Bab 206 : "Honeysuckle"

2121 Words
Honeysuckle adalah hal baru baginya. Kedatangannya di sebuah tempat berguru terpencil di sudut negeri cukup membuat seisi negeri heboh. Siapa sangka seorang anak (adopsian) presiden bisa sekolah disini. Tanda tanya tercuat, tapi Lord Alastair adalah seorang penyanggah terpandang, kilahan-kilahannya seperti pedang kata yang membungkam tanya. "Mengapa kau tak menyembunyikan identitasku? Itu lebih bagus, mereka takkan mencecarmu, mereka juga takkan curiga?'' tanya Luna di suatu waktu ketika diskusi akan kepindahannya ke Honeysuckle dibahas. Lord Alastair tertawa renyah mendengarnya, "Ini bukan film, sayang!'' serunya. "Aku tak mengajarimu untuk berbohong kan? Aku juga tak mengajarimu untuk menjadi orang lain, bukan?''Luna hanya menggeleng dan Lord Alastair diam dalam senyuman. ***** Luna mendapat jatah di kelas A. Ia duduk di barisan ketiga dari depan. Ia baru sedetik menaruh p****t di atas kursi ketika seorang lelaki dari Holland di belakangnya memanggil. " Hei Lady... aku Kermit,'' katanya setengah berbisik. Anak-anak lain yang mendengar, menimpali sambil setengah tertawa. "Kermit Naakt Geboren, Lady.'' Kermit langsung cemberut. Seperti biasa, namanya Kermit Naakt Geboren (Orang bebas yang terlahir telanjang) selalu jadi bahan lelucon di Honeysuckle. Namanya selalu mengundang gelak tawa dan biasanya akan dijodoh-jodohkan dengan anak perempuan dari satu kampungnya bernama Dolores de Scheele (Orang yang bersedih karena matanya juling), padahal mata Dolores sama sekali tidak juling. Kadang-kadang hal-hal seperti ini memang bisa membuat tawa dari lingkupan jenuh dunia yang sedang dijalani. Kermit kadang-kadang kesal, tapi lebih banyak ia tidak merasa tersinggung karena orang memanggil namanya lebih seperti meledek. Ia punya hati yang besar. Ia juga humoris. Luna seperti biasa, hanya melempar senyum sambil sedikit menahan tawa. Kermit melambung tinggi ketika Luna tersenyum manis dan menatapnya. "Ehem...Ehem...'' Mr. Jerome, seorang guru matematika yang tengah memberi penjelasan atas pelajarannya berdehem. Semua anak tiba-tiba langsung sok sibuk dengan buku-bukunya. Luna menyapu keadaan sekitar dengan heran. "Ku harap kalian memang benar-benar sedang mempelajari pembahasan kita kali ini, atau.....''Mr. Jerome mengernyitkan dahinya, "Mungkin kalian terlalu asyik memandangi murid baru kita.'' Hmmm, sepertinya Luna ikut berkontribusi pada teman-teman di kelasnya yang tengah tenggelam dalam buku matematikanya, tapi matanya, melirik ke arahnya tanpa pernah berhenti. Luna jadi kikuk, merasa tidak enak pada Mr. Jerome sekaligus merasa bahwa kedatangannya kemari terlalu menggemparkan. Dari samping kanannya, seseorang tampak berdehem. Luna menoleh dan ya.... Ternyata ia adalah David Melchars. ****** Saat istirahat seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan untuk Luna. Tapi keadaan di Honeysuckle mengatakan lain, Luna dibungkus manusia-manusia bermata liar, berbakat onar, tidak ada hal yang paling terkenal untuk kaum proletar selain adatnya yang rusuh. " Oh, aku tak menyangka kalau aku satu kamar denganmu, Lady Luna.'' ucap seorang perempuan gendut, sebut saja Cayleigh, Caley Cayleigh. "Aku harap kau tidak berpikiran macam-macam tentang kami karena melihat kamar tidurku yang berantakan seperti kapal pecah.'' Luna hanya melempar senyum. Seorang perempuan bermata cokelat menyerobot omongan Caley. "Kau mesti berjiwa besar jika satu kamar dengan Caley, Lady. Dia akan banyak mengambil lahan tidurmu. Kau bisa lihat sendiri kan betapa lebar badannya?'' "Eh, beraninya kau berkata seperti itu pada Lady Luna, Rosemary!!!'' " Yah karena itu kenyataannya. Kau kan juga sering mengambil jatah lahan tidurku.'' "Oh, jadi rupanya kau kesal padaku ya?'' " Tentu saja, dan aku tak akan membiarkan hal yang sama terjadi pada Lady Luna.'' " Kau ini...!!!!'' ***** Marilyn Monroe. Si Kermit sedang membuat sketsa wanita aduhai tersebut saat teman-temannya juga berkerumun membicarakan hal-hal yang biasa mereka lalui. "Dia selalu bilang di Hollywood ada serigala!!'' pekik Caley sambil mengamati goresan pensil Kermit di kertas gambar. "Semua pria yang bersamanya pasti maniak seks!'' "Oh, bisakah kita berhenti membicarakan wanita itu?'' Rosemary memohon. "Dan apa yang kau gambar, Kermit? Kau tak tahu itu terlalu dewasa untukmu.'' "Kita memang sudah dewasa.'' jawab Kermit. Rosemary : "Tidak. Apa kau sering melihat foto-fotonya di majalah?'' Kermit : "Ayahku dahulu adalah langganan majalah yang ada foto-foto Marilyn.'' Caley mengeluh, "Uh, Hollywood hanya menyajikan artis-artis cantik tapi tidak berbakat. Cuma cantik!! Tapi bodoh, tak bisa apa-apa!'' ia melirik ke arah Luna yang diam mendengarkan mereka. "Lihat, nanti aku akan kesana dan jadi penyanyi!'' "Hei, hei, " seorang pria berwajah Asia tiba-tiba menyusup ke percakapan mereka, Toto Trotsky namanya. Ia membawa sepotong kue blueberry dan diberikannya kue itu pada Luna. "Tanda sambutanku atas kehadiranmu, nona.'' "Oh, terima kasih,'' kata Luna, merasa tidak enak pada yang lain. "Kita bisa memakan ini bersama-sama.'' "Ya, tapi itu hanya sepotong kan?'' sahut Caley, kecewa. Kermit yang sedari tadi asyik menggambar untuk sepersekian menit berhenti melihat kue tersebut. "Oh.'' keluhnya. "Jadi bagaimana dengan orang Gipsi?'' Rosemary mengganti topik pembicaraan. "Apa maksudmu?'' tanya Kermit. "Oh, bisa aku mencicipinya sedikit?'' akhirnya Caley tak tahan dengan godaan. "Aku sangat suka manis.'' Luna memberikan kuenya pada Caley. Rosemary: "Si gipsi itu, aduh, bulan lalu mereka berhasil mencuri sepeda ibuku.'' Kermit : "Hah? Yang benar?'' "Kau bisa makan ini, Lady.'' Toto mengambil sekantung kacang pistachio dari sakunya dan memberikannya pada Luna. "Lain kali, aku takkan memberikan sesuatu padamu di hadapan orang lain lagi.'' Toto melirik Caley kesal. Yang dilirik sedang sibuk berdendang gembira, ahahaha! Suaranya penuh kerakusan. Rosemary : "Kenapa aku mesti bohong, tidak ada suku paling berbahaya di negeri ini selain mereka. Bahkan pada masa kepemimpinan Hitler pun, Gipsy ditempatkan dalam salah satu suku yang dianggap berbahaya, disusul oleh kaum Jews, Slavia, serta Homoseksual!'' Kermit : "Kau rasis, Rose. Sama seperti Hitler.'' Rosemary : "Apa? Bagaimana kau bisa bilang begitu setelah ibuku kehilangan sepeda terbaiknya? Apakah kau tahu berapa harga sepeda sekarang? Semua barang melambung tinggi dan barang sekecil apapun jadi berharga sekarang ini. Oh, Jangan munafik lah...Kita semua tahu kita membenci gipsi.'' Kermit : "Aku tahu kesusahan yang terjadi sekarang ini, orang tuaku bahkan mesti meminjam uang di bank untuk mendanai pendidikanku dan keperluan sehari-hari. Tapi aku rasa kita tidak boleh membenci gipsi, aku rasa sekarang mereka tidak lagi suka mencuri, betapapun kesengsaraan yang mendera. Ingat, orang-orang gipsi di belahan dunia ini sekarang banyak yang sukses dan mereka membuat reputasi bangsa mereka semakin bagus.'' Rosemary : "Reputasi? Aha, orang-orang gipsi yang sukses akan menulari ilmu kesuksesannya-hanya pada orang sesukunya- jika hal ini terus dibiarkan, maka mereka akan berkembang biak dan membentuk persatuan bangsa gipsi sendiri. Mereka tidak pernah peduli pada bangsa yang telah menolong mereka, begitu kan tabiat mereka? Sudah ketebak.'' Caley memasukkan jemarinya yang penuh krim dan mengeluarkannya dengan bersih. "Blueberry-nya terlalu dingin,'' komentarnya seperti ibu mertua. Luna tertawa kecil. "Kau seharusnya diet demi tubuhmu, Caley,'' ujar Toto. "Akan banyak laki-laki yang suka padamu andai saja kau sedikit lebih kurus.'' "Aha, apakah laki-laki itu kau?'' Caley mendelik. Toto bersungut-sungut. Kermit meraut pensil gambarnya. "Kesengsaraan membuat orang-orang menjadi rasis.'' Rosemary: "Apa? Kau bilang apa? Kau tahu, bahwa diantara kaum proletar yang lain, aku adalah termasuk yang beruntung dan aku tekankan bahwa aku membenci gipsi bukan atas dasar kesengsaraan!'' Kermit: "Kau tahu Isadora Deirdre kan? Dia seorang gipsi, apa kau pikir ia seperti itu?'' Rosemary: "Dia hanya sedikit lebih terpuji dari orang gipsi kebanyakan. Tapi betapapun, dia tetap gipsi juga....dan si Isadora itu satu kamar denganku!!!'' ia menoleh pada Luna. "Ada gipsi di kamar kita, Lady,'' ulangnya lagi seolah mempertegas segalanya. Luna menelan ludah. Kermit : "Jadi, apa salahnya gipsy atau jews sekalipun? Semua manusia itu saudara. Berasal dari satu bapak, nabi Adam, ingatkah?'' Rosemary : "Ohohoho, kenapa tiba-tiba jadi bicara religius begitu? Kalau begitu coba jelaskan padaku kenapa ada perang di dunia ini kalau semua manusia itu saudara?'' Kermit : "Itu..itu karena...'' "Hei, orang telanjang!!! Lihat gambarmu!!!'' pekik Caley tiba-tiba dan membuat pemuda itu kembali fokus pada apa yang sebenarnya sedang ia kerjakan. Wajah Marlyn Monroe tergores kotoran pensil hasil rautan dan Kermit sendiri telah menaruh suatu garis yang salah pada gambarnya. "Oh, Astagaastagaastagaastaga!!!!'' pekik Kermit. Rosemary terkekeh. ***** Tidak ada yang bertanya mengapa Luna mau sekolah disini dan itu bagus. Tidak hanya bagi Luna tapi bagi siapapun yang punya rahasia rasanya akan lebih tenang jika seseorang tak bertanya ini itu. Luna menyadari ketenangan ini sekaligus menyadari pula bahwa dengan ini, artinya mereka telah menunjukkan garis batas yang tegas. Sekalipun nantinya Luna akan menjadi teman mereka, atau dalam hal luas adalah gadis yang satu sekolah dengan mereka. Namun wanti-wanti akan adanya hubungan yang dalam rupanya telah dipersiapkan bagi mereka. Betapapun (selalu betapapun untuk mengungkapkan keironisan) Luna adalah bangsawan terkemuka, mereka adalah proletar-jelata. Jadi apakah tidak cukup menggapai suatu kedalaman jika mereka hanyalah teman di sekolah? *** Adrien dan William duduk berdampingan memperhatikan sebuah tape recorder yang baru saja mereka setel. Dari percakapan antara Glen Moritz dan Marie Roose, ada beberapa hal yang akhirnya dapat mereka simpulkan: 1. Kelompok Rebelution menginginkan kekuasaan mutlak dibawah demokrasi dan keadilan-menurut pemikiran mereka. 2. Pemimpin kelompok ini yang paling terlihat saat ini bernama David Chalmers, tetapi selain itu, kelompok ini begitu rapi, rahasia dan tertutup. Para anggotanya sulit dideteksi sebab mereka hidup berpencar dan berbaur dengan masyarakat. 3. Kelompok ini telah melakukan penghancuran yang masif di daerah-daerah yang dianggap tidak pro dengan aksi mereka. Desa-desa banyak yang dibom, kantong-kantong ekonomi negara diduduki-menyebabkan krisis dimana-mana, penyelundupan senjata dan n*****a, serta telepon-telepon di beberapa wilayah disadap. 4. Keluarga kerajaan harus disudutkan dan mendapat citra buruk dari publik. Kepercayaan publik terhadap kerajaan harus dikikis setipis mungkin. 5. Aksi pertama mereka di mulai di Pulau Cottonmouth, yang mana pulau itu pusat obat-obatan dalam negeri. Mereka akan memulainya dengan menyebarkan o***m besar-besaran ke masyarakat bertepatan dengan kebijakan kenaikan pajak. Hal ini diharapkan akan menimbulkan chaos dan memberikan citra buruk terhadap Adrien, sang pewaris takhta. "David Cavan Chalmers?" tanya William sambil membolak-balik buku arsip setebal sepuluh centimeter. Ia menelusuri dengan jari-jarinya, nama-nama penduduk Great Alegra yang tertera disana sambil menggumamkan nama David. "Dia adalah anak dari Raja Humbert," seru Adrien, sambil menyenderkan tubuhnya ke bantalan sofa. William terkejut. "Dia adalah Gabrielle. Dia adalah Danielle. Dia adalah Nicholas... dia...dia punya banyak nama. Dia bisa menyamar menjadi siapa saja dan dimana saja." "Bagaimana kau bisa tahu, Adrien?" William membolak-balik lagi buku arsip. "Itu tidak ditulis disini." "Lord Alastairs, dia menceritakannya padaku." "Apa yang dia ceritakan padamu?" Adrien menarik napasnya. Teringat ia pada perkataan ayahnya bahwa saat revolusi terjadi, seorang anak kecil dari keluarga kerajaan Ratu Bethany dan Raja Humbert berhasil melarikan diri dan sekarang tidak diketahui keberadaannya. Para agen intelijen negara telah mencarinya ke segala penjuru negeri, namun ia tak kunjung ditemukan. Beberapa isu menyebutkan bahwa ia telah berkamuflase menjadi berbagai macam kepribadian dengan nama-nama berbeda untuk menyembunyikan identitasnya. "Wow, benarkah? aku pikir Lord Alastairs benar-benar membunuh semua keluarga kerajaan." "Ini adalah rahasia yang tak mau diakuinya. Seorang anak kecil yang lolos dari pembunuhan dan sekarang, ia menuntut balas dendam." William menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Apa ini juga berkaitan dengan tragedi Bloody Supermoon?" Adrien mengangguk. "Jadi ini semacam lingkaran kutukan pembunuhan," seru William kemudian, setelah hening beberapa saat. "Seseorang membunuh seseorang dan mereka saling membalas dendam dengan membunuh yang lainnya." Adrien mengangguk lagi. Ia mengalirkan napas panjang sembari menatap keluar jendela, kepada alam diluar, kepada patung-patung malaikat dan gerbang setinggi monumen, kepada kastil-kastil yang mengapung dalam cahaya keemasan dibawah malam. "Jadi, apa rencanamu?" William bertanya setelah jeda panjang. "Rencanaku?" Adrien bertanya balik. "Ada berapa pelayan yang bekerja disini, William?" ***** "Isadora! Isadora! Bangun!" demikian suara Carter dan Rodrigue membangunkan perempuan yang tengah pulas itu. Tanpa basa-basi, terpengaruh oleh ketakutan atas perintah atasan, mereka masuk ke kamar Isadora begitu saja. Isadora mengelak dan berguling-guling tak tentu arah. "Isadora! Prince Adrien memanggilmu!" teriak Rodrigue. "Apa?!" Isadora terkejut bukan main. Matanya terbelalak. "Ayo! Tak ada waktu menjelaskannya! Sekarang kau harus menemui dia!" Carter segera menyeret Isadora keluar, bahkan tanpa memberikannya kesempatan untuk sekedar merapikan penampilannya. Isadora gerasak-gerusuk tak terima tetapi Carter terus memaksanya. "Apakah sepenting itu?" tanya Isadora, berharap Carter setidaknya memberikannya jeda untuk bernapas. "Masuklah!" tegas Carter. Maka Isadora masuk ke dalam mobil. Beberapa menit kemudian, ia telah tiba di Kastil Pribadi milik Adrien. Terlihat olehnya empat orang pelayan lain tengah digiring juga menuju Kastil. Namun penampilannya jauh lebih baik dari Isadora, mereka mengenakan seragam, memakai pantofel dan membawa koper. "Ya ampun, Carter!" seru Isadora, kesal. "Kau telah membuatku sangat malu! Bagaimana mungkin kau membiarkanku bertemu Prince Adrien dengan keadaan begini?" Carter menyisir penampilan Isadora: Rambut berantakan, pijama kusut dan tidak ada alas kaki. Ia menahan tawa. Isadora marah. Carter tak mau kalah. "Kau tadi susah sekali dibangunkan! Aku takut terlambat!" "Carter!" "Ayo, cepat!" Carter mendorong Isadora sehingga sekarang dirinya berjalan disamping keempat pelayan lain. Terdengar cekikikan bernada menghina hingga membuat Isadora merasa sangat tidak nyaman. Mereka terus berjalan melewati gerbang tinggi, masuk ke dalam ruangan seluas lapangan bola, dan terus berjalan melewati lorong sempit nan berkelok. Pemandangan dikanan kiri nampak indah dengan hiasan emas berserakan, tapi itu tak bisa menghibur Isadora. Pikirannya gelisah memikirkan kejutan macam apa yang akan segera menghampirinya. Ia menoleh ke jendela dan menyaksikan kegelapan. Bahkan ayam pun belum berkokok, pikirnya. Kegentingan apa yang dihadapi Prince Adrien sehingga harus membangunkannya tengah malam begini? Isadora tak habis pikir. Sampai saat sebuah pintu dibuka dan Isadora bersama keempat pelayan lainnya masuk ke dalam, hatinya benar-benar tercekat. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD