Hari ini menjadi hari pertama Felia masuk sekolah yang katanya super elit itu.
Dia sekarang sedang memakai sepatunya, dia memutuskan mengikat rambut berwarna coklatnya itu menjadi satu. Kenapa coklat? Karena semua cat rambut mahal nya ketinggalan di indonesia, atau lebih tepatnya tertinggal di sana.
Felia menggendong tas berwarna biru nya. Baju seragam dari Sma Miracle kalau menurut Felia sangat lah rumit. Karena....
Bajunya itu sudah pakai kemeja warna putih panjang, terus ada rompi warna nya abu-abu, rok warna merah kotak-kotak hitam. Dasi yang berwarna sama dengan rok. Pokoknya ribet.
"Duduk sayang." Ucap Adilia. Felia duduk di samping Adilia, ternyata baju yang di kenakan yang laki-laki kebalikan dari baju yang di pakai perempuan. Kalau yang laki-laki rompi nya warna merah kotak-kotak, celana nya warna abu-abu dan kemejanya tetap warna putih.
"Felia kamu berangkat bareng Leardo, ya?"
Leardo tersedak. "Uhuk, uhuk, nenek apa apaan sih, kok Leardo yang malah berangkat bareng dia." Ucap nya tidak terima.
"Leardo! Kamu ini." Ucap Evelyn--Ibu Leardo, Alex, Tian--pada Leardo.
"Kan yang lain juga bisa."
"Nggak ada bantahan." Leardo mendengus kesal. "Felia kita kemarin nggak sempat kenalan 'kan?" Felia mengangguk lalu.
"Saya Evelyn mama nya Leardo, jadi panggil saja tante." Felia tersenyum dan mengangguk.
"Saya juga kemarin tidak sempat berkenalan, nama saya Casandra, mama nya Lutfi sama Nevan." Felia tersenyum lalu mengangguk.
"Nek, Felia bisa berangkat sendiri kok. Atau telfon Aldrian." Ucap Felia.
"Nggak boleh, ini hari pertama kamu di sekolah. Jadi nggak boleh." Ucap Amelia dengan suara tegas.
"Leardo kalau kamu tidak sama-sama Felia ke sekolah, semua fasilitas kamu nenek sita."
"Nggak bisa gitu dong nek." Protes nya.
"Nggak ada bantahan."
"Fine."
Setelah makan mereka semua berjalan ke parkiran. Felia yang tidak tau apa-apa dia hanya mengikuti Leardo. "Bisa nggak, berhenti ngikutin gue." Ucap Leardo ke Felia.
"Tadi gue 'kan di suruh ke sekolah bareng elo."
"Emang gue mau apa pergi ke sekolah bareng elo." Felia rasanya ingin menampar wajah tampan Leardo. Felia akui semua saudara nya itu tampan, Leardo memiliki garis rahang yang kuat sama sepeti yang lainnya. Paling yang membedakan mereka hanya rambut dan warna mata mereka, Leardo, Alex, dan Tian memiliki mata yang berwarna hitam, rambut yang berwarna hitam sepeti langit malam. Sedangkan Lutfi dan Nevan mata mereka berwarna abu-abu, rambut mereka terkesan berwarna coklat. Kalau adik nya alias Lean matanya berwarna coklat terang dengan rambut berwarna coklat. Felia juga sama, dia memiliki mataa coklat dan rambut coklat, warna coklat di rambutnya yang sekarang ini adalah warna asli. Karena semua pewarna rambut yang di gunakan nya akan menghilang warna nya setelah dua hari, dan kalau di hitung dari saat dia mengecat rambut nya ini sudah lewat dua hari.
Felia berdecak kesal. "Ih. Punya sodara nggak ada guna semua." Dia kembali masuk ke dalam istana itu.
"Dia kenapa?" Tanya Alex.
"Nggak tau. Udah biarin aja. Kita berangkat sekarang ntar terlambat." Mereka semua lalu masuk ke dalam mobil masing-masing yang semua nya adalah mobil berkelas tinggi.
_U16_
Felia sampai di sekolah baru nya tepat semenit sebelum bel berbunyi. Dia tadi masuk kembali ke dalam rumah--istana--untuk mengambil kunci mobil yang di berikan nenek nya. Dia tadi tersesat tapi karena kecerdasan otak nya dia menelfon Kean untuk meminta alamat sekolah nya, alhasil dia sampai di sekolah nya tanpa kurang satu apapun, paling yang kurang cuma tenaga nya yang terkuras habis karena berlari dari parkiran sekolahnya yang super besar.
Dia sekarang sedang mengikuti guru mata pelajaran kimia ke kelas yang nantinya menjadi kelas nya. Felia di minta menunggu di luar, dan sekarang adalah saat di mana seorang Felia mengenal kan dirinya di depan kelas.
Dia masuk ke dalam kelas, mengedarkan pandangan nya ke seluruh ruangan mata nya bertemu dengan mata ke empat saudara nya. Lean, Tian, Lutfi, Nevan. Felia tersenyum sinis ke mereka.
'Doa gue terkabul.' Itu suara Zelena yang sedang bertelepati dengan nya.
Felia mencari asal suara itu, asalnya dari bagian pojok ruangan dekat dengan jendela. Zelena si Vampire kesayangan nya.
'Yoi'
"Baiklah silahkan perkenalkan namamu." Ucap Bu Ely-guru kimia.
"Gini bu, saya lupa nama panjang saya." Satu kelas tertawa.
"Masa kami nggak tau nama kamu sendiri."
"Bukan nggak tau bu, tapi nggak ingat. Habis panjang amat nama nya udah kaya gerbong kereta api." Ucap Felia. "Inti nya panggil aja Felia. Ah! Ibu tanya saja sama mereka." Felia menunjuk ke arah sepupu dan adiknya.
"Kalian kenal dia?" Tanya bu Ely.
"Nggak." Jawab mereka bersamaan.
Felia menatap tajam mereka. Seperti ada lampu yang menyala di atas kepala Felia, dia merogoh saku rok nya mengeluarkan benda pipih itu. "Saya udah ingat bu."
"Silahkan."
"Nama saya Diana Rafelia Griselda Estefany Scowatis." Semua ternganga.
"Elo putri yang hilang itu." Ucap seseorang.
"Hah! Elo!" Felia menunjuk orang itu. "Kok lo bisa di sini?"
"Yee. Harus nya gue yang nanya kek gitu ke elo." Balas orang itu.
"Karena gue emang sekolah di sini."
"Gue juga."
"Stop." Ucap Bu Ely. "Kamu anak dari Pangeran Nicholas yang hilang?"
"Terserah ibu mau bilang saya apa. Bu saya boleh duduk 'kan kaki saya pegal."
"Baiklah silahkan duduk." Felia melangkah kan kaki nya, duduk di samping Zelena, dan sekelas juga dengan Lalitha tapi dia duduk di depan sedangkan Zelena duduk sendiri.
"Sekelas juga kita."
"Yoi." Lalu mereka berdua ber-hi five.
_U16_
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, Felia dan teman-teman nya sekarang ada di kantin yang sudah seperti restoran bintang lima, bahkan sampai ada Waiters nya.
Mereka sudah selesai makan sekarang mereka hanya bercerita. "Setan emang ya, punya sodara semua nggak bisa di minta bantuan apa-apa." Gerutu Felia.
"Emang kenapa?" Tanya Kean. Aldrian, Karel, Kean ternyata satu kelas di kelas XI-1. Sedangkan Felia, Zelena dan Lalitha di kelas XI-3. Awalnya Felia tidak percaya, karena waktu di indonesia Aldrian itu otak nya sangat mampet, bahkan Felia lebih memilih mengerjakan pr bersama duo kunyuk di banding dia, karena kalau mengerjakan nya bersama Aldrian di pastikan nilai nya zonk.
"Masa iya gue di tinggal, padahal gue nggak tau jalan-jalan di sini. Tadi untung aja gue hubungin my bebeb gila kalau nggak mungkin gue nggak bakalan sampai di sekolah." Teman-teman nya hanya geleng-geleng.
Tiba-tiba banyak suara histeris dari anak-anak perempuan yang ada di kantin. "Kaya liat apaan aja sampai histeris gitu." Ucap Felia.
"Lo nggak tau 'kan--"
"Gue emang nggak tau." Felia langsung memotong perkataan Lalitha.
"Feli ih." Felia hanya tertawa melihat Lalitha cemberut.
"Udah lanjut. Mau ngomong apa?"
"Lo ngak tau 'kan kalau sodara-sodara lo itu Most wanted di sekolah ini. Dan pasti itu tadi cewek-cewek banyak yang histeris karena mereka. Tuh! tuh! Bener, kan." Ucap Lalitha menunjuk pada keenam orang yang sedang berjalan. Yang Felia anggap terlalu sok keren.
"Sok keren amat." Ucap Felia.
"Wah! Gue kira lo ngak bakalan punya teman di sekolah ini." Suara ini, suara yang sangat Felia benci. Xavier.
"Mau apa lo?"
"Nggak, gue cuma mau tau aja, apa yang di lakukan seorang bad girl di sekolah ini. Apa dia berubah atau sama saja?"
"Bisa diam nggak sih?"
"Nggak bisa. Nona Scowatis." Felia mendelik tajam ke Xavier.
"Biasa aja lihat nya. Ntar lo naksir sama gue." Ucap nya.
"Idih ngimpi. Bangun woy udah pagi, jangan terlalu tinggi bermimpi."
"Gue nggak lagi mimpi kok." Xavier tersenyum manis.
Felia berdiri dan berhadapan dengan Xavier. "Dengar ya Xavier, gu---"
"Vier aja. Ngak usah Xavier panggil nya tapi kalau panggil sayang juga ngak masalah kok." Vier mengedipkan matanya ke Felia.
"Whatever. Gue lagi nggak mau nyari masalah."
"Gue juga nggak mau nyari masalah kok." Felia sudah jengah.
"Eh! Tembok kutub! Bawa teman lo ini pergi. Pengen muntah gue lihat muka dia!" Ucap Felia ke Daniel.
"Udah lah biarin aja nih cewek nggak jelas. Ngak usah di ladeni." Itu bukan suara Daniel. Tapi suara Leardo.
"Elo kalau nggak tau diam aja!" Suara Felia naik satu oktaf.
"Sabar Fel." Karel mencoba menenangkan Felia, karena kalau Felia kalap, jadi brabe ntar.
"Gue lagi nggak mau nyari masalah. Pergi deh lo sama ketua Osis ngak becus, dan kalian berenam harap menjauh dari pandan gue." Felia menatap garang mereka.
"Lo kira lo siapa? Seenak nya nyuruh-nyuruh orang?!" Lean yang tidak terima dengan ucapan Felia.
Felia mencebikkan bibirnya, lalu berjalan keluar dari kantin. Dia tidak menghiraukan panggilan teman-teman nya.
Sepanjang jalan dia hanya menggerutu. Mulutnya komat baca mantra, lalu langsung di sembur, eh! Malah nyanyi.
Tapi ada satu masalah, dia mau ke mana di sekolah yang super besar ini. Tadi pagi saja udah nyasar, lah ini arah dan tujuan tidak tau mau kemana.
Felia terus menyusuri koridor, yang ramai itu, banyak anak-anak yang bercerita atau mungkin bergosip. Sekarang tujuan nya adalah kelas nya tapi dia lupa jalan nya. Salahkan lah navigasi di otak nya yang mudah sekali melupakan jalan.
Duk!
"Kok ada tembok di tengah jalan sih?!" Mendongak. "Eh, sorry ngak sengaja." Ternyata dia menabrak seorang murid laki-laki.
"Nggak pa-pa Selow aja." Ucap nya. Kalau menurut Felia nih cowok lumayan ganteng atau memang ganteng, mata nya coklat terang, garis rahang nya tegas, rambut nya berwarna coklat gelap. Pengen ngences rasanya.
"Nama lo siapa?"
"Hah?" Felia innocent nya.
"Nama lo siapa?" Ulang nya.
"Panggil aja Felia. Kalau elo?"
"Panggil Farell aja." Felia dan Farell bersalaman. "Nama kita hampir mirip ya, sama-sama F."
"Iya, eh! Btw lo tau kelas XI-3, ngak?"
"Tau. Kelas lo?" Felia mengangguk. "Kita tetangga dong, gue XI-1." Felia manggut-manggut. Mereka berdua lalu berjalan bersama.
_U16_
Bel pulang sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu, tapi Felia belum juga pulang. Teman-teman nya yang lain sudah pada pulang, ini semua karena dia malas pulang jadi lah dia hanya berdiam diri di bawah pohon yang ada di taman sekolah nya.
Semilir angin menerbangkan anak-anak rambut Felia. Dia sedang mendengar kan lagu milik Eric Benet yang berjudul Spen my life with you. Memang itu adalah lagu yang bisa di bilang lagu lama.
Sekira beberapa menit kemudian dia akhirnya memutus kan untuk pulang ke istana yang super megah itu.