Bab 170 : "Kesedihan Tanpa Ujung I"

1481 Words
a) Victoria Windsor, sebenarnya nama asli keluarganya bukan Windsor, tapi Morgan. Keluarganya sepakat mengganti nama belakangnya yang menjadi identitas itu setelah nama Morgan disebut-sebut memiliki hubungan ilegal dengan pihak kerajaan Inggris. Keluarga Windsor adalah keluarga yang dipenuhi skandal. Ia diduga keras memiliki keterlibatan dengan jaringan narkotika dunia di celah Khyber(Ayah Windsor dahulunya adalah kurir n*****a) diduga lagi bahwa ladang-ladang o***m di Afghanistan yang luasnya tak terkira itu dimiliki oleh boss Windsor terdahulu dan diedarkan ke seluruh dunia. Pada awalnya keluarga Windsor adalah kaum proletar yang berhasil. Setelah ayah Windsor bertaubat dari pekerjaan buruknya itu, katanya ia membangun restauran dan berkembang pesat hingga saat ini. Mereka pun terangkat derajatnya menjadi borjuis dan masuk ke dalam jajaran elit politik. Tapi masa lalu yang gelap tidak bisa dihapus begitu saja. Apalagi kabar-kabar lampau itu telah banyak didengar para bangsawan. Aku rasa sebab itu keluarga Windsor tidak terlalu diterima. Meskipun, para bangsawan dan elit politik dan borjuis lainnya tidak mendiskriminasikan mereka secara tersurat. Mereka hanya melakukan kode-kode tersirat bahwa keluarga Windsor adalah keluarga yang tidak terlalu baik. Mungkin itulah sebabnya Victoria Windsor tidak rasis padaku, atau memang ia tidak terlalu mempermasalahkan tentang kemurniaan ras seperti sikap kaum proletar pada umumnya. Lagipula, hampir seluruh keluarga Windsor terlibat skandal seks dengan orang-orang di seluruh dunia. Jadi, menurut pandanganku, masih perlu mempertimbangkan lagi baik buruknya keluarga ini. b) Leopold Henry William, The Earl of Glouscester and Albany, mungkin dialah satu-satunya anak bangsawan yang pemikirannya paling tidak umum dan gila. Ia menyukai hal-hal gaib lebih dari ia mempercayai politik. Orang-orang menganggap ia tidak realistis, tapi ia tidak peduli. Ia mencintai apa yang dikerjakannya dan sebisa mungkin memberi tahu orang-orang atas apa yang diketahuinya. Ia sangat bermurah hati dalam ilmu. Sayangnya, tidak ada yang menganggap ilmunya itu berguna. Glen Moritz menyebut Leo penyihir dan pengidap borderline akut. Namun Leo tidak ambil pusing karena ia merasa tahu sebuah kebenaran. Ia pernah bilang padaku dalam suatu kesempatan, "Luna, aku tidak pernah main-main jika memberi tahu dirimu informasi occult(gaib) semacam ini. Percayalah ini nyata! Namun kenyataan ini terlalu berbahaya bagi sebagian kalangan sehingga ia mendoktrin orang-orang awam dengan modern sehingga pikiran-pikiran orang awam itu terprogram menjadi begitu ilmiah. Mereka nantinya tidak akan percaya lagi pada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan sains. Sementara itu, orang-orang di tahta teratas pelan-pelan akan menghancurkan mereka, bahkan dunia ini, dengan senjata gaib, sebuah okultisme ini. Percaya atau tidak? Ini adalah agenda mereka yang telah diprogram.'' Dalam hati, aku mempercayai omongan Leo. Sebab, ayah juga pernah mengatakan hal serupa saat melihat aku dan Leo duduk bersama di sebuah taman membicarakan tentang ritual gaib, tumbal, dan sihir. Dalam kacamataku, Leo orang baik, ia tidak rasis dan tidak segan untuk berbagi cerita padaku. Hanya saja, ia jarang bertemu denganku karena ia seorang pengelana yang asyik dengan dunianya sendiri. Jadi, kami tidak benar-benar masuk ke kedalaman pertemanan, sayang sekali. Ayah dari Leo inilah, yang bernama Charles William, yang kini menjabat sebagai Ketua Parlemen Great Brescon yang resmi. Maksudku, ada Ketua Parlemen Great Brescon yang tidak resmi atau rahasia, dia lah yang sebenarnya mengendalikan parlemen. Dia adalah Olivander, ayah Julius. Kemudian ada lagi nama-nama seperti Selena LaVey(aku menjulukinya "The liars'' karena sikapnya yang liar, rusuh, dan pemberontak), Petter Jennings, dan yang paling mengesankan adalah Marie Roose Nixon Ford Jackson, The Countess of Edinburgh. Ia adalah politisi paling manusiawi yang aku kenal, dan masih banyak lagi. Semua orang ini adalah orang yang tumbuh dengan politik bersamaku. Jadi saat orang tua mereka mengadakan pertemuan rahasia dan kami yang biasanya ikut dalam pertemuan itu akan bermain bersama. Sebenarnya hanya mereka yang bermain, aku tidak. Aku adalah anak yang selalu berdiri di sudut lapangan, melihat mereka bermain baseball, berlari-larian, atau bermain apapun dari jauh. Sedih sekali ketika mereka tidak menerimaku. Melihatku seperti penyihir yang memuakkan. Mereka selalu bertanya dengan cara sarkastis apakah aku akan menjadi presiden selanjutnya mengikuti garis keturunan ayah yang presiden? Aku tidak pernah mampu menjawab pertanyaan satu itu. Sebab jika itu adalah alasan mereka tidak menerimaku, selain karena aku anak adopsi, maka aku tidak akan mengatakan yang sebenarnya. Sampai disini Gavin menarik nafas sejenak. Luna menulis banyak hal pada 20 Juni, pikir Gavin. Entah apa yang ada di dalam pikiran sang Marchioness saat itu. Tetapi Gavin merasa semua ini begitu berharga. Ia lalu melanjutkan lagi bacaannya. Hmmm, apalagi yang bisa aku tuliskan pada kertas-kertas ini? Semua orang menyadari akan kelas. Karena itulah, kelas-kelas atas seperti bangsawan, kelas menengah seperti borjuis, dan kelas bawah seperti proletar dibentuk dan tidak dihilangkan. Mereka menyadari bahwa tidak ada peradaban yang tidak diwarnai dengan beragam kelas, atau p********n masal. Suatu hari ayah memberiku sebuah buku berjudul Uncle Tom's Cabin, dan di salah satu halamannya tertulis seperti ini, "Tidak ada peradaban tinggi tanpa p********n masal, baik nominal maupun kenyataan. Harus ada kelas yang lebih rendah, yang digunakan untuk kerja keras fisik dan dikekang seperti hewan. Dan harus ada kelas yang lebih tinggi yang mendapatkan kesenangan dan kekayaan untuk memperluas kecerdasan dan kemajuan, serta menjadi penguasa dari yang lebih rendah." Percaya atau tidak, pemerintah mungkin bisa mengabulkan beberapa permintaan kaum proletar untuk menaikkan gaji mereka atau memberikan mereka sedikit jaminan kesehatan, tetapi tidak untuk menghilangkan kelas. Karena kelas-kelas itu, negara terbentuk dan berjalan. Seperti halnya sekolah, harus ada tingkatan sekolah yang paling rendah disebut sekolah dasar dan paling tinggi disebut mahasiswa. Biar bagaimana pun, seorang mahasiswa tidak akan pernah mau pemikirannya disamakan dengan anak sekolah dasar. Jadi, yah, gelar-gelar bangsawan masih berseliweran disini. Aku tahu dalam meruntuhkan kemonarkian Raja Humbert, ayah dan teman-temannya itu tidak bekerja sendirian. Pasti ada orang-orang dibalik layar yang bersedia membantu demi uang, kekuasaan, dsb. Untuk itulah, mereka harus membayar semua demi menenangkan orang-orang tersebut. Bank sentral, pajak, dan kebijakan-kebijakan moneter itulah sumber dana ayah dan teman-temannya menuntaskan hutang pribadi, bukan hutang negara. Sebagai pemegang kendali keuangan, tersebutlah Wangsa 'B'. 'Ia' atau lebih tepatnya 'mereka' adalah seseorang yang amat berkuasa, yang memiliki finansial terbesar di negeri ini-mungkin di seluruh dunia. Aku sendiri belum pernah bertemu dengannya tetapi seperti yang sering diingatkan ayah, jangan pernah menentang keinginannya atau kita semua akan hancur. Ngomong-ngomong, Wangsa B inilah yang memuluskan jalan ayah dan teman-temannya dalam merebut Great Brescon. Militer dan badan intelijen juga berperan kuat dalam pemerintahan. Ayahku pun mantan anggota militer. Untuk meredam isu perang dan mengarahkan publik pada status quo agar mereka benar-benar merasa dijaga, artinya disini mereka benar-benar dilatih di depan umum sebagai pasukan yang tangguh, alih-alih pasukan yang dilatih untuk menghabisi nyawa-nyawa yang berani menentang kebijakan pemerintah. Wah, kenapa aku berbicara politik sepanjang ini di buku harian? Padahal di awal aku bilang aku tak terlalu menyukai gemelut bidang ini? Yah, mau bagaimana lagi, hidupku memang terlalu dekat dengan yang satu ini. Politik adalah jenis kehidupan lain yang penuh kebohongan dan manipulasi, dan tentu saja, sangat rahasia. Namun media berhasil mencitrakan politik sebagai sesuatu yang bergengsi, dengan omongan-omongan mereka yang mengandung kekaguman, mengendalikan pikiran, dan kemudian mengendalikan tubuh. Aku sesungguhnya tidak suka hidup dan dibesarkan dalam lingkup seperti ini. Sebagai penutup, biarkan aku menjelaskan satu hal lagi tentang orang-orang yang mengendalikan langsung sistem perpolitikan di negeri ini. Untuk beberapa lama, mereka sebenarnya hanya memainkan akusisi yang mudah. Kekuasaan dikenal sebagai pengetahuan "Tahu sama tahu''. Justru sistem dua partai disini begitu memudahkan mereka dalam pengelolaannya. Ini akan mengurangi semua isu hanya kepada hitam dan putih agar mudah terpancing. Media berperan menggelar drama satu kubu melawan kubu lainnya. Sesungguhnya ini tidak terlalu berarti bagi orang dalam pemerintahan sendiri, sebab siapapun pemenangnya mereka masing-masing memiliki tujuan yang sama. Ayahku yang telah menjabat sebagai presiden lebih dari sepuluh tahun tahu betul bagaimana mendominasi kepercayaan publik dan untuk membuat database yang sesuai. Pemilu disini sama sekali tidak berfungsi jika tujuannya adalah demokrasi. Selamat malam. Bagian Dari Klub Keadilan Fajar menjelang, Luna terduduk di bangku taman, sendirian. Ia memandangi langit merah muda yang perlahan menyapu angkasa, begitu indah. Kemudian matanya berputar ke arah bunga-bunga hias yang dibanjiri embun, begitu sejuk. Angin lembah menyentuh kulitnya yang dingin. Luna tersenyum, lalu terpejam sembari menikmati anugerah alam dari Tuhan. Ia berusaha meresapi hubungan antara alam dan Tuhan dengan kedalamannya. Resapan itu memunculkan kebahagiaan. Perlahan hal-hal baik seolah mengikuti. Hanya dalam beberapa menit, Luna merasa kedamaian melingkupi hatinya. Terlupalah ia akan segala masalahnya. Terabaikanlah kabar tentang perang di belahan lain dunia yang selalu ia dengar di radio. Sekarang, segala elemen negatif pelan-pelan pergi membawa gelap bersamanya. Tapi segala keanggunan itu hanya berlangsung singkat. Saat Luna membuka matanya dan ia melihat sekeliling. Semuanya memang masih sama. Namun tidak pikirannya. Pikirannya kembali kepada realitas. Organ putih nan bulat itu kembali menyambungkan kedamaian dengan kerisauan di sudut hatinya. Dengan tanpa sengaja, ia teringat Gavin. Teringat tingkahnya, ketololannya, kadang kekikukannya dan tiba-tiba ia tersenyum. Akhirnya Luna memutuskan untuk masuk ke klub keadilan! Heloise bukan main senangnya. Ia merasa rayuannya berhasil dan karenanya ia minta diberi penghargaan oleh teman-teman se-klub nya. Luna hanya bisa tersenyum sambil menahan tawa ketika ia memasuki markas klub ini, dan orang-orang langsung menyambut heboh kedatangannya. Ditambah, mereka menyalami Heloise karena kegigihannya mendapatkan Luna. Ini sangat menggelikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD