam Soosan untuk menumpas gerakan Harry. Namun mereka menolak dan membiarkan pertumpahan darah itu terjadi. Akhirnya, Laughaire pun lengser, meskipun kehidupan masih menjadi miliknya. Harry bersorak. Kemudian, di suatu sore yang indah waktu Harry bersama istri dan anaknya tengah bersuka ria menonton teater, seseorang menembak mereka. Dalam sedetik, tewaslah semuanya. Siapa penembaknya? Seorang pria gila tiga puluh lima tahun berinisal Á.M'. Dalam suatu interogerasi yang keji di sebuah penjara, seorang pria bertanya tentang motif pembunuhannya, siapa yang mengilhami untuk melakukannya, A.M berucap gelagapan, ''Step...hen...Or..ben...Os..Os..Os...wald..Sagan.. Ann...Ni...Ni...Ni..Ni..etzsche. '' Demikianlah akhirnya Olivander dengan buru-buru diangkat menjadi presiden sebab ketidakmampuan Laughaire. Dan perusahaan ''Obat-obatan Kimia'' tetap eksis di tempatnya. Sampai akhirnya, kaum intelek dan revolusioner yang terus lahir di Great Brescon menyorakkan kalimat-kalimat ''Hilangkan kasta proletar dan borjuis'', ''Hilangkan gelar-gelar para bangsawan'', ''Tegakkan Keadilan'', dan semacam itu yang membuat semua pejabat muak. Namun keuntungan bagi Soosan sebab orang-orang tidak lagi berbicara tentang perusahaannya sehingga ia semakin leluasa dan ia sama sekali tidak peduli akan revolusi atau pertumpahan darah. Semua presiden tunduk kepadanya dan itu yang terpenting. Masa-masa sulit terus berlangsung, Olivander digulingkan oleh kaum intelek dan revolusioner. Tetapi mereka berhasil dibantai oleh Lord Alastairs sehingga semenjak saat itu, tahun 1943, Lord Alastairs resmi menjabat kembali sebagai presiden untuk yang kedua kalinya dan... untuk selama-lamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD