3. Sakit

1720 Words
Alex pov Ketika aku Melihatnya untuk pertama kali nya, hatiku merasakan rasa hangat tapi itu tidak membuat rasa benciku padanya menghilang. Justru aku semakin membencinya. Ketika aku melihat dia baik - baik saja, Sungguh aku berniat menghancurkannya, hingga dia tidak akan mau hidup di dunia ini lagi. Dendam ku semakin besar, Tapi ketika aku mengikutinya? Ada yg aneh darinya dan keluarga nya? Bukankan rosalind dan roy adalah sepasang kekasih? Tapi mengapa aku tidak melihat roy? Bahkan kata orang - orang ku mereka tidak pernah melihat wanitaa jalangg itu bertemu seorang pria mana pun. Lalu dimana roy? Atau jangan - jangan roy sudah sadar jika wanita seperti rosalind memang tidak pantas dicintai? Karna dia adalah wanitaa murahann? Yg menjual dirinya demi uang. Memikirkan dirinya saja membuat aku muak. Aku tidak habis pikir kenapa dulu aku bisa jatuh cinta pada wanita sialan itu. Memikirkan masa lalu? Membuat aku semakin membenci sosok yg berada di depan ku saat ini. Dia tidak menyadari jika aku tengah mengutik dirinya selama ini. Sudah 2 minggu aku selalu mampir ke komplek dimana rumah kontrakan wanitaa murahann itu tinggal. Tapi setiap kali aku datang? Aku justru melihat wanita itu hanya duduk di depan pintu rumahnya saja, Apa dia tidak bekerja? Bukankah aku dengar dia lulus sarjana? Tapi kenapa dia tidak bekerja? Aku terus memperhatikan gerak geriknya, tidak ada yg mencurigakan? Tapi aku merasa ada yg mengganjar tapi apa?" "Rosalind? Sayang ayo masuk, tidak baik berada diluar terus. Itu tidak baik untuk kesehatanmu? Sayang. Ayo masuk," teriak mama rosalind, yg tidak lain adalah sekar. "Iya ma....," Rosalind berjalan memasuki rumah mungil yg merupakan tempat tinggalnya. "Ma? Aku bosan jika terus berdiam diri? Sedangkan papa bekerja banting tulang untuk diriku. Tolong biarkan aku bekerja ma? Untuk membantu biaya hidup kita," mohon rosalind. Dengan wajah sedihnya. "Tidak sayang? Kau tidak perlu bekerja? Papa dan mama bisa menghidupi keluarga kecil kita. Yg kami cemaskan adalah kau? Jadi tolong jangan membantah perintah kami," kata sekar sambil mengelus puncak kepala putri kesayangannya. ★★★★ "CK? Kenapa aku harus memikirkan ucapan yg baru beberapa jam aku dengar? Untuk apa aku mencemaskan wanitaa jalangg itu? Mau dia sakit, mau dia mati? Itu Bukan lagi urusanku Aarrgghh,"batin alex menolak tapi hatinya tidak. Ya. Setelah rosalind masuk ke dalam kontrakan kecilnya, Alex segera berlari mendekati pintu mungil itu. Dirinya tadi ingin mengetuk pintu kontrakan rosalind? Tapi diurungkan niatnya karna tidak sengaja dia mendengar percakapan antara ibu dan anak itu. Sempat alex bertanya - tanya? Tapi dia membuang jauh - jauh pemikirannya. Sebenci - benci nya alex pada rosalind. Sebagian hatinya seakan menolak untuk melupakan rosalind? Tapi ego nya lebih kuat hingga dia menepiskan keganjalan itu. Dirinya tetap akan membalaskan rasa sakit itu, dia bertekat untuk tidak akan lemah demi dendamnya terbalas. Sejak alex tahu jika deni yg merupakan papa dari wanita yg ia benci. Ia sering muncul di depan deni tapi betapa beruntung nya ALEX. Jika deni tidak mengenalinya lagi, Bukannya itu keuntungan besar untuk nya. Tapi ketika rosalind datang untuk mengantar makan siang untuk deni, Alex selalu bersembunyi. Entahlah, dia belum ingin rosalind mengetahui dia lah bos dari papanya itu. Bukannya ia takut, dia hanya malas untuk melihat gadis itu, Seperti siang ini. Rosalind datang pukul 12 siang. Membuat para pekerja itu terlihat girang, karna banyak yg terpesona akan kecantikan sosok rosalind. Bahkan secara terang - terangan mereka mengajak jalan. Tapi rosalind menolak dengan halus "Papa? Rosalind membawakan makan siang untuk papa. Maaf rosalind telat membawakan makan siang untuk papa," kata rosalind sambil membuka kotak bekal yg ia bawa untuk sang papa. "Tidak apa - apa rosa. Seharusnya kau tidak perlu repot - repot seperti ini," ucap deni sambil mengelus puncak kepala putri kecilnya itu. "Papa? Kok papa bicara begitu sih, justru rosalind itu senang. Karna rosalind bisa keluar rumah," balas rosalind antusias. "Maafkan papa nak. Maafkan papa yg belum bisa membahagiakan mu sejak kecil. Karna kemiskinan papa hidupmu kekurangan seperti ini,"batin deni dengan mata memerah menahan tangis, sambil menikmati suapan demi suapan dari putri kecil nya itu. "Papa? Kenapa menangis? Jangan menangis pa," ujar rosalind sambil menghapus air mata deni, ia tau. Apa yg tengah di pikiran oleh papanya. Apa lagi jika bukan tentang kesehatannya itu. "Tidak nak. Papa tidak menangis hiks...hiks. Papa menangis karna papa sangat menyayangimu dan papa terharu karna kau menyuapi papa," balas deni sambil memeluk putri kecil nya yg terlihat kurus. Tidak seperti dulu, dulu tubuh rosalind sedikit berisi dengan rona wajah memerah. Tapi kini wajah yg memerah telah berubah menjadi pucat. "Hei. Rosalind nanti malam pergi sama abang yuk? Abang janji bakalan jaga rosalind deh," ucap pria muda yg terlihat tampan, walau dengan pakaian kotor tapi masih terlihat tampan. "Maaf bang. Rosalind gak bisa, rosalind mau di rumah saja untuk istirahat,"balas rosalind sambil tersenyum manis. Pria muda itu menampilkan wajah cemberut nya, karna lagi - lagi ditolak, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa memaksakan kehendaknya itu. Apa lagi gadis yg di incar adalah gadis baik - baik. *** "CK? Dasar jalang sombong. Aku tau apa yg ada di isi kepala kecilmu itu? Kau ingin pria kaya, bukan pria miskin. Dasar menjijikkan,"umpat Alex yg berada tidak jauh dari rosalind, membuat alex mendengar pembicaraan mereka. Setelah kepergian rosalind alex kembali mendekati para pekerja nya lagi. "Tuan Butuh sesuatu?" Tanya deni sambil membungkukkan sedikit tubuhnya, "Tidak? Aku hanya ingin melihat - lihat saja," balas alex dengan wajah datarnya. "Baiklah kalau begitu tuan, saya permisi dulu. Saya ingin kembali bekerja." Pamit deni sopan. "Tunggu? Aku dengar putrimu lulusan sarjana? Kenapa dia tidak bekerja?" Rasa ingin tau alex pun tidak bisa ia tutupi lagi. "Putri saya memang lulusan sarjana tuan. Tapi?" deni menjeda ucapannya dan itu semakin membuat alex penasaran. Entah mengapa rasa penasaran itu tidak hilang dari kepala nya. "Tapi apa?" Tanya alex yg sudah tidak sabaran untuk mendengar ucapan yg di potong deni, membuat rasa kesal nya dan ingin taunya semakin kuat. "Tapi putriku tidak sesehat du....,"deni menghentikan ucapannya. Karna benda pipih itu tiba - tiba berbunyi yg menghaluskan deni segera mengangkat nya. Sempat deni meminta maaf pada alex yg berdiri dihadapannya. "Hallo sekar. Ada apa? kenapa kau menelponku?" Tanya deni ada perasaan cemas dihatinya. "------" "Apa? Ba...baik aku akan segera pulang!"deni segera memutuskan telepon nya. Sambil menoleh ke arah alex dengan wajah yg sulit di artikan oleh pria itu. "Tuan, bi...bisakah aku meminta izin untuk pulang terlebih dahulu? Ada urusan yg harus aku selesaikan? Tolong tuan? Izinkan saya,"panik deni sambil menatap memohon pada alex. "Baiklah kau aku izinkan untuk kali ini," suara serak alex, membuat deni tersenyum senang sambil membungkukkan tubuhnya dan berlari secepat yg ia bisa. Alex sebenarnya ingin mengikuti deni, tapi ia ulungkan niatnya. Karna dirinya mengingat pekerjaan yg berada di kantor miliknya. Yg sudah menumpuk karna selama 3 hari ia abaikan. ★★★★★ Rosalind pov Saat aku berjalan pulang tiba - tiba perutku merasakan sakit luar biasa? Sehingga membuatku menatap jalanan yg aku lalui terlihat buram. Tapi di tengah rasa sakit di perutku aku tetap berjuang untuk segera sampai di rumah mungil ku. Tempat tinggal keluarga kecilku. Ya tuhan. Tolong aku, bantu aku agar bisa sampai dengan selamat. Ya tuhan, ini sungguh sakit sekali. Ya tuhan bantu aku, bantu aku sampai pada tujuanku Aargghh. Aku bahagia karna telah sampai di rumah kontrakan ku, saat aku membuka pintu rumah aku langsung terjatuh di lantai sambil menahan rasa sakit. Aku berteriak sekeras - keras nya, hingga aku melihat kepanikan mamaku saat melihat ku seperti ini. Sungguh aku tidak bermaksud membuat mama ku cemas padaku, Tapi ini sungguh sakit, kau pun tau itu. Hingga rasa sakit yg aku rasakan membuat kesadaranku hilang. Aku sempat mendengarkan teriak mama dan mama juga menelpon papa. *** "Kenapa ini bisa terjadi sekar?" Tanya deni sambil mondar mandir di luar pintu dimana rosalind di rawat. "Hiks? Aku tidak tahu deni? Tiba - tiba rosalind sudah tergeletak di depan pintu hiks....hiks? Aku mohon deni aku tidak ingin kehilangan putriku? Aku tidak mau deni?" Isakan tangis sekar, membuat deni miris melihatnya? Bukan hanya sekar yg takut kehilangan putri nya? Begitupun dengan deni, dirinya juga takut kehilangan putri satu - satu nya itu. Tidak menunggu lama deni dan sekar melihat dokter yg menangani putri nya itu telah keluar dari ruang pemeriksaan. Deni dan sekar segera mendekati dokter itu untuk menanyakan kondisi putri nya. "Dok. Ba...bagaimana keadaan putri saya?" Tanya deni. "Hasil pemeriksaan saya? Saya berharap putri anak dirawat saja di rumah sakit ini? Untuk menjalani pengobatan khusus agar dia bisa sembuh dari rasa sakitnya. Anda jelas tahu jika sakit yg di derita putri anda sudah cukup lama? Tapi anda tidak pernah membawa putri anda untuk perawatan minimal 1 bulan sekali? Ini tidaklah benar? Ini dapat membahayakan kondisi putri anda. Saya sarankan? Mulailah melakukan pengobatan agar putri anda bisa sembuh dari penyakit yg ia derita." Kata dokter panjang lebar. "Deni? Bagaimana ini? Hiks? Aku tidak mau kehilangan putri Ku? Tapi bagaimana caranya? Bagaimana caranya kita mendapatkan uang yg tidak sedikit itu?" Tanya sekar membuat tangisan wanita baya itu pecah seketika. "Tenanglah sekar. Aku berjanji akan mencari pinjaman," kata deni dirinya berusaha untuk menenangkan sang istri. "Berapa biaya perawatan nya dok? Untuk 1 bulan sekali?" Tanya deni. "Biayanya untuk perawatan khusus membutuhkan biaya sekitar 20 juta sampai 35 juta, termaksud obat - obatan yg akan diminum oleh putri anda," mendengar domina uang yg harus dikeluarkan. Membuat deni menahan pusing, entah harus bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam 1 bulan sekali. Dia saja hanya bekerja sebagai kuli bangunan yg gaji nya hanya 3 juta dalam 1 bulan. Itu pun belum biaya makanan sehari - hari dan biaya kontrakan yg sengaja dibuat secukupnya. Memikirkan itu membuat deni panas dingin, dia sungguh tidak punya uang sebanyak itu. Sungguh, seumur hidupnya dia belum pernah memegang uang sebanyak itu. Bagaimana bisa dirinya mendapatkan setiap bulan nya, Sungguh betapa sakit nya deni. Karna dirinya terlihat tidak berguna sebagai seorang papa. "Uang sebanyak itu sangat sulit aku dapatkan dok? Dok apa bisa putriku dirawat di rumah saja?" Tanya deni. "Saya rasa itu tidak mungkin. Percuma saja dirawat dirumah, malah akan membuat semakin memperburuk keadaan," balas dokter paru baya itu. "Ya tuhan. Dimana aku bisa mendapat pinjaman sebesar itu?" Batin deni sambil mengingat sosok alex? Bos nya? tempat ia bekerja. Mungkinkah ia harus meminjam uang dengan bos nya. Sepertinya tidak ada yg salah bukan? Itulah yg saat ini tengah ada di pikiran deni. Diri nya hanya memikirkan keselamatan putri nya saja, hanya itu saja yg ada di pikiran deni... Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD