Bab 3

1669 Words
Walau kehadirannya selalu ditolak Ratu, Ayunda tidak pernah menyerah untuk mengambil hati Ratu yang terkadang dingin tapi ada saatnya bersikap hangat. "Kak," panggil Ayunda pelan. Ratu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya agar Ayunda berhenti menganggunya. "Kak," panggil Ayunda lagi. Emosi Ratu kembali tersulut, Ratu membuka selimutnya dengan kasar dan memegang bahu Ayunda dengan kasar. "Berulang kali gue bilang jangan pernah ganggu hidup gue. Pergi! Atau gue ...." Ratu mengangkat tangannya yang sudah mengepal untuk memukul Ayunda yang mulai bersikap lancang dengan berani mengganggu tidurnya. Ayunda menutup kedua matanya dan bersiap menerima pukulan Ratu di tubuhnya. Untungnya Ratu segera sadar dan menahan tangannya untuk tidak melayang ke tubuh Ayunda. Ratu mendorong tubuh mungil Ayunda agar segera keluar dari kamarnya. Ratu takut amarah dan rasa benci membuatnya kesetanan dan melakukan hal yang akan disesalinya. Jadi Ratu memilih mengusir Ayunda dengan kasar dan tanpa perasaan. Ratu juga membanting pintu kamar persis di depan wajah Ayunda. Tubuh Ratu langsung lunglai di depan pintu, sekeras apapun dia mencoba tetap saja baginya sulit menerima Ayunda sebagai anak kandungnya. Enam tahun ini dia mencoba melupakan mimpi buruk itu tapi sampai detik ini bayangan saat Rendra memerkosanya selalu menjadi mimpi paling buruk dalam hidupnya. "b******n itu tidak saja merusak hidupku tapi juga mimpi-mimpi indah dan sekarang dia membuatku menjadi manusia jahat," geram Ratu dengan dendam yang sulit hilang dari hatinya. Tok tok tok "Kak," panggil Ayunda dengan lugu. Ayunda tidak peduli dengan penolakan dan sikap kasar Ratu pada dirinya. Ayunda sangat ingin mengajak Ratu keluar dari kamarnya dan bermain di taman belakang bersama Jasmine dan Junior. Ratu menutup kedua telinganya dan bersenandung kecil agar telinganya tidak mendengar suara Ayunda lagi. Ketukan demi ketukan tidak sedikitpun membuat Ratu keluar dari kamarnya. Ayunda akhirnya menyerah dan memilih masuk kembali ke dalam kamarnya. Gadis kecil itu lalu memilih membaringkan tubuh mungilnya di atas kasur. Air mata jatuh dari matanya dan akhirnya Ayunda menangis sedih karena penolakan Ratu pada dirinya. **** "Ratu, Mama mohon jangan bersikap seperti ini nak," pinta Hana saat Ratu menolak melihat kondisi Ayunda yang terbaring lemah karena demam tinggi sejak siang tadi. Hana berusaha membujuk Ratu untuk melihat kondisi Ayunda tapi Ratu menolak dan sibuk memandang hamparan langit di balkok kamarnya. "Ratu ... dia anak kamu. Kamu mengandung dan melahirkannya, sekarang dia hanya butuh kamu sebagai ibunya. Tolong berhentilah bersikap egois seperti ini, Mama tahu kalau kamu masih sulit menerima Ayunda tapi tidakkah terbersit sedikitpun di hati kamu kalau dia tidak tahu kenapa Tuhan menghadirkannya di rahim kamu. Dia tidak pernah bisa memilih siapa yang akan menjadi orangtuanya, jadi Mama mohon tolong bersikaplah selayaknya seorang ibu," bujuk Hana. Ratu mengangkat kedua tangannya lalu menutup telinganya agar tidak mendengar ocehan Hana tentang Ayunda lagi. "Ratu." "Na na na na na na na syalala la la la la." Ratu memilih menyenandungkan lagu agar Hana berhenti mengganggunya. Hana membuang napas dan akhirnya meninggalkan Ratu sendirian. Hana putus asa dan tidak tahu lagi langkah apa yang akan dia lakukan untuk membuat Ratu bisa menerima Ayunda. **** Flashback On. "Kakak namanya siapa? Nama aku Ratu." Gadis cilik itu menjulurkan tangannya ke arah lelaki yang baru saja datang bersama ayahnya. Gadis cilik itu selalu diajarkan untuk bersikap ramah oleh kedua orangtuanya pada setiap orang yang datang berkunjung ke rumah mereka. Lelaki yang dipanggilnya 'kakak' itu langsung membalas juluran tangan gadis cilik itu. Baru kali ini ada seseorang memanggilnya kakak. "Rendra ... kamu panggil Kak Rendra saja," balas Rendra singkat lalu tersenyum dan mengacak rambut gadis cilik yang ternyata bernama Ratu dan mengelus pipi gembil Ratu. "Oh Kak Rendra ... aku senang Kakak mau jadi teman main aku. Semoga Kakak betah ya jadi teman aku. Papa bilang Kakak it orang baik loh dan aku suka ada orang baik di dekat aku." Ratu menunjukkan senyumnya. Rendra langsung terpesona dan membalas senyuman Ratu. Padahal selama ini senyum menjadi musuh besar Rendra sejak kedua orang tuanya bercerai. Pertemuan pertama membuat Rendra langsung suka apalagi Ratu terlihat menyukainya. Rendra merasa dirinya sudah gila karena mulai terobsesi dengan sosok Ratu. Rendra merasa Ratu ditakdirkan untuknya. Dalam pikiran Rendra, Ratu tidak  akan pernah menyakiti dan meninggalkan seperti ibunya yang memilih pergi dengan selingkuhannya dan meninggalkan Rendra berdua dengan ayahnya. Bertahun-tahun Rendra berada di dekat Ratu, bertahun-tahun juga Rendra semakin posesif untuk memiliki Ratu meski Ratu selalu menolak dan takut pada dirinya. Setiap malam Rendra hanya bisa mendekati Ratu saat gadis itu tidur. Rendra hanya bisa menunjukkan rasa sayangnya melalui sentuhan dan ciuman selamat malam. Bagi Rendra itu sudah cukup. Rendra kira Ratu tidak tahu setiap malam diam-diam Rendra masuk ke kamar untuk mengagumi kecantikan Ratu dan memberikan ciuman selamat malam. Nyatanya Ratu tahu dan itu juga yang membuatnya benci dan takut dengan Rendra. Ratu juga takut jika ditinggal Hana dan Raja sendirian. Ratu tidak berani melaporkan kepada kedua orang tuanya karena takut, takut orangtuanya tidak percaya karena selama ini mereka sangat mempercayai Rendra dan takut Rendra menyakiti dirinya dan keluarganya. Hingga hari kelabu  itu akhirnya tiba, Hana dan Raja terpaksa ke Bandung untuk menghadiri pernikahan anak teman mereka. Ratu yang sedang mengikuti ujian semester terpaksa mereka tinggalkan sendirian di rumah. Awalnya Ratu berencana menginap di rumah temannya, tapi dia batalkan karena ingin fokus belajar. Toh selama ini Rendra hanya menciumnya saja dan tidak pernah melakukan hal lain. "Kakak antar kamu pulang, hari semakin larut dan nggak baik anak gadis pulang kemalaman." Suara berat senior terkenal di sekolah membuat Ratu yang sejak tadi gelisah menunggu jemputan langsung kaget. Ratu memutar tubuhnya dan melihat senior idaman cewek-cewek di sekolah bernama Ghani menyapanya ramah, Ratu yang memang suka menunduk malu. "Nggak usah kak ... aku dijemput kok," tolak Ratu yang malu untuk pertama kalinya disapa Ghani. Ratu menggigit bibirnya saking gugup dan bingung dengan kejutan ini. "Rumah kita satu arah kok, ayo kakak antarz" Ratu kaget darimana Ghani bisa tahu alamat rumahnya. "Tapi kak ...." Ghani yang memang sudah menaruh hati menarik tangan Ratu dan membawanya naik ke atas motor sport yang dibawanya. Jantung Ratu bagaikan sedang balapan, karena baru sekali ini dibonceng lelaki lain dan merupakan cowok tertampan pula di sekolah. **** "Makasih ya kak atas boncengannya, ayo singgah dulu ke rumah aku," tawar Ratu dengan ramah. Ghani menggeleng pelan lalu membantu melepaskan helm dari kepala Ratu. "Sudah malam, lain waktu Kakak akan singgah. Ya sudah bye Ratu." Ghani melambaikan tangannya dan dibalas Ratu dengan lambaian juga. Senyum tidak pernah hilang dari mulut  Ratu yang bahagia diantar Ghani, cowok yang ditaksirnya sejak awal masuk sekolah. Ratu masuk ke dalam rumah dengan hati riang, siulan kecil terdengar dari mulutnya. Rendra yang melihat Ratu pulang dengan lelaki lain menjadi geram dan marah, apalagi Rendra bisa lihat dengan jelas wajah bahagia Ratu saat bersama lelaki itu sangat berbeda jika sedang bersamanya yang takut dan benci. Setelah suasana aman dan yakin Susan sudah tidur, Rendra masuk ke dalam kamar Ratu. Rendra ingin menyatakan perasaannya dan memberitahu Ratu isi hatinya.  Tidak lupa Rendra  mengunci kamar Ratu, sayangnya malam itu ketika Rendra masuk Ratu sedang mandi. Rendra menunggu dengan hati panas dan cemburu buta. "Siapa lelaki tadi?" tanya Rendra setelah Ratu keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk. Ratu kaget dan langsung ketakutan saat melihat Rendra berdiri di dalam kamarnya. Apalagi dirinya hanya memakai sehelai handuk tanpa pakaian dalam. "Ngapain lo masuk kamar gue, keluar! Atau gue adukan semua tingkah lo sama Papa!" teriak Ratu dengan ancaman agar Rendra keluar dari kamarnya. Rendra bergeming dan semakin mendekati Ratu. Ratu memundurkan langkahnya untuk menghindari Rendra. Tubuhnya bergetar hebat saat Rendra semakin membuatnya tersudut, bayangan sentuhan dan ciuman semenjak usianya lima tahun langsung membuatnya mual dan panik. "Kakak tanya, siapa lelaki yang mengantar kamu dan kenapa kamu tersenyum hanya padanya, kenapa setiap di samping kakak kamu takut dan benci, kenapa?" tanya Rendra lagi dengan suara bergetar. Ratu tertawa sinis, "Lo itu paedofile, lo kira gue nggak tahu kalau setiap malam lo mencium dan menyentuh tubuh gue. Andai lo tahu ya, setiap lo cium seinci anggota tubuh gue ... rasanya gue ingin iris daging sisa ciuman lo dan buang ke tong sampah! Gue jijik sama lo! Sekarang lebih baik lo keluar atau gue lapor polisi. Sudah cukup selama ini gue diam, tapi tidak kali ini." Ratu memegang erat handuknya dan memanggil nama Hana dan Raja dalam hati. "Kakak hanya mencintai kamu Ratu, sungguh. Kaka tidak mau kamu diambil lelaki lain. Kamu itu milik kakak dan selamanya akan seperti ini," ujar Rendra yang dibutakan rasa cemburu. Ratu tertawa sinis mendengar ucapan Rendra. "Gue nggak sudi!  Ya lo benar, gue suka Kak Ghani. Dia baik dan melindungi gue, bukan kayak lo. Dasar binatang c***l, beraninya hanya sama anak kecil yang tidak berdaya. Otak lo di mana hah!" maki Ratu lagi. Selama ini dia diam dan membiarkan Rendra melecehkannya tapi hari ini entah keberanian darimana dia berani melawan Rendra. Rendra semakin geram dan marah Ratu menyebut nama lelaki lain di depannya, bagi dia Ratu hanya miliknya dan tidak ada seorangpun yang boleh mengambil miliknya. Meski Ratu menolaknya tapi Rendra harus memiliki Ratu agar Ratu tidak pergi darinya. Rendra semakin mendekati Ratu, upaya Ratu untuk mundur terhenti karena tembok menghalangi langkahnya untuk mundur. Sadar masa depannya menjadi taruhan Ratu memegang erat handuknya. "Mau apa lo? Jangan pernah sentuh gue lagi, pleaseee jangan hancurkan masa depan gue." Air mata mulai turun di pipi Ratu saat melihat Rendra tidak peduli jika dia balas dengan amarah dan teriakan. Ratu sengaja menunjukkan wajah iba agar Rendra membatalkan niat untuk menyentuhnya. Sayangnya, Rendra mulai kesetanan, lupa diri, dan kalap. Rendra menggendong Ratu dan menghempaskan tubuh mungil Ratu ke atas ranjang. Tendangan, cakaran, makian, dan sumpah serapah dari mulut Ratu tidak sedikitpun menggoyahkan diri Rendra. Rendra dengan amarah mulai membuang handuk yang terpasang di tubuh Ratu. Ratu hanya bisa menitikkan air matanya ketika Rendra berhasil mencuri keperawanannya dengan kasar diusianya yang masih lima belas tahun, usia seharusnya dia masih belajar dan bermain. Bukan menjadi tempat pelampiasan nafsu lelaki yang usianya jauh di atas dirinya. "Gue ... benci ... elo." Di sela rasa sakit dan kotor saat Rendra memerkosanya dengan bringas, Ratu mengucapkan tiga kata itu dengan mata kosong. Rendra yang sadar telah melakukan kesalahan langsung mencium Ratu berkali-kali sambil mengucapkan kata-kata maaf. "Maaf ... maafin kakak. Ya Tuhan apa yang aku lakukan!" Rendra menjambak rambutnya. "Mama ... Papa ..." panggil Ratu dalam hati. Air mata masih mengalir dari mata sendunya. Rendra menatap Ratu yang terlihat hancur dengan tubuh penuh tanda kepemilikannya. "Bodoh!" maki Rendra dalam hati. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD