1

842 Words
Cherry memandang sumringah pantulan dirinya di kaca.Tubuhnya kini sudah terbalut seragam putih abu-abu. Ah sebenarnya sudah sejak tiga hari yang lalu ia resmi jadi anak SMA tapi hari inilah awal mula ia secara resmi memakai seragam putih abu-abunya.  Yap, MOS sudah berakhir yang artinya Cherry secara resmi sudah jadi murid SMA Bakti Siswa. Cherry menggerai rambutnya yang menjulur sampai dibawah bahu. Rambut hitamnya yang indah dan menjadi aset kebanggaannya itu sudah tersisir rapi. Ibaratnya ada badai menerpa dijalanpun rambut itu akan kembali lurus seperti semula. Seragam, sip! Sepatu, sip! Kaos kaki, sip! Semua beres dan rapi. Cherry pun siap menjalani masa SMAnya yang bakal penuh pengalaman baru. *** Jauh dari ekspetasi Cherry tentang hari pertama sekolah dengan seragam putih abu-abu yang menyenangkan, ternyata hari pertama Cherry merupakan hari yang cukup sial karena ia harus melompat turun dari bus yang penuh sesak oleh penumpang yang sebagian besar pelajar sepertinya. Dari penglihatannya ada lima orang murid sekolahnya yang ikut turun bersamanya. Cherry mengipas bagian lehernya dengan tangan. Percuma ia berdandan rapi dan cantik kalau akhirnya ia jadi bermandikan keringat. Ia tidak menyangka kalau bang Virgo—kakaknya—tega meninggalkan dia berangkat ke kampus dan membuatnya terpaksa naik bus karena tidak ada satupun ojek yang terlihat di pangkalan ojek depan komplek. Lagian, sepertinya Cherry harus membiasakan diri untuk naik kendaraan umum karena tidak selamanya ia akan mengandalkan kakaknya untuk mengantarkan dia ke sekolah. Dari halte tempat Cherry turun, ia harus berjalan sekitar empat puluh meter sebelum sampai digerbang sekolahnya. Beruntung jam baru menunjukkan pukul enam lewat lima belas dan Cherry bisa sedikit santai tidak harus terburu-buru. *** "Cher, makan yuk! Katanya mie bakso kantin sini enak lho!" Cherry menatap Kania masih sambil memegangi perutnya pasca lelucon yang dilontarkan wali kelasnya,pak Guntoro, yang membuatnya ketawa geli. "Eh? Tadi tuh bel istirahat ya? Yuk, Kan," ucap Cherry masih dengan sisa-sisa tawa lalu ia merangkul Kania dan berlalu menuju ke kantin dan dibelokan ujung koridor seseorang menubruknya. "Aduh!" Cherry memegangi bahunya yang baru saja ditubruk. Kania memegangi Cherry lalu menatap sosok cowok yang baru saja bertabrakan dengan temannya. Seorang cowok berkacamata tapi jelas-jelas tampan meskipun tertutup lensa kacamata. Kulitnya putih dan wajahnya berunsur chinese jelas-jelas mempertegas ketampanan cowok itu. "Eh?!" Kania dan Cherry segera tersadar dari keterpanaannya pada cowok itu dan langsung berjongkok untuk membantu cowok itu bangun. "Eh duh..kak? Maaf ya" ucap Cherry tergagap. Kania juga sama gugupnya sampai tidak bisa berkata-kata. "Hm, salah gue," ucap cowok itu sambil menepuk-nepuk celananya. Ini kan cowok yang waktu itu!!!. Ya, Cherry tidak mungkin salah. Ia masih ingat betul sosok jangkung berwajah chinese yang waktu itu menatapnya dengan sorot dingin. Ekspresi wajahnya yang minim dan tunggu! Waktu itu cowok itu tidak memakai kacamata tetapi saat ini ada sepasang lensa menutupi mata cokelatnya. Tapi kacamata itu tidak membuat wajah tampan itu terlihat nerd, justru menambah kadar ketampanannya. "Sorry kak sekali lagi, gak sengaja," ucap Cherry sebisa mungkin menjaga nada suaranya agar tidak gugup. Cherry teringat perasaan yang ia rasakan kini, tidak lain dan tidak bukan adalah perasaan yang dulu pernah ia rasakan waktu kelas dua SMP. Jatuh...cinta? Masa sih dia suka cowok emotless ini? Lihat saja, tatapannya yang datar. Tapi entah kenapa Cherry justru berdegup setiap melihatnya. Cowok itu mengangguk ringan. Hati Cherry langsung meledak saking terpesonanya. Entah apa yang membuat Cherry sebegitu terpesonanya, padahal cowok itu bahkan gak senyum. "Sorry juga," acara maaf-memaafkan itu akhirnya diakhiri dengan berlalunya cowok itu. Ih anjir, kenapa gue deg-degan gini sih? Masa iya gue naksir itu cowok? *** Cherry sedang menunggu bus yang akan ia tumpangi sampai ke dekat komplek rumahnya di halte dekat sekolah. Tidak seperti tadi pagi ketika hanya ada lima orang murid sekolahnya yang naik bus yang sama dengannya, tetapi siang ini lebih dari sepuluh orang ternyata juga menunggu bus yang sama dengannya. Diantara orang-orang di halte yang didominasi siswa SMA Bakti Siswa—yang sering disingkat Baksis, Cherry melihat sosok cowok yang sejak kemarin terbayang-bayang dikepalanya. Cowok itu, seperti biasa terlihat datar. Sepertinya, cowok itu akan naik bus yang sama dengan yang akan Cherry tumpangi, pasalnya bus yang lewat halte tersebut hanya ada dua dan bus tujuan lain sudah beberapa kali lewat sejak tadi. Jantung Cherry kembali berdebar. Tidak menyangka ternyata ia akan satu bus dengan cowok itu lagi. Tidak berselang lama bus yang ditunggu datang dan kerumunan orang yang memenuhi halte langsung naik ke dalam bus tersebut tidak terkecuali Cherry. Cherry mencoba mencari keberadaan cowok itu diantara kerumunan penumpang bus yang memenuhi bus. Cherry bisa melihat cowok itu berdiri dekat pintu bus bagian depan, sedangkan posisi Cherry sendiri berada di tengah bagian bus. Perjalanan tidak berlangsung lama, halte dekat perumahan tempat Cherry tinggal sudah terlihat dan seharusnya Cherry sudah bersiap untuk turun. Tetapi rasa penasaran membuat Cherry justru bertahan di dalam bus. Entah ide gila darimana ia berniat untuk mencari tau tujuan cowok berkacamata tersebut. Dan ternyata tujuan cowok itu adalah tempat bimbel. Cherry akhirnya memutuskan untuk turun sekitar dua puluh meter dari tempat bimbel tersebut dan naik bus ke arah rumahnya. "Lain kali gue ikutin sampe gue tau rumahnya," ucap Cherry sambil duduk menunggu bus tujuan ke arah rumahnya datang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD